1 Perkenalan Misterius

*****

Seperti biasa, dia muncul lagi tepat di bawah pohon beringin itu. Sudah tiga kali aku melihat nya berada di sana. Hari pertama, dia hanya menatap ku dengan pandangannya yang begitu meneduhkan. Ketika mata ku berkedip, dia pun menghilang. Hari ke dua, dia kembali terlihat, dengan pandangan nya yang sama di sertai senyum manis di bibir nya. Sorot matanya tampak berbinar. Di saat aku ingin menatapnya lebih lama, dalam sekejap pula dia lenyap. Dan hari ini, aku pun melihat nya lagi. Dari kejauhan, dia menatapku begitu lekat, lalu mengukir senyum indah untuk ku. Ketika mata ku beradu pandang dengannya, entah dorongan apa yang membuat bibir ku tersenyum padanya. Setelah melihat balasan senyum dari ku, dia pun melambaikan tangannya. Saat aku mengerjapkan mata, dia tetap berada di sana, seakan sedang menantikan kedatanganku.

Ku lirik arloji di pergelangan tangan ku. Pukul 07.45. Belum waktunya masuk kelas. Sepertinya tidak masalah jika aku menghampiri nya sebentar. Lagi pula, aku sungguh penasaran ingin tahu siapa dia.

" Gak ada salah nya gue kesana. " ucap ku dalam hati. Tanpa rasa takut sedikit pun, aku melangkah menuju pohon beringin itu. Dari dekat, ku perhatikan cowok itu dengan seksama. Wajah nya tampan, postur tubuhnya tampak ideal, juga terlihat kekar dengan dada yang simbar. Dia memakai baju kemeja berwarna biru laut, dengan kancing atas terbuka. Terlihat begitu serasi dengan warna kulitnya yang putih juga bersih. Rambut hitam yang panjangnya sebahu dengan gaya potongan belah tengah, tersisir begitu rapi membuatnya tampak menawan.

" Bolehkah aku mengenal mu?? " suaranya terdengar lembut, seperti magnet seakan hati ku tertarik oleh pesonanya. Tanpa sadar aku mengangguk.

" Siapa nama mu? "

" Fikha. "

" Hmmm,,, nama yang manis seperti senyuman mu. "

" Terima kasih. " aku tersenyum mendengar pujian darinya.

" Kamu anak baru ya? "

" Iya. "

" Sudah berapa lama di sini? "

" Baru beberapa minggu aku masuk kuliah. Sedangkan kamu, apakah kuliah di sini juga?? " tanya ku penasaran.

" iya. " aku tertegun mendengar jawabannya. Kalau memang iya, dia ambil jurusan apa, kenapa aku tidak pernah melihatnya masuk kelas. Seperti mengetahui raut wajahku yang tampak bingung, dia pun menjelaskan.

" Dulu sih, dua tahun yang lalu aku pernah kuliah di kampus ini, di kelas yang sama seperti mu, dan di kursi yang sekarang kamu tempati. " dahi ku mengernyit tanda tak mengerti.

" Maksud mu, sudah lulus begitu? "

" Belum lah, hampir. " aku makin tak mengerti dengan ucapannya.

" Kalau belum lulus, sekarang kamu di mana? Kenapa aku tidak pernah melihat mu masuk kelas? "

" Saat ini aku sedang berada dalam perjalanan berkelana menuju ke suatu tempat. "

" Kemana? " belum sempat dia menjawab, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dari arah belakang.

" Hey, !! " aku menoleh. Suaranya tak asing lagi bagi ku. Ya ! Anasya Mirzha. Sobat karib ku. Aku dan Nasya sudah bersahabat lima tahun lebih, semenjak masih sekolah di SMP.

" Ternyata loe di sini, Fi. Gue cariin kemana-mana juga. Ngapain sih? Buruan masuk kelas gih! Keburu dosen datang tuh? "

" Bentar Sya, gue lagi ngobrol sama,,,,,,,,, " ucapan ku terhenti. Ketika berbalik badan, mata ku tak lagi melihat nya. Ku telusuri seluruh arah, tak juga ku temukan. Dia benar-benar tiada. Sosok itu raib begitu saja, bagai di telan bumi.

" Sama siapa sih, Fi? "

" Cowok itu. "

" Cowok??? Yang mana ??

