webnovel

Rencana Pembalasan Dendam Wenda

Wenda terbangun dari tidurnya. Kepalanya pusing mendadak saat dirinya bangun. Apa yang terjadi? Kenapa dia ada di kamar? Bukannya dia ada di taman dan ...

Wenda mendadak merubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya memerah mengingat apa yang terjadi semalam. Axton? Di mana dia? Wenda bangkit dari ranjang berjalan menuju pintu.

Kepala Wenda tersembul dari balik pintu, celingak-celinguk memastikan tak ada Axton dalam penglihatannya. Setelah merasa aman, Wenda keluar dari kamarnya. "Selamat pagi kak," sapa Zarina.

Kontan saja Wenda terkejut dan mengelus dadanya. "Apa-apaan kau ini?! Kau hampir membuat jantungku copot?!" kata Wenda setengah berteriak.

Zarina cengengesan dan mengatakan maaf. "Apa Axton sudah bangun?" Zarina menggeleng sepersekian detik kemudian. Wenda bernapas lega, pagi ini jantungnya akan berdetak dengan normal.

"Kakak beruntung ya," ucap Zarina tiba-tiba. Wenda tentu saja bingung dengan ucapan Zarina lantas dia memasang wajah polosnya.

"Kakak beruntung bisa mendapatkan suami seperti Kakak Axton, dia sangat mencintai kakak." tuturnya lagi. Perasaan campur aduk dirasakan oleh Wenda sekarang, di antara senang dan bingung.

Apa benar Axton mencintainya? Dia tak pernah bilang kalau dia mencintai Wenda tapi senang rasanya karena ada orang yang berpikiran seperti itu. "Kakak Axton itu adalah pribadi yang tertutup semenjak Paman dan Bibi berpisah, setelah itu dia menjadi pemurung dan tak mau berkomunikasi dengan orang lain selain keluarganya." lanjut Zarina.

"Tapi aku senang sekarang Kakak Axton bahagia dan semua ini berkat Kakak."

"Aku?"

"Ya, dia menjadi lebih hidup. Auranya sangat berbeda setelah menikah dengan Kakak. Aku harap pernikahan kalian langgeng sampai selamanya!" Doa Zarina diamini Wenda dalam batinnya.

Dia malu jika mengucapkan di depan Zarina. "Oh ya kak, harusnya Kakak lihat reaksi Kakak Axton saat kita masih memainkan permainan menggodamu. Dia sama sekali tak melepas pandangannya darimu dan mengikutimu ke mana kau pergi."

"Maksudnya?"

"Ingat saat kau tak mau bersarapan dengan kami. Diam-diam dia menyuruh seorang supir untuk mengikutimu tak ingin sesuatu hal yang buruk padamu. Ingat saat dia sakit, Kakak Axton sakit karena kau menghilang dari pandangannya."

"Lalu saat kau dekat dengan teman priamu itu siapa namanya ah Leo. Dia sangat cemburu dan membanting apa yang berada di hadapannya saat dia masuk ke ruangannya. Begitu juga saat kau meminta untuk berpisah, Kakak Axton menyalurkan kemarahannya di tembok."

Wenda baru ingat sekarang, kedua tangan Axton diperban. "Temboknya retak dan hampir saja hancur jika saja tak ada Kakak Dalton mungkin tembok itu sudah jadi debu." Zarina kemudian tertawa lepas mengingat semua perubahan mood Axton yang selalu jengkel.

"Rugi sekali kalau kau tak melihatnya, aku pun tak bisa menunjukannya padamu." Wenda tak ikut tertawa malah pikirannya menerawang.

"Kalau begitu aku ingin melihatnya," Zarina menghentikan tawanya, dia memandang Wenda bertanya-tanya dengan ucapan Wenda.

"Aku ingin membalas dendam padanya, aku malu karena dia mempermainkanku dan kali ini aku yang mempermainkannya." Zarina tersenyum smirk mendengar perkataan Wenda yang serius.

"Ok kak aku mendukungmu tapi kita butuh bantuan dari teman priamu."

"Boleh, aku akan menghubunginya dan meminta dia bekerja sama dengan kita." balas Wenda tak keberatan.

"Kalau begitu kakak harus pergi ke kantor sama seperti kemarin, lagi pula ini belum terlambat." Wenda mengancungkan jempolnya dan masuk ke kamar untuk berganti pakaian menuju ke kantor.

Kali ini Wenda akan mempermainkan Axton sama seperti dia dipermainkan oleh Axton. Siapa suruh dia melakukan hal yang membuat Wenda malu setengah mati dan Wenda tak sabar melihat ekspresi geram Axton.

Next chapter