webnovel

BAB 1. Pendaftaran pondok pesantren

Namaku Selvia Agustina biasa di panggil Selvia. Iya aku mulai hari ini aku berangkat ke sebuah pondok pesantren yang terletak di kabupaten Magetan Jawa timur. Ini bukan keinginanku namun ini keinginan orang tuaku yang cukup membuatku sedikit berat hati untuk meninggalkan rumah ku yang sudah lama aku tinggali..

"Kak ayo cepat" suara ibuku yang sudah tidak sabar untuk segera mengantarkan aku ke pondok pesantren.

"Nggh buk sekedap" dalam bahasa Indonesia berarti (iya buk sebentar). Lalu aku berjalan kearah ibuku yang sedang berada di depan rumahku yang sudah bersiap dengan mobil kesayanganku... Ya mungkin sebagian tanda perpisahanku dengannya ( mobil kesayangan).

*******Pondok pesantren******

Akhirnya aku sadar dari tidurku. Meskipun terasa sangat cepat. Aku melangkah ke arah dua orang cewek yang sedang duduk di depan ndalem ( rumah mbah yai )

Dan aku bersama ibuku melangkah ke dalam dan disambut dengan hangat "Assalamualaikum" kata yang pertama kali yang di ucapkan oleh ibuku dan akupun mengikutinya "Waalaikumsalam" jawab dua Wanita itu serentak dengan senyuman yang mereka berikan.

Pendaftar yang cukup membosankan karena aku hanya duduk terdiam memandang ibuku dan kedua wanita itu.

Batinku berkata "kehidupan yang membosankan didepan mata sel, siap siap untuk menjalani kehidupan ini" aku pun memejamkan mataku untuk sedikit meratapi kehidupan ini yang mungkin sepele bagi orang lain.

Namun saat aku membuka mataku, aku melihat seorang laki-laki yang berjam hitam dengan sarung hijau yang sedang membawa teh untuk di suguhkan kepada tamu dari Mbah yai yang berada di ruangan sebelah.

Menurutku laki laki itu tidak semenawan seperti yang kau bayangkan namun dia memiliki daya tarik tersendiri. Aku ingin sekali berkenalan dengannya namun sisi baikku berkata bahwa " ini pondok pesantren sellll, bukan sekolah biasa yang bisa seenak jidat maen nylonong aje!."

Lamunanku di buyarkan oleh ibuku yang ingin mengantarkanku ke depan pintu masuk pondok yang di sambut dengan pintu gerbang asrama dan aula. Aku pun berpelukan dengan ibuku untuk sekarang ini.

"Permisi. Assalamualaikum" perkataan seorang wanita yang cukup sedikit tua dengan jas hijaunya

"Waalaikumsalam" jawabku dan ibuku hampir serentak. Dengan nada yang sedikit cenderung sesenggukanku

"Maaf ada yang bisa saya bantu bu?" Dengan nada halus dan kepala sedikit di rindukan ditambah senyuman di bibirnya.. dan ketika ibuku sedang berbicara dengan mbak santri yang tadi. Lagi lagi aku bertemu dengannya laki laki yang dapat membuatku tak sadar bahwa ibuku beberapa kali memanggil namaku. "Mbak sel.... Mbak.. mbak selvi.. " akupun sedikit tergagap "nggh buk wonten nopo?" ( Iya buk ada apa? )... "Ikut mbaknya ya.. jangan nakal.. mboten angsal mbolos" kata ibuku dengan telunjuk yang di acungkan ke hidungku yang sedikit pesek ini. "Nggeh buk... Sendiko dawuh" mwehehe dalam hatiku tertawa akan perkataan ku tersebut.

      "Assalamualaikum sayangku cintaku manisku. Belajar yang rajin gak boleh nakal jaga diri baik-baik jangan sampai sakit" perkataan ibuku yang tengah bersiap untuk meninggalkanku membuat suasana hatiku berdesir dan aku berusaha untuk tidak melepaskan butiran butiran air yang masih kubendung dalam mataku ini. "Waalaikumsalam buk" jawabku serta memeluk ibuku dengan air mata yang sudah tidak dapat ku tahan lagi..

Pada akhirnya aku sadar jika inilah yang terbaik untuk aku dan keluarga ku.

** Beberapa hari kemudian di depan kamar ponpes ***

Jadwal kegiatan belajar dan progam tahfiz beruntun, kegiatan tarbiah, taklim bahkan pelajaran umum sudah menungguku. Itulah taruhan keputusanku. Aku sesekali mengeluh pada Rabb-ku. Aku merasa lelah. Aku butuh istirahat. Pikiranku tak karuan.

Aku menjadi malas-malasan untuk menimba ilmu agama pada ustaz dan ustazah. Mereka senantiasa sabar dalam mendidik dan membangun akhlak kami. Namun, aku kembali sadar ketika melihat santriwati lain yang bersemangat serta bersungguh-sungguh mencari ilmu agama

Terkadang, aku masih sering melihat ke belakang. Masa-masa di luar sana aku rindukan. Ah, rasanya aku ingin sekali kembali ke masa itu. Aku iri melihat teman-teman sebayaku di luar sana. Mereka bahagia menjalani hidup sebagai remaja. Namun, demi masa depan yang lebih baik lagi, aku berusaha bertahan

Aku melihat ada