" Cowok yang tadi barusan ngobrol sama gue, ngajak kenalan, bahkan gue sempat salaman juga kok. "

" Siapa namanya? " mendengar pertanyaan Nasya, dalam hati ku menggerutu. Sial! Kenapa tadi ku gak tanya namanya ya ?

" Gue lupa tanya nama, dia sudah pergi. "

" Hadehh,, !! Fikha, Fikha. Masih pagi juga sudah mengkhayal. " jengkel rasanya mendengar ucapan Nasya yang seakan tak percaya dengan perkataan ku.

" Gue gak mengkhayal, Sya. Beneran, cowok itu ada di sini. "

" Sedari tadi yang gue lihat cuma loe, Fi. Gak ada siapa-siapa di sini. Sudah lah, sekarang ayok masuk kelas. "

" Tapi, Sya,,, "

" Ssttt,,,,! " Nasya meletakkan jemarinya di bibir ku.

" Loe mau di kira udah gila, cuma karena bahas cowok yang gak jelas. Lihat tuh! cewek itu sedari tadi nglihatin loe terus, tauk!! " ucap Nasya seraya melirik seseorang, mataku segera mengikuti arah sudut pandang Nasya. Ternyata tak jauh di seberang jalan, berdiri seorang cewek yang sedang memperhatikan ku. Wajah nya sederhana, tanpa make up berlebih, dia terlihat cantik. Pakaiannya begitu rapi, dengan rambut panjang nya yang terikat, membuat nya nampak anggun. Tas mungil berwarna pink yang melekat di punggung nya, serta beberapa buku yang dia pegang, jelas menunjukkan bahwa dia seorang maha siswi, dan tidak menutup kemungkinan, ku fikir dia kuliah di kampus ini juga. Sorot matanya di penuhi tanda tanya, seakan ingin mengutarakan sesuatu pada ku. Namun, saat mata ku beradu pandang dengannya, dia pun segera menghindar.

" Aneh. " gumam ku dalam hati. Tapi bagiku, siapa cewek itu gak penting. Justru saat ini yang ada dalam fikiran ku adalah cowok yang tadi ngajak kenalan. Siapa sihh? membuat ku penasaran saja.

" Fikha,! Ayok,,,!! " Nasya menarik tangan ku. Sepertinya memang percuma ku cerita ke Nasya, toh dia gak akan percaya bila tak melihatnya sendiri, sementara sosok itu benar-benar telah sirna. Sungguh misterius!! Tanpa berkata apa pun, aku menurut mengikuti langkah Nasya menuju kelas. Baru beberapa ku melangkah, entah dorongan apa yang mendesak ku untuk melihat pohon beringin itu lagi. Seketika ku menoleh, dan benar, sosok itu muncul lagi. Menatap ku lalu tersenyum. Deg ! Jantung ku berdetak begitu kencang, tiba-tiba ku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku. Seakan aku terbang melayang, jauh ke dunia lain, di mana hanya ada aku dan dia.

" Loe lihat apa sih, Fi??! Buruan!!! '" teriakan Nasya mengembalikan kesadaran ku. Tiba-tiba ku merinding. Perasaan takut menyelinap masuk dalam hati ku. Sosok itu pun telah menghilang. Serentak aku segera mengejar Nasya bahkan mendahuluinya masuk kelas. Melihat tingkah ku yang nampak aneh, membuat Nasya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tanpa menunggu lebih lama, Nasya pun segera beranjak menuju kelas.

*****

Sesampai di kelas, aku segera meletakkan tas di dalam laci meja ku. Belum lama aku duduk, bu Rezty, dosen paling cantik, juga terfavorit di kelas ini, sudah datang. Langkahnya sungguh berwibawa. Wajah nya begitu ramah dengan senyum manis yang menghias di bibirnya, tampak selalu menebar kebahagiaan.

" Pagi anak-anak. " suara nya terdengar nyaring, menggema di seluruh ruangan.

" Pagi, bu. " serentak semua murid menjawab. Dalam sekejap suasana pun menjadi hening. Dengan tertib semua murid kembali duduk manis di tempat masing-masing. Tak terkecuali aku, dengan malas-malasan ku lipat siku di atas meja lalu terdiam memperhatikan bu Rezty yang sedang mengajar.

