1 Raden Raharjo

Seorang murid tertidur dikelas pada saat gurunya sedang menjelaskan didepan kelas. Gurunya yang sadar bahwa ada muridnya yang tertidur merasa geram dan menghampiri murid tersebut.

"Raden Raharjo!" Sang guru membentak sang murid yang sedang tertidur itu, "Sudah yang ke berapa kalinya ibu bilang tidak boleh tidur dikelas!? Keluar sekarang!"

Namanya Raden Raharjo, seorang murid SMA kelas satu di sekolah bernama SMAN 07 Buitenzorg. Dia adalah murid biasa yang normal dari luar namun dibalik kemalasannya dalam belajar Raden memiliki rahasia yang terpendam.

Raden berdiri didepan kelasnya ketika disuruh oleh guru tersebut.

"Yo, kau dihukum lagi ya, Raden?"

Sebuah suara perempuan terdengar ditelinga Raden, dia kemudian menoleh untuk melihat sumber suara tersebut.

Seorang perempuan rambut hitam dengan wajah yang cantik serta kulitnya yang putih menambah keanggunan wanita tersebut namun hal itu tidak penting bagi Raden. Raden memalingkan wajahnya kembali dengan malas.

Wanita tersebut geram dan menjambak rambut Raden, "Hei, aku sudah bersedia menemanimu mengapa kau memperlakukanku seperti itu?"

Wanita itu bernama Lia Adnelia, dia merupakan salah satu dari tiga primadona SMAN 07 Buitenzorg. Lia sudah dekat dengan Raden karena mereka dahulunya satu SMP.

"Kau sendiri yang ingin menemaniku mengapa kau menyalahkanku?"

Mendengar perkataan Raden dengan nada polos membuat Lia semakin geram namun bukannya berteriak kesal Lia malah tersenyum, tersenyum dingin.

"Ohh..."

Setelah berkata itu tanpa basa-basi lagi Lia segera menendang perut Raden dengan keras membuat Raden jatuh tersungkur.

"Rasakan itu bodoh!" Ucap Lia sambil pergi meninggalkan Raden yang kesakitan.

"Bagaimana bisa ada wanita seperti itu?"

***

Bel pulang sekolah berbunyi ketika Raden masih meringis kesakitan. Sang guru yang baru keluar dari kelas melihat Raden seperti itu langsung menanyakan keadaannya.

"Aku baik-baik saja, bu. Terima kasih."

Raden berusaha bangkit dan mencoba menahan rasa sakitnya. Dia berjalan kedalam kelas dan melihat Lia sedang duduk seolah menunggu seseorang.

Tatapan Lia bertemu sejenak dengan Raden sebelum Raden mengacuhkannya dan mengambil tasnya untuk pulang.

"Tunggu, Raden. Maafkan aku..." Suara Lia terdengar samar ditelinga Raden.

"Apa? Bisa kau ulangi?"

"Maaf..."

"Bisa lebih keras lagi tidak, aku tidak mendengarnya?"

"Maaf bodoh!" Lia berteriak kesal dengan tingkah Raden karena Lia tahu Raden sudah mendengar ketika kedua kalinya dia bicara.

Raden tertawa melihat tingkah laku Lia, dia kemudian mulai berbicara seperti biasa lagi dan mengajaknya pulang bersama.

Dalam perjalanan pulangnya tidak henti-hentinya Lia bercerita tentang apa yang dialaminya hari ini walaupun Raden sebagian besarnya sudah mengetahui karena mereka satu kelas namun Raden tetap mendengarkannya dengan baik.

Cerita Lia terhenti ketika melihat wajah Raden menjadi serius dan menarik dirinya ke belakang Raden. Lia baru sadar bahwa mereka dikepung oleh lima orang dengan seragam sekolah yang sama sambil membawa tongkat baseball di tangan mereka.

"Kami SMAN 05 Buitenzorg meminta balas dendam teman kami karena ulah teman kalian, Reino Abdul."

"Tenang saja kami tidak akan membunuhmu."

