webnovel

Jabatan Baru

"Panggilan kepada karyawan-karyawan berikut yang kami sebut namanya harap menuju ke ruang pertemuan utama sekarang juga. Alexander Danique Van Berend, Rachel Amerta Juvenile, ...."

Rachel beranjak dari duduknya dan meminta izin kepada manajer untuk pergi ke aula perusahaan, manajer yang juga mendengar pengumuman di speaker ruangan, hanya mengangguk mengizinkan Rachel.

Semua yang dipanggil tidak menunggu pengumuman selesai untuk beranjak dari kantornya. Di ruang pertemuan, Rachel mengambil tempat duduk di deretan depan yang juga sudah ada beberapa karyawan dari divisi lain di sana. Pandangannya refleks memindai sekeliling, lagi-lagi Ia mencari keberadaan Danique seolah itu sudah menjadi gerakan alaminya. Lelaki itu belum sampai padahal Ia merasa mereka keluar ruangan bersamaan.

"Kau tahu mengapa kita dikumpulkan di sini?" gadis di sebelahnya yang Rachel lupa namanya karena mereka jarang bertemu, bertanya dengan gusar.

"Tidak," jawab Rachel singkat sembari mengedikkan bahu.

"Aku juga tidak tahu, tapi kuharap tidak ada hal buruk yang bakal menimpa kita," ucap gadis itu lagi.

"Aku tidak memiliki firasat buruk," Rachel mencoba menenangkannya.

"Oh, syukurlah. Aku takut."

"Selagi tidak melakukan kesalahan, jangan takut," ujar Rachel.

Rachel tidak takut sama sekali, keluar masuk sebuah perusahaan sudah biasa baginya. Ia justru senang jika dirinya bisa keluar dari perusahaan ini dengan mudah. Setelahnya, Ia akan melalang buana ke belahan dunia lain untuk mencari kehidupan baru demi menyamarkan identitasnya.

Saat ruangan mulai penuh, Danique baru muncul di pintu masuk. Sepatu Danique sudah bersih, sangat ketara lelaki itu membersihkannya di kamar mandi karena ada bekas air yang sedikit mengotori lantai bekas tapakannya. Rachel berdecak geram pada lelaki itu. Tidakkah lelaki itu bisa menjaga kebersihan sekali saja?

"Baiklah karyawan karyawati yang saya hormati, ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan sehubungan dengan dikumpulkannya saudara sekalian di sini,"  staf HRD memulai pembicaraan.

Rachel menyimak dengan saksama seperti halnya karyawan yang lain. Ada pengumuman penting, salah satunya adalah pergantian jabatan secara besar-besaran, semua yang dikumpulkan di sini sudah ditentukan untuk menempati jabatan baru mereka. Beberapa akan diumumkan secara langsung sedangkan sisanya bisa dilihat di surat keputusan yang dibagikan kepada masing-masing.

"Jabatan Direktur Utama ditempati oleh yang terhormat Bapak Alexander Danique Van Berend menggantikan beliau yang terhormat...." 

"Hah, Danique?!" belum selesai pengumuman lisan itu disampaikan, Rachel sudah mengeluarkan suara dari bibirnya, namun Ia langsung membungkamnya dengan tangan.

Pikirannya sedikit membeku, Ia sangat terkejut, Ia tidak percaya lelaki tengil itu langsung menjabat CEO padahal jabatan sebelumnya sejajar dengan dirinya, sama-sama staf divisi biasa.

"Ini benar-benar gila, yang benar saja," batinnya.

Ruangan pun riuh rendah, tak hanya dirinya yang terkejut dengan pengumuman pergantian jabatan itu. Namun mereka tidak bisa protes setelah menyadari bahwa nama belakang Danique dengan nama belakang pemilik perusahaan sama persis. Mereka sama-sama berasal dari keluarga Van Berend. Mau tidak mau semua karyawan menerima kenyataan ini dan terdiam sampai semua acara di ruangan terlewati. Masing-masing pun mendapat surat keputusan tentang jabatan baru yang mereka duduki.

Rachel membelalakkan pandangannya mengetahui isi surat di tangannya. Ia setengah tidak percaya, Ia mendapat jabatan sebagai asisten pribadi CEO. Belum usai rasa terkejutnya setelah mendengar bahwa CEO baru mereka adalah Danique, Ia dikejutkan bahwa yang jadi asisten pribadi lelaki itu adalah dirinya.

"Kau ditempatkan di mana, Miss Juvenil?" tanya gadis itu yang ternyata masih mengingat namanya.

"Aku... aku..." Rachel tergugu.

"Kau jadi asisten pribadi CEO?" gadis itupun turut terkejut.

Rachel tak punya bayangan bagaimana nantinya Ia bekerja, kakinya pun melangkah seperti jelly saat acara sudah selesai. Di ruang kerjanya, semua karyawan sudah heboh menyanjung-nyanjung Danique.

"Semoga kita semua semakin makmur karena Kau yang menjabat direktur utama, Dan," Rachel mendengar manajer mengatakan itu.

"Iya, Kau harus bekerja keras supaya perusahaan ini selalu berada di puncak," sahut yang lain.

"Tenang saja, aku punya asisten pribadi yang pasti bakal membuatku rajin," Danique melirik Rachel yang baru saja masuk. Lelaki itu mengedipkan sebelah matanya.

Jabatan baru berlaku mulai besok pagi, hari ini semua karyawan yang dipindah dengan semangat mengemasi barang-barang yang ada di meja, kecuali Rachel, wajahnya tidak bisa menunjukkan rasa syukur. Rachel tidak tahu harus berbuat apa, Ia sangat hapal bahwa Danique memiliki reputasi sedikit brengsek, semua karyawan juga tahu tentang hal itu. Danique memang supel, tetapi supelnya terkadang berlebihan sampai menakutkan. Kemarin saja lelaki itu hampir mencium dirinya di lift, bagaimana jika Ia harus mendampingi lelaki itu setiap hari sebagai asisten pribadinya?

"Oh iya, malam ini kita makan-makan, santai saja aku yang bayar. Anggap saja ini pesta perpisahan kita dan ucapan terima kasihku pada kalian semua," seru Danique.

"Aku ikut," sahut beberapa orang.

"Setuju, aku harus ikut," sahut suara lelaki yang bersahutan dengan suara lainnya.

Semuanya antusias, Rachel dilema antara harus ikut atau tidak, Ia hanya malas mengikuti acara ramai-ramai itu, tetapi Ia tidak memiliki alasan untuk menolak. Baiklah, kali ini Ia akan ikut demi menghargai ajakan CEO baru mereka.

Pertemuan informal malam itu bisa dipastikan merogoh dompet Danique cukup dalam. Beberapa botol anggur, puluhan porsi daging sapi yang boleh dimasak secara mandiri di meja, burger, pizza, serta susu segar semuanya ada di meja mereka. Singkat cerita malam ini Danique mentraktir teman-temannya untuk berfoya-foya.

"Ah, Rachel, mengapa Kau diam saja. Bukankah kita harus mengakrabkan diri supaya kita nyaman bekerja sama mulai besok?" setelah menenggak anggur langsung dari botolnya dan menghabiskan hampir setengahnya, Danique mendekati Rachel.

"Minggirlah, Danique," Rachel dengan kasar menyingkirkan tangan Danique dari bahunya.

"Oh, Rachel masih tetap bersikap dingin. Ia bahkan tidak berubah meski Kau sudah naik jabatan secara drastis, Dan," manajer mereka yang juga sudah terpengaruh alkohol ikut bicara.

"Rupanya Kau juga tahu bahwa aku menyukai gadis ini, Manajer. Oh, Rachel, ayolah," Danique meracau.

Me... menyukai?

Rachel mengerutkan dahinya. Tidak, tidak mungkin! Manusia seperti Danique hanya suka mempermainkan wanita. Rachel menggertakkan gigi. Ia menahan diri supaya tidak mabuk, Rachel tidak meminum alkohol sedikit pun, juga tidak makan terlalu banyak supaya tubuhnya tetap seimbang. Jika tiba-tiba Danique atau yang lain lepas kendali, Ia masih bisa selamat.

Setelah acara selesai, semuanya melanjutkan ke tempat karaoke. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Rachel untuk menyelinap pulang, Ia tidak butuh acara seperti itu, baginya hanya menghabiskan waktu dan tenaga. Ia pun baru tahu bahwa dirinya seorang introvert dan itu normal saja menurut psikolog-nya.

Sesampainya di apartemen, Rachel langsung membuka sebuah lemari di mana Ia menyimpan gaun itu, gaun pemberian ibu asuhnya dan sangat megah pada masanya. Sembilan puluh enam tahun lalu yang memiliki gaun sutera berhias emas berlian hanyalah kalangan bangsawan. Meski Rachel tahu siapa dirinya, namun masih menjadi misteri bagaimana ibu asuhnya yang sangat miskin mendapatkan gaun itu.

Ia menangis tersedu-sedu. Akhir-akhir ini Ia tidak bisa tenang, waktunya tinggal satu hitungan lagi. Selain bekerja di kantor, Rachel menghabiskan waktunya untuk merutuk dirinya.

"Ibu, Kak Datura, Rachel janji akan bertemu dengan Pangeran Cuon. Rachel akan penuhi keinginan ibu supaya menikah dengan kalangan bangsawan," lirih Rachel.

Diakui atau tidak, Rachel takut mengucapkan janji itu. Malam purnama dari seribu purnama tinggal satu lagi. Jika Ia tidak bertemu dengan cinta sejatinya malam purnama terakhir, Ia tidak lagi berjodoh dengannya.

"Rachel ingin Ibu dan Kak Datura tenang di sana. Atau mungkinkah, kalian juga terlahir kembali seperti Pangeran Cuon?"

***

Next chapter