1 TERLIBAT PERKELAHIAN

"Nona Serazhat, sebaiknya kita jangan lewat di sana. Ada perkelahian antar mafia di sana." ucap Nandara seorang salah satu bodyguardnya yang menjaga Serazhat selama dua puluh empat jam.

"Aku ingin kesana! Aku ingin melihatnya Nanda." ucap Serazhat yang selalu keras kepala jika itu sudah menjadi keinginannya.

"Tapi Nona Serazhat, akan sangat berbahaya bagi nyawa Nona jika tetap ingin kesana." ucap Nandara sedikit lelah dengan sikap Tuan Putrinya yang sangat keras kepala.

"Ya sudah, aku perintahkan kamu tetap di sini! dan jangan ikuti aku! kamu mengerti!" ucap Serazhat dengan tatapan matanya yang tajam.

"Tapi Tuan Putri Serazhat! aku sudah di perintahkan Tuan Raja untuk melindungi dan menjaga nyawa Tuan Putri Serazhat." bantah Nandara yang sudah kesal jika sudah menjadi perdebatan antara dirinya dan Tuan Putrinya.

"Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku Tuan Putri selama kita tinggal di sini! apa kamu mengerti? atau kamu ingin aku pecat?" ucap Serazhat dengan suara yang penuh tekanan.

"Tapi Nona!" ucap Nandara tidak berlanjut saat ucapannya di sela oleh Serazhat.

"Sssttt!! tetap di sini dan jangan ikuti aku! mengerti!" bentak Serazhat tanpa tersenyum.

Nyali Nandara menciut setelah mendapat bentakan keras dari Serazhat.

Tanpa menghiraukan Nandara yang gelisah, Serazhat berjalan dengan sedikit berlari ke arah keramaian di sebuah sudut jalan yang terlihat jelas di mata Serazhat.

Dengan kedua matanya yang bersembunyi di balik kaca mata sebagai penyamarannya Serazhat mengendap-endap sambil membawa cameranya.

Di sebuah toko kosong yang jaraknya dekat dengan perkelahian dan penembakan, Serazhat bersembunyi di balik tong sambil melihat sekelilingnya.

"Aku harus bisa mengabadikannya siapa tahu dengan foto-foto ini bisa membantu paman Sam untuk menangkap gembong Mafia yang selama ini di cari dimana-mana." gumam Serazhat di antara suara desing peluru yang kesana kemari.

Dengan kejeliannya Serazhat mengambil beberapa foto yang benar-benar jelas dari orang-orang yang menurutnya lebih aktif menarik pelatuknya.

Karena terlalu asyiknya mengambil foto yang bagus, tanpa sadar Serazhat melewati garis zona merah yang berbahaya.

Di saat Serazhat tersadar semuanya telah terlambat, peluru-peluru mafia yang simpang siur itu hampir saja mengenainya jika tidak ada tangan kokoh yang menariknya dengan sangat kuat.

"Aaakkkhhh!!" teriak Serazhat saat tubuh indahnya terjerembab pada tubuh kekar yang telah menolongnya.

Kedua tangan Serazhat menekan dada bidang laki-laki yang di tindihnya.

"Diamlah, jika kamu tidak ingin mati tertembak. Kamu berada di kawasan berbahaya." ucap Laki-laki itu sambil membekap mulut Serazhat dengan salah satu tangannya.

Seketika Serazhat terdiam, dengan kedua matanya menatap penuh kedua mata laki-laki yang masih di tindihnya.

"Siapa kamu? kenapa kamu menolongku? kamu orang jahat atau orang baik?" tanya Serazhat dengan banyak pertanyaan.

"Jangan bicara lagi, ayo pergi dari sini." ucap Laki-laki itu lagi sambil menggenggam tangan Serazhat.

"Tidak! aku tidak akan ikut denganmu sebelum kamu bilang siapa namamu." ucap Serazhat dengan tatapan tajam.

"Baik!! namaku Abizard, kamu puas! sekarang ikut denganku, di sini sangat berbahaya untukmu." ucap Abizard menatap penuh wajah Serazhat.

"Aku tidak akan ikut denganmu, aku tidak tahu kamu orang baik atau tidak! bagaimana kalau kamu tiba-tiba membunuhku?" ucap Serazhat masih dengan keras kepalanya.

"Kamu sudah menghabiskan kesabaranku Nona!" ucap Abizard dengan suara penuh tekanan.

"Aku tidak peduli." ucap Serazhat menepis tangan Abizard yang menggenggam tangannya.