Belum ada satu jam pembelajaran berlangsung, namun aku sudah merasa suntuk. Memang sih, aku paling gak suka dengan pelajaran IPA, apa lagi kalau bahas tentang medis, duhh! bikin puyeng deh. Tapi mau bagaimana lagi, aku kuliah ambil jurusan IPA juga karena desakan dari mama. Padahal papa ku seorang dokter, namun sedikit pun aku tak pernah tertarik pada dunia kedokteran. Sebelum papa meninggal, papa ingin aku menjadi dokter, jadi mama memaksa ku untuk kuliah agar bisa mewujudkan keinginan papa. Mau gak mau ya aku harus nurut. Jelas gak mudah bagiku untuk memaksakan bakat yang sama sekali gak ku minati. Untung saja, yang mengajar bu Rezty, meski gk suka pelajarannya, namun cara bu Rezty mengajar begitu asyik dan jelas hingga membuat ku mudah mengerti apa yang bu Rezty ajarkan. Ku hirup udara dalam-dalam lalu membuang nafas dengan kesal.

" Uuhhh,,,! gue borring!! " keluh ku dalam hati. Sejenak ku pejamkan mata. mencoba rilex dan menetralkan fikiran. Ketika mata ku terpejam, tiba-tiba aku merasakan adanya hawa dingin di sekitar tubuh ku. Seseorang menyentuh kedua pipi ku. Jemari tangannya bagai permata kristal di musim salju, begitu dingin ku rasakan, namun menyejukkan.

" Fikha. " dia menyebut nama ku. Suaranya terdengar sangat lembut membuat ku terlena di alam tak sadar. Sesaat ku nikmati sentuhan-sentuhan itu.

" I love you. " dan kala suaranya terdengar lagi, aku pun teringat, suara itu seperti suara,,,,

" Oh my God,,!!! " aku menjerit. Seketika mata ku membeliak. Sorot mata yang ku pancarkan begitu tajam menatap ke seluruh sudut ruangan. Tidak ada siapa-siapa. Sosok itu tak terlihat oleh ku, justru yang ku lihat semua mata memandangku dengan panik. Terutama Nasya yang duduk di samping ku. Dia sangat terkejut lalu dengan keras mengguncang kedua bahu ku.

" Loe kenapa, Fi ??! "

" Dia,,,,, dia,,,,, " tenggorokan ku terasa sakit sekali. Seakan bibir ku terkunci rapat. Sepatah kata pun tak dapat ku ucap. Tubuh ku terasa membeku. Darah ku seakan berhenti mengalir. Nadi ku seperti tak berdenyut. Bahkan suara detak jantung, tak lagi dapat ku dengar. Aku tak tahu apa yang terjadi pada ku, yang jelas aku merasa takut.

" Ya Tuhan,,!! Tubuh loe dingin banget, Fi! " jelas ucapan Nasya terdengar sangat khawatir. Mengetahui keributan yang terjadi, bu Rezty datang mendekat.

" Ada apa?? " suaranya ramah penuh perhatian.

" Saya tidak tahu, bu. Tiba-tiba tubuh Fikha terasa dingin sekali. " mendengar jawaban Nasya, bu Rezty segera menyentuh tubuh ku.

" Sepertinya Fikha sedang sakit. Segera bawa dia ke ruang UKS, berikan dia obat dan biarkan dia istirahat sejenak. " setelah menyuruh Nasya untuk membawaku ke ruang UKS, bu Rezty kembali mengajar. Dalam sesaat, suasana kelas pun menjadi tenang.

" Ayok, Fi! " Nasya mengajak ku untuk segera beranjak. Dia mengapit kedua lenganku. Sebenarnya, aku tidak sakit. Kalau hanya untuk berjalan, aku bisa sendiri. Tapi biarlah, ku hargai ke khawatiran Nasya. Toh saat ini aku merasa lemas sekali. Ku biarkan Nasya menuntun ku hingga tiba di UKS.

*****

Aku terbaring lemah, dengan di temani Nasya yang duduk di samping ku. Nasya memandang ku dengan wajah penuh rasa iba. Yeah,, aku dan Nasya sudah lama bersahabat, bahkan sudah seperti saudara sendiri. Wajar saja, jika Nasya berlebihan mengkhawatirkan keadaan ku.

