webnovel

Nasehat Leo

"Kak, sarapanlah bersama kami." pinta Zarina pada Wenda yang sudah rapi ingin ke kantor. Kedua mata Wenda memandang Zarina lalu bergulir ke arah Axton yang menyantap makanannya.

Dia tersenyum getir, sejak Zarina ada Axton menganggapnya seperti angin lalu. Dia tak pernah sekalipun peduli padanya seperti saat pertama kali bertemu.

"Tak usah aku akan makan di tempat yang lain, aku harus mengejar kereta." Wenda kembali melangkah pergi keluar dari rumah Axton menuju terminal bus.

Setelah dia sampai, dia tak langsung masuk ke dalam perusahaan, dia memilih untuk pergi ke restoran mengisi perutnya yang keroncongan.

Wenda melahap makanannya, dia harus terbiasa dengan keadaan seperti ini baik saat Zarina ada maupun gadis itu tak ada. "Wenda," Wenda mengangkat wajahnya dia tersenyum pada Pitaloka yang juga sarapan di tempat itu.

"Kenapa kau sarapan di sini? Tak biasanya," ujar Pitaloka sambil mengambil tempat duduk di depan Wenda.

"Tak boleh?"

"Boleh sih, tapi yah sudahlah hari ini kau bekerja dengan CEO DeMonte Corporation 'kan?" Wenda hanya mengangguk dan terus memakan makanannya dengan lahap.

"Wenda, aku iri padamu." Wenda mengkerutkan dahi mendengar ucapan Pitaloka.

"Dulu Presiden sekarang CEO, kau dekat dengan pria-pria yang tampan dan tajir." lanjutnya. Wenda hanya diam saja tak mau membalas perkataan Pitaloka.

Beberapa menit kemudian, keduanya masuk ke kantor dan mengerjakan tugas mereka. Wenda berjalan keluar dari ruangan tempatnya bekerja berniat memberikan beberapa file pada Dalton.

Tak disangka dia akan berpapasan dengan Zarina, "Kakak, jadi kakak bekerja di sini?" tanya Zarina pada Wenda.

"Y-ya, k-kenapa kau ada di sini?"

"Oh, Kak Axton lupa membawa bekal makanannya jadi aku membawanya."

"Oh begitu ya." jawab Wenda bergumam.

"Zarina," Keduanya menoleh ke asal suara dan mendapati Dalton berjalan ke arah mereka.

"Kak Dalton," ucap Zarina.

"Wah itu kau," sahut Dalton tak percaya. Dia memeluk Zarina layaknya teman dekat.

"Kapan kau datang? Kenapa kau tak mengatakan padaku?"

"Maaf aku sengaja ingin buat kejutan, bagaimana kabar kakak?" tanya Zarina.

"Baik." Dimulailah perbincangan keduanya yang sangat lama mengasingkan Wenda yang masih berdiam diri.

"Tuan Dalton," ucap Wenda tiba-tiba.

"Ya," jawab Dalton sambil menoleh kearahnya

"Ini berkas yang diberikan oleh Ketua untuk anda."

"Oh, taruh saja di ruanganku." sahut Dalton.

"Baik Tuan," Wenda hendak pergi ke ruangan Dalton dicegat oleh Dalton.

"Sebentar lagi Tuan Leo, sebagai rekan kerja kau harus menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan kalian nanti."

"Baik Tuan, terima kasih sudah mengingatkan saya pergi dulu." pamit Wenda benar-benar pergi meninggalkan Dalton dan Zarina.

💘💘💘💘

Tak lama kemudian, Leo datang dan pembasahan tentang proyek keduanya dimulai. Wenda dipilih sebagai pihak rekan kerja dari Denzel Company untuk Leo CEO DeMonte Corporation.

Sepanjang pembahasan, Leo lebih kelihatan serius dibanding Wenda yang kelihatan murung dan melamun. Leo menyadari perubahan sikap dari Wenda yang dia sebut wanita gila.

Biasanya galak tapi sekarang kenapa dia menjadi pendiam? Sudah pasti ada masalah berat yang dipikirkan Wenda. "Hei wanita gila!" panggil Leo padanya.

Seperti orang linglung, Wenda baru menyadari kehadiran Leo. "Kenapa kau melamun begitu? Apa ada masalah?" Wenda tak menjawab semakin membuat Leo yakin sesuatu terjadi.

"Apa ini ada hubungannya dengan Axton?" Mata Wenda membulat mendengar nama suaminya disebut.

"Ba-bagaimana kau bisa..."

"Dia yang mengatakan padaku sendiri, kalian bertengkar?" wanita itu menunduk. Raut wajahnya yang sedih nampak sekali.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi!" pinta Leo tegas.

"Hah?" ucap Wenda tak percaya. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Leo lekat-lekat.

"Memangnya orang angkuh sepertimu mau mendengarkan ceritaku?" tanya Wenda tak yakin.

"Dari pada kamu pendam sendiri, lebih baik kau ceritakan. Itu jauh lebih baik." kata Leo memberi alasan. Wenda menghela napas sebelum akhirnya bercerita tentang masalahnya pada Leo.

Leo terkejut mendengar cerita Wenda. Axton bukanlah tipe playboy sepertinya, wajahnya tak terlihat seperti itu. Kemarin juga dia nampak serius mengancam Leo jika dia melakukan sesuatu yang buruk pada Wenda.

Tapi apakah benar orang akan berubah seratus delapan puluh derajat hanya karena kehadiran seseorang dalam sekejap? Itu sangat mustahil. "Aku tak tahu apa yang harus kulakukan? Disatu sisi aku ingin dekat lagi dengan Axton sama seperti dulu dan di sisi lain aku ... aku sadar aku adalah orang yang berada di antara keduanya." tutur Wenda mengakhiri ceritanya.

"Jauhi dia," kata Leo tiba-tiba.

"Apa?"

"Jauhi dia, kalau perlu jangan menemui atau memperlihatkan dirimu padanya. Biasanya para pria akan sengsara jika wanita yang dicintainya menghilang begitu saja dari pandangan dan dia tak akan tenang." jelas Leo.

"Kau menceritakan masalahmu pada orang yang tepat jika kau menceritakan ini pada orang lain mungkin mereka akan menasehatimu untuk melakukan kebalikannya dan para pria tak menyukai itu." lanjutnya sambil tersenyum tipis pada Wenda.

Wenda mengembangkan senyuman dan mengucapkan terima kasih. Dia akan mengingat nasehat Leo.

Next chapter