1 Chapter 1

ketukan sepatu terdengar samar-samar milik seorang gadis yang sedang menuju kamar ber Nomor 101 di sebuah rumah susun, langkahnya pelan menggambarkan jika tubuh nya sedang lelah. Sesekali gadis bernama Maylee atau akrab di panggil Ailee itu membenarkan posisi kacamata bulat yang bertengger di hidung mancung nya. Beberapa berkas di tenteng nya juga tas ransel yang setia di punggung, ia baru saja mengikuti seleksi yang di adakan salah satu cabang perusahaan besar di pusat kota X khusus untuk orang-orang yang bermasalah dengan tempat tinggal.

Hari menunjukkan pukul 10 malam namun gedung itu tidak benar-benar sepi, Indra pendengaran Ailee Masi terganggu dengan suara pertengkaran pasangan yang ia tidak ketahui entah pasangan kekasih atau pasangan suami istri. Dari kejauhan Ailee menatap pintu kamar nya dan membayangkan hal yang akan terjadi saat ia memutar gagang dan mendorong daun pintu tua itu. pikir nya mungkin saat ia masuk maka ia akan bertemu seseorang yang akan membuang barang-barang nya keluar, detak jantung nya seraya mengikuti hitungan Aille saat ingin membuka pintu, Satu dua tiga hitung nya dalam batin. Ailee malangkah kan kakinya memasuki ruang dengan berusaha untuk tetap tenang, Ia menyapu pandangan nya ke keseluruhan penjuru ruangan pemandangan yang bisa membuat orang yang melihat nya merasa sangat muak, piring kotor, plastik makanan ringan, kulit buah, mereka semua seolah menguasai ruangan itu.

"jam berapa ini?" tanya gadis hanya memakai tank top berwarna hitam dan celana short dengan warna senada.

"aku harus berjalan kaki dari halte bus"

Orizellie nama cewek dengan paras yang cantik ternyata adik tiri Aille yang masi setia menatap layar televisi dan Masi dalam mode tenang. "lalu bagaimana hasil nya" tanya nya lagi pada Aille yang masi berdiri di tempat yang sama

"aku tidak tau, terlalu banyak orang yang menginginkan bantuan itu"

"lalu, apa yang kamu lakukan di sana"

"Aku hanya ikut mengantri dan mengikuti beberapa prosedur lainnya"

"sewa rumah ini harus di bayar secepatnya, tagihan listrik, pinjaman bank juga" jelas Gadis yang masi berusia 16 Tahun dengan suara pelan namun terkesan sangat mengintimidasi itu, tak banyak basa basi lagi langsung beranjak dan menuju ke kamar. Sementara Aille dengan mood yang sangat buruk tubuhnya nya lelah otak nya tak bisa berpikir jernih lagi sejak proses seleksi tadi di tamba lagi hal yang baru saja ia dengan sewah rumah juga beberapa hal yang haru di bayar lalu apa kabar dengan uang semester nya. Aille mengacak rambutnya frustasi dan membuang tas nya kesembarang arah juga menjatuhkan badan beserta berkas yang di pegang mungilnya di lantai.

Ailee mahasiswa semester Akhir yang beberapa bulan lagi menyelesaikan studi S1 di university Nasional Demin, melihat kondisi ekonomi sangat tidak memungkinkan untuk Aille memasuki Universitas besar itu namun jika melihat dari kemampuan otak nya Cukup memungkinkan kan, ia masuk melalui Jalur Baesiwa. gadis berusia 25 tahun itu harus menganggur 2 tahun sebelum masuk ke perguruan tinggi, tapi sekarang Ia juga harus berkerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan nya dengan saudari tiri nya.

Di pusat kota tepatnya di sebuah bar mewah yang terletak di lantai atas di salah satu hotel mewah milik JA Group, seorang pria dengan tatapan tajam, rahang yang kokoh semakin mempertegas wajah tampan nya di tamba lagi otot-otot kekar milik nya menyempurnakan label yang di terima nya sebagai Pria tampan ia bernama Jevier Alterio merupakan CEO dari JA Group sedang menikmati waktu senggang nya dengan di temani beberapa minuman beralkohol, kali ini ia memilih minuman dengan kadar alkohol rendah. ingin menghindari pemandangan sialan namun tetap saja tidak bisa, yah ia salah alamat jika ingin menghindari pemandangan yang bisa memancing perasaan alami seorang pria namun Jevier masuk dalam daftar terkecuali. beberapa wanita menjajakan tubuhnya walau tak di bayar para wanita itu mungkin saja tak akan menolak. Wanita normal mana yang bisa menolak pesona Seorang Jevier, bisa dipastikan para wanita pelayan Nafsu di tempat itu sedang memikirkan tubuh nya di jajah oleh Jevier.

