webnovel

Kejutan Yang Tak Terduga

Axton tak bisa berhenti tersenyum setelah dia makan siang bersama Wenda yang sudah pulang. Dia masih teringat dengan kejadian tadi saat dia menggenggam tangan Wenda dan rasa itu tiba-tiba saja datang.

Dalton bingung dengan Axton yang tak merubah senyuman dari wajahnya. "Kawan, kau kenapa?" Axton memandang Dalton yang duduk di depannya sambil menopang dagu.

"Apa?" tanya Axton berlagak pilon.

"Kenapa kau memasang senyum terus? Apa ada sesuatu yang menggembirakan?" Belum menjawab Dalton kembali menyela.

"Oh biar kutebak, apa kau bertemu dengan gadis pujaanmu?" Axton hanya memamerkan senyum misterius tanpa mau menjawab pertanyaan Dalton.

"Bagaimana dengan karyawan baru kita?" Dalton mendengus kesal karena Axton tak menjawab pertanyaan malah melontarkan pertanyaan balik, seperti sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.

"Mereka baik dan sangat bersemangat." jawab Dalton.

"Apa kau ingin bertemu dengan mereka?" tanya Dalton seakan tahu isi otak Axton yang memang ingin bertemu dengan karyawan barunya. Axton mengangguk mantap, siang ini suasana hatinya berubah menjadi baik setelah makan siang bersama Wenda dia ingin membagi kekuatan positif tersebut pada karyawan barunya.

"Maaf Presiden, kami sudah membubarkan mereka tadi siang. Tapi kalau kamu mau bertemu dengan mereka bisa kok besok, aku yakin semua karyawan senang bisa bertemu denganmu."

"Oh kalau begitu..." Axton mengambil telepon kantor dan menelpon Cody.

"Cody, panggilkan Brenda, aku mau bicara penting."

💘💘💘💘

"Apa? Presiden mau mengunjungi kita besok?!" pekik Wenda saat menerima telepon dari Pitaloka yang memberikan kabar tersebut.

"Ya, si Nenek Sihir itu dari tadi menelpon beberapa karyawan dan menyuruh mereka menyebarkan luaskan kabar ini, dia bilang kita harus berdandan sebaik mungkin untuk menyambut Presiden."

"Oh begitu terima kasih atas informasinya Pitaloka, selamat malam." Wenda menutup telepon itu dan menuju lemarinya melihat apa baju kerjanya yang pantas untuk bertemu bos besar.

"Kau sedang apa, Wenda?" Wenda menoleh pada Axton yang kini berdiri di depan pintu kamarnya. Saat ini dia sudah memakai pakaian santainya.

"Mm, aku sedang mencari baju kerja yang tepat karena besok kami akan bertemu dengan Presiden." Axton ber-oh ria, dia berjalan menghampiri Wenda yang sibuk memilih pakaian.

Kedua mata emeraldnya ikut memandang baju-baju Wenda yang tergantung rapi. "Kurasa tak ada yang cocok," komentar Axton.

"Terus bagaimana?" tanya Wenda.

"Ayo ke mall." jawab Axton.

"Untuk apa?"

"Untuk membeli pakaian kerja yang cocok ayo," ajak Axton. tangannya tak sadar menggenggam tangan Wenda yang terkesiap dengan tindakan Axton. Apa Axton tak tahu kalau jantungnya tak akan akan sehat jika pria itu bersentuhan dengannya?

💘💘💘💘

Wenda terburu-buru masuk ke perusahaan Denzel Company. Tadi malam Axton memilih baju untuk Wenda, yang sederhana tapi terkesan anggun dan formal cocok untuk Wenda.

Pagi itu juga Wenda memakai baju itu setelah di laundry oleh pelayannya. Siapa sangka dia menjadi pusat perhatian karena penampilannya, selera Axton memang hebat ya.

"Apa aku terlambat?" tanya Wenda setelah dia sampai ke kantor barunya. Pitaloka yang baru saja memakai lipstick memandang Wenda yang melangkah masuk ke dalam kantor. Pitaloka nampak terkesima dengan penampilan Wenda sama seperti yang lain.

"Kau kenapa menatapku seperti itu?" tanya Wenda lagi.

"Kau cantik." puji Pitaloka.

"Benarkah? Terima kasih, kau juga cantik." puji Wenda. Belum sempat Pitaloka mengobrol dengan Wenda, terdengar suara Brenda yang bercakap-cakap. Presiden sudah datang.

Wenda segera mengambil tempat di kursi yang tak jauh darinya. Seperti yang mereka duga, Brenda masuk beserta Dalton dan juga seorang pria tampan yang mereka perkirakan adalah Presiden.

Semua karyawan wanita nampak girang melihat Axton dan tersenyum genit pada Axton yang hanya memandang datar. "Ini karyawan kita yang akan bekerja di bagian manajemen, bersama saya Presiden." Pitaloka tersenyum ramah dan menjabat tangan Axton.

Axton tersenyum simpul membalas senyuman Pitaloka. Untung saja Pitaloka menahan tubuhnya agar tak ambruk melihat senyum simpul di wajah Axton yang tampan.

Axton kemudian beralih pada seorang wanita di samping Pitaloka. Wanita itu menghulurkan tangannya tapi terus menundukan kepalanya. Begitu tangan keduanya bersinggungan, jantung Axton berpacu lebih cepat seperti perasaan yang dia rasakan ketika dia menyentuh tangan Wenda.

Wenda yang merasakan perasaan yang sama lantas mendongak dan terpaku melihat Axton dihadapannya begitu juga Axton yang terkejut melihat Wenda tanpa melepas sekalipun tautan tangan mereka.

Next chapter