webnovel

D-Day

Wenda menunggu di taman hiburan dengan gugup. Sesuai dengan janji, Wenda dan Axton akan berkencan hari itu. Wenda terus menunggu dan menunggu, kadang-kadang dia berpikir apa Axton sudah melupakan janji mereka? Atau apa tiba-tiba saja dia punya pekerjaan yang mendadak? Atau yang lebih parah lagi, Wenda salah tempat?

Wenda berteriak dalam hatinya, dia makin gugup setelah memikirkan semua pertanyaan tersebut hingga dia tak sadar seorang pria yang memakai topi menghampirinya. "Maaf membuat kau menunggu lama, Wenda." ucap pria itu.

Wenda memalingkan wajahnya pada si pria. Senyuman si pria melelehkan hati Wenda, "Axton," ucapnya. Axton menaruh telunjuk di bibirnya menyuruh Wenda agar diam.

"Jangan mengatakan namaku, kalau semua orang tahu aku Axton Denzel kita akan dikejar-kejar dikerubungi fans." bisiknya yang disambut Wenda dengan tertawa kecil. Axton kemudian menghulurkan tangannya pada Wenda yang memasang ekspreksi bertanya-tanya.

"Ayo," ajak Axton.

"Kemana?"

"Menikmati waktu kencan kita." balas Axton. Semburat merona muncul di kedua pipi Wenda. Pelan namun pasti, dia menggenggam tangan Axton.

Begitu Wenda menggenggam tangannya, Axton berjalan bersama Wenda dengan tangan yang bertautan. Sesekali Wenda melirik pada Axton, Wenda terpukau dengan ketampanan Axton.

Memakai baju santai beserta dengan kacamata tanpa bingkai tetap saja Axton terlihat tampan. Sayangnya wajahnya itu tertutup oleh topi tapi Wenda merasa sangat spesial karena hanya dia yang tahu bagaimana tampannya suami itu dengan penampilannya saat ini.

Axton yang merasa diperhatikan menoleh pada Wenda yang terkejut karena kedapatan meneliti wajah Axton. Dia segera membuang mukanya, pura-pura menatap ke arah lain. Axton terkekeh dengan sikap malu-malu Wenda. "Kau mau naik wahana apa?" tanya Axton.

"Terserah kau," kedua alis Axton bertaut saat Wenda mengatakan hal tersebut.

"Kenapa? Kau tak suka kita kencan di sini?" Wenda menggeleng cepat.

"Lalu?"

"A-aku baru pertama kali datang ke sini," jawab Wenda pelan.

"Benarkah?" Wenda menganggukan kepalanya pelan-pelan. Axton menepuk kepala Wenda sambil tersenyum lembut.

"Baiklah biar aku saja yang pilihnya,"

"Tapi jangan yang ekstrem ya," Axton tertawa dan menganggukan kepalanya. Dia lalu ditarik di sebuah wahana.

Wajah Wenda memucat saat melihat wahana yang berupa perahu besar bergerak maju mundur ditambah dengan suara jeritan orang-orang makin membuat dia merinding apakah itu menjerit karena senang atau ketakutan.

Wenda merangkul lengan Axton karena ketakutan sementara Axton yang awalnya terkejut tersenyum lebar melihat tingkah Wenda. Dia mencubit salah satu pipi Wenda saking gemasnya.

Wenda meringis kesakitan dan menatap galak pada Axton yang hanya senyum. "Tenang saja, aku akan selalu bersamamu. Jika kau ketakutan pegang saja tanganku."

Setelah cukup lama menunggu, mereka akhirnya mendapat giliran untuk menaiki wahana itu. Wenda tak mau melepas lengan Axton yang sangat bersemangat untuk naik baik saat wahana itu bergerak.

Jika Axton menampakkan raut wajah bahagia, Wenda lain lagi dengan menampakkan wajah ketakutan. Wenda lega saat wahana itu berhenti, dia cepat-cepat keluar dari wahana itu takut jika wahana itu bergerak.

Axton sendiri tertinggal di belakang. Bukan hanya satu wahana tersebut. Wenda berkali-kali diajak oleh Axton ke wahana yang membuat jantung Wenda deg degan.

Untung saja Wenda tak punya riwayat penyakit jantung, jika tidak mungkin saja Wenda akan sering pingsan. "Wah, menyenangkan ya! Nanti kita ke sini lagi ya!" pinta Axton dengan raut wajah bahagia yang makin membuat dia tampan.

Wenda mendengus kesal mendengar perkataan Axton. "Kenapa? Kau tak suka?"

"Menurutmu? Kenapa kau suka wahana yang seperti itu?! Kau tahu aku hampir saja pingsan karena menaiki semua wahana itu!!" luah Wenda kesal.

Bukannya merasa bersalah Axton tertawa dan mencubit kedua pipi Wenda gemas. Wenda menepis kasar tangan Axton sambil menunjukkan wajah merengut.

Axton menghembuskan napas dan tak sengaja melihat seorang fotografer. Dia lalu mendekati si fotografer dan memberikan beberapa lembaran uang.

Si fotografer menghampiri Wenda beserta Axton. "Wenda, kemarilah." tak merubah raut wajahnya, dia mendekati keduanya.

"Foto kami berdua," pinta Axton pada fotografer itu. Wenda menampilkan raut wajah bertanya-tanya, seakan tahu apa yang menjadi pertanyaan yang dibenak oleh Wenda, Axton menjawab.

"Hari ini penting buat kita, kita harus membuat kenangan agar kita tak melupakan hari ini." Wenda yang masih tertegun langsung dirangkul oleh Axton.

"Ayo senyum!" perintah si fotografer. Axton tersenyum ke arah kamera begitu juga Wenda memamerkan senyum terbaiknya.

Si fotografer mengambil gambar mereka berdua, dia mengancungkan jempol pada mereka berdua. Tak butuh waktu lama, fotonya tercetak.

Si fotografer memberikan foto tersebut dan pergi. Axton dan Wenda nampak puas dengan foto mereka dan memuji satu sama lain. Ketika mereka sedang asyik membicarakan foto tersebut, angin kencang tiba-tiba saja meniup sampai topi yang terpasang di kepala Axton terlepas.

Sesuai dugaan, tak butuh waktu lama keduanya menjadi pusat perhatian. "Bukankah itu Axton Denzel?" suara seorang pengunjung terdengar mengatakan hal tersebut.

Next chapter