"kami sudah menerima beberapa berkas dari beberapa orang yang ingin mendapatkan bantuan dana pembangunan rumah itu" lapor seorang Asisten pada Jevier

"berapa banyak"

"sangat banyak"

Jevier kembali meminum cairan beralkohol itu dalam satu tegukan dan tak tersisa lagi di gelas nya

sambil tersenyum miring "Begitu banyaknya manusia miskin, lakukan sesukamu aku tidak perlu tau tentang itu. Manfaat kan mereka jika kau butuh" kembali ke wajah datar nya Jevier bangkit dari sofa dan menuju pintu keluar sambil merapikan jas Armani nya. Begitu banyak pelayanan hotel yang menunduk tanda hormat padanya namun seperti biasa bagi Jevier itu hal yang tak perlu ia lirik.

"tuan mau ke apartemen" tanya Asisten nya saat iya hendak memasuki mobil namun Jevier menyempatkan untuk menatap ke arah langit

" ke Mension" singkat Jevier dan langsung masuk ke dalam mobil di ikuti asisten nya dan duduk di kursi depan.

"besok tuan ada jadwal pertemuan yang tak jauh dari sini"

"sekarang aku tidak butuh informasi murahan itu, batalkan jika besok kita tidak sempat"

"baik tuan" Setelah percakapan mobil pun melaju membelah jalan kota X yang sangat ramai. Riuh dari klakson kendaraan merupakan hal biasa di kota metropolitan itu, kota yang berada dalam Negara dengan status maju namun tak bisa di pungkiri kemiskinan Masi terdapat di negara itu.

mobil semakin mendekati Mension mewah dan semakin sepih pula, Suara dari sibuknya kota hanya terdengar samar.

kelopak bunga musim panas berguguran sangat jelas terlihat dari balik kaca jendela mobil karna malam itu bulan sedang berada dalam fase bulat sempurna.

Cahaya dari Mension mewah samakin jelas terlihat menandakan Sang pemilik samakin dekat. Beberapa pria berbadan kekar membuka Gerbang, dan langsung memberikan hormat dengan sedikit menunduk. mungkin ada orang yang akan berpandangan Aneh terhadap Jevier yang hanya tinggal sendiri di Mension tanpa ada nya kelurga hanya beberapa pelayan yang bertugas membersihkan dan menyiapkan semua kebutuhan Jevier saat ia sedang di sana. Mension mewah namun si empunya memilih untuk membangun nya sedikit jauh dari ramainya kota

Berdasarkan tanda pengenal resmi, pria itu telah menginjak usia 29 dimana ia telah mencapai usia matang untuk memiliki seorang istri. Namun entah apa yang mengganjal di benak nya sampai ia tak memikirkan hal serius itu. Di balik kaca jendela besar yang ada di kamar nya Jevier menatap lurus kedepan dengan kedua tangan berada dalam saku celana, ia menatap kaluar berbeda dengan orang-orang pada umumnya yang memilih untuk membuat taman atau apapun agar pemandangan di balik jendela kamar nya menjadi indah tapi Jevier lebih nyaman membiarkan kamarnya berhadapan langsung dengan pepohonan besar dan gelap nya hutan.

pepohonan yang seakan hidup karna terpapar cahaya dari Mension miliknya di Tamba lagi burung malam yang sudah keluar dari persembunyian, sampai fokus nya tertuju pada seekor burung yang medekat bagi orang lain yang melihat kejadian itu mungkin akan sangat menakutkan tapi bagi Jevier itu hal yang membosankan ia hanya memberi tatapan miris dan senyum sinis.

"CK, wajah mu sangat buruk, menyingkirlah"

setelah puas memanjakan matanya dengan pemandangan malam yang sepih ia meraih remote Control lalu menekan salah satu tombolnya seketika jendela besar itu tertutupi oleh kain berwarna hitam.

"semuanya sudah siap tuan"lapor seorang maid dengan posisi paling tinggi di banding para pelayan lain di Mension itu dan sekarang ia sedang memberitahu tuanya bahwa semua kebutuh mandinya telah di siap kan.

Jevier melangkah menuju Ruangan di mana sudah tersedia bath tub besar yang sudah di isi air dengan suhu yang telah di atur menyesuaikan dengan udara malam ini juga tak lupa cairan wewangian. Ruangan dengan ukuran yang sangat luas itu di penuhi dengan beberapa peralatan mandi milik Jevier, namun Ruang itu tak selalu di gunakan Jevier saat ia sedang di Mension hanya malam-malam tertentu saja atau bisa di sebut saat ia mood untuk menggunakan ruangan itu, di hari-hari biasa Jevier akan melakukan ritual mandinya di kamar pribadi tanpa bantuan oleh maid.

avataravatar
Next chapter