Tanpa banyak bicara lagi, Abizard mengangkat tubuh Serazhat dan memanggulnya di atas bahunya.

Serazhat berteriak histeris meronta dan memukuli punggung Abizard. Namun tubuh Abizard tetap tegap berjalan seraya menembak beberapa kali pada musuh yang mengincarnya.

"Kalau kamu masih berteriak jangan salahkan musuh yang menembaki kita." ucap Abizard sedikit kewalahan menghadapi musuh-musuhnya yang melayangkan tembakan tanpa henti.

Abizard memutar tubuhnya melindungi Serazhat saat mengetahui sebuah tembakan menyerangnya tanpa Abizard ketahui sebelumnya.

"Dor...Dor... Dor"

Bahu kanan Abizard terkena tembakan, demi melindungi Serazhat yang di panggulnya di sebelah kiri.

Melihat Abizard yang benar-benar kewalahan menghadapi musuh, dengan berani Serazhat mengambil pistol dari pinggang Abizard dan menembak beberapa orang yang berniat menembak ke arah Abizard.

"Dor...Dor...Dor"

Abizard tersenyum saat mengetahui Serazhat berhasil melumpuhkan satu lawan musuhnya.

Dengan berlari cepat, Abizard berhasil membawa Serazhat keluar dari area baku tembakan kemudian menurunkan Serazhat.

"Kita mau kemana? aku harus kembali ke tempatku. Temanku pasti bingung mencariku." ucap Serazhat dengan cemas memikirkan Nandara yang pasti kebingungan mencari dirinya.

"Kamu tidak bisa kesana saat ini, disana masih ada baku tembakan. Tunggu sampai malam." ucap Abizard membawa Serazhat ke rumah sewa yang tampak sepi.

"Tolong berikan kunci kamarku." ucap Abizard seraya memberikan uang beberapa ratus ribu pada pemilik rumah sewa yang telah menjaga kamarnya setelah beberapa hari Abizard tinggalkan.

"Ini kunci kamarnya Tuan Abizard." ucap Pemilik rumah seraya memberikan kunci kamar pada Abizard.

"Terima kasih." ucap Abizard menerima kunci kamarnya kemudian menggenggam tangan Serazhat dan membawanya masuk ke kamar yang sudah lama di sewanya.

"Bersihkan badanmu, dan ganti pakaian kamu yang kotor." ucap Abizard seraya melepas jaket dan kemejanya yang berlumuran darah.

"Bahu kamu berdarah, apa kamu terluka?" tanya Serazhat seraya mendekati Abizard.

"Aku tidak apa-apa, lakukan saja apa yang aku perintahkan. Bersihkan badanmu dan ganti pakaianmu." ucap Abizard seraya mengambil kemejanya dari dalam almari dan memberikannya pada Serazhat.

Tanpa membantah ucapan Abizard, Serazhat menerima kemeja Abizard kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Setelah Serazhat masuk ke dalam kamar mandi, segera Abizard mengeluarkan belatinya, dan sebuah lilin juga satu botol minuman keras yang selalu di simpannya di dalam tas ranselnya.

Setelah semua di letakkan di atas meja, Abizard segera membakar belati yang di bakarnya di atas lilin yang sudah di nyalakannya.

Dengan dada telanjang, Abizard membersihkan lukanya yang tertembak dengan air arak, kemudian bersiap-siap mengambil peluru yang bersarang di bahunya dengan sebuah belati yang sudah di bakarnya.

"Aaakkkhhh!!" teriak Abizard saat mengambil peluru yang ada di dalam bahunya.

Teriakan Abizard terdengar sampai di telinga Serazhat, yang membuat Serazhat langsung keluar dari kamar mandi setelah memakai kemeja Abizard.

"Kamu! kamu kenapa tidak ke Dokter saja untuk mengambil peluru itu?" tanya Serazhat dengan perasaan takut melihat darah yang mengalir deras dari bahu Abizard.

"Kamu tenang saja, aku sudah mengambil pelurunya." ucap Abizard seraya menyiram lukanya dengan air arak setelah berhasil mengambil pelurunya.

Setelah beberapa saat menyiram lukanya dengan air arak, darah yang keluar dari bahu Abizard mulai berhenti.

"Apa kamu bisa membantuku membalut lukaku?" tanya Abizard seraya memberikan perban pada Serazhat.

Dengan cepat Serazhat menerima perban dari Abizard dan membalut luka Abizard dengan sangat serius.

"Apa kamu tidak merasa sakit?" tanya Serazhat setelah selesai membalut luka Abizard.

avataravatar