" Sebenarnya loe kenapa sih, Fi ? Hari ini tuh, tingkah loe aneh banget. Kalau loe sedang sakit, gak usah di paksain masuk kuliah. "

" Gue gak sakit, Sya. Gue gak aneh. Cowok yang tadi pagi nemuin gue di bawah pohon beringin itu, barusan datang lagi ke kelas kita. Dia nyentuh gue, Sya. Bahkan dia bilang cinta ke gue. " mendengar cerita ku, Nasya menghela nafas panjang. Dari raut wajah nya terlihat seakan tak mempercayai apa yang ku katakan.

" Kenapa sih, Sya ? loe gak bisa percaya sama gue. Padahal kita bersahabat sudah lama, bahkan sudah seperti saudara kan? Setiap apa pun yang gue katakan, pasti benar dan jujur. Tapi kali ini, kenapa loe gak mau percaya lagi sama gue. Kenapa,

Nasya ?? "

" Bukannya gue gak mau percaya lagi sama loe, Fi. Tapi yang loe critain itu terdengar mistis. Gak ada siapa-siapa di kelas kita. Bagaimana mungkin loe bisa bilang ada seseorang masuk kelas, sementara dari segitu banyaknya murid, bahkan bu Rezty pun tak mengetahui keberadaan nya. " aku terdiam mendengar ucapan Nasya. Yap ! memang benar, cerita ku sulit di percaya, karena dia hanya muncul di hadapan ku saja. Sosok itu hanya terlihat oleh ku saja.

Bibir ku tak lagi berkata-kata. Rasanya males debat dengan Nasya, toh tak kan percaya. Ku buang pandangan ku dari Nasya. Sorot mata ku tajam mengarah ke luar jendela. Ternyata di sana, lagi-lagi cewek cantik itu memperhatikan ku. Siapa sih? Kenapa dia selalu menatap ku dengan pandangan yang di penuhi rasa ingin tahu. Kalau memang ingin mengatakan sesuatu, kenapa tidak menemui ku? Kenapa hanya menatap ku dari kejauhan? kenapa dia hanya memperhatikan ku di saat aku membahas tentang cowok itu. Sebenarnya ada hubungan apa antara dia dan sosok misterius itu. Ahh ! Entah lah. Kepala ku terasa pusing sekali.

" Sudah lah, Fi. Jangan banyak fikiran. Sebaiknya loe beristirahat lah. Gue pergi dulu, ya ? "

" Loe mau kemana, Sya ? "

" Balik kelas lah, kan belum selesai pelajarannya. "

" Please, jangan pergi, Sya. Gue takut, gue mohon jangan tinggalin gue. " melihat wajah ku yang memelas, Nasya tak tega untuk beranjak dariku. Dia kembali duduk manis di samping ku.

" Oke, gue temenin loe, Fi. "

" Thanks ya, Sya. Loe baik deh. "

" Gue baik kan karena belum kambuh lagi jahatnya. " gurauan kecil Nasya mengukir senyum tipis di bibirku.

" Ada-ada aja loe, Sya. Emangnya loe bisa jahat ? "

" Bisa dong, kalau udah waktunya. "

" Apa hubungannya, jahat gak nya loe dengan waktu ? "

" Ya jelas ada hubungannya lah, Fi. Semua yang terjadi kan karena takdir. " aku tertegun mendengar ucapan Nasya. Yeah,, memang benar. Semua yang terjadi karena takdir, dan seperti nya perkenalan misterius yang ku alami hari ini juga karena takdir dari yang maha kuasa.

" Udah deh, jangan banyak ngomong. Buruan istirahat gih ! Gue gak akan kemana-kemana kok. Gue akan tetap disini buat jagain loe. Jadi loe tenang ajah, oke ! " aku mengangguk seraya tersenyum. Nasya memang baik. Aku senang punya sahabat seperti dia. Nasya sudah seperti seorang kakak yang selalu ada untuk adiknya , dimana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun.

Meski pun saat ini Nasya tak bisa percaya dengan ucapan ku, bagi ku tak masalah. Karena yang ku alami hari ini benar- benar misterius. Namun, aku yakin Nasya pasti percaya bila sudah waktunya. Dengan di temani Nasya, ku coba untuk tenang. Setelah seluruh tubuh terasa rilex, ku mulai pejamkan mata, lalu terlelap.

*****

avataravatar