Mereka adalah murid dari SMAN 05 Buitenzorg yang merupakan musuh bebuyutan sekolahnya Raden.

"Aku dan temanku ini tidak ada hubungannya dengan hal itu. Jadi lepaskan kami." Ucap Raden dengan tenang.

Di sisi lain Lia terlihat sangat ketakutan terlihat dari kakinya yang gemetar. Yang Lia takutkan adalah mereka bukan hanya menyerang mereka berdua namun Lia memiliki firasat buruk lainnya.

"Hahahah... Melepaskan kalian? Tidak semudah itu, kawan." Ucap salah satu dari mereka yang terlihat seperti pemimpin mereka sambil tersenyum lebar kearah Raden.

"Apakah tidak bisa diselesaikan dengan damai?" Raden masih terlihat tenang karena tidak ingin Lia terlibat masalah ini.

Mendengar hal itu pemimpin mereka tersenyum semakin lebar, "Bisa saja, kalau begitu serahkan wanita itu pada kami." Ucapnya sambil menunjuk Lia diikuti dengan gelak tawa teman-temannya.

Lia yang ditunjuk merasa firasat buruknya akan benar-benar terjadi. Dia semakin putus asa hingga akhirnya terduduk lemas dan jatuh pingsan.

Raden yang mendengarnya menjadi geram namun wajah kesalnya itu diganti dengan senyuman iblis yang membuat merinding kelima orang itu. Kemudian Raden membawa Lia ke tempat yang lebih aman.

"Tidak perlu takut dia hanya sendiri." Sang pemimpin mengambil alih kembali kesadaran teman-temannya.

Para murid itu langsung bersiap menyerang Raden. Mereka mempererat pegangan pada tongkat baseball milik mereka.

Selesai Raden menaruh Lia ditempat aman para murid SMAN 05 Buitenzorg itu mulai menyerang Raden dari berbagai arah namun Raden tetap tenang dan menghindari serangan-serangan mereka dengan mudah.

Tidak ada satupun yang mengetahui bahwa rahasia Raden adalah dia ahli bela diri.

Setelah lima belas menit menyerang akhirnya para murid SMAN 05 Buitenzorg mulai kewalahan dan menyadari bahwa mereka berada di tingkatan yang berbeda dengan Raden, karena tidak ada satupun serangan yang mengenainya, sementara dipihak mereka mendapat luka pukulan serta tendangan.

"Bagaimana mungkin serangan kita tidak mengenainya sama sekali?"

"Mo..monster."

Rasa takut mulai muncul dibenak mereka. Seolah mereka melihat Raden adalah seorang monster bertubuh manusia. Salah satu dari mereka bahkan mencoba lari namun ditahan oleh Raden.

"Mau kemana kau?" Raden bertanya dengan nada yang dingin.

Setelah berkata itu Raden langsung memukulnya sekali dan murid itu segera pingsan di buatnya.

Para murid lain yang melihat itu segera memohon ampun pada Raden namun Raden tidak mempedulikannya hingga akhirnya mereka dibuat pingsan dengan satu serangan menyisakan pemimpin mereka.

"Tadi kau bilang apa? Menginginkan dia?" Raden menunjuk kearah Lia yang tidak jauh darinya.

Murid itu pun dengan cepat menggelengkan kepalanya dan langsung memohon ampun pada Raden.

Raden menghela napas pelan, "Baiklah, lepaskan semua pakaianmu dan aku akan mengampunimu."

Tanpa pikir panjang murid itu langsung melepas pakaiannya dan lari sekencang-kencangnya membuat Raden tertawa kecil melihatnya. Namun tawa kecilnya tidak bertahan lama setelah dia menoleh suatu arah.

"Keluarlah." Ucap Raden dengan waspada.

Sosok itu keluar dari bayangan gelap sambil bertepuk tangan, "Seperti yang diharapkan dari The Unknown." Sosok itu keluar sepenuhnya yang menampilkan senyuman lebar di wajahnya.

***

Selamat datang dikarya saya, silakan vote, comment, dan share cerita ini agar lebih banyak peminatnya, terimakasih.

avataravatar
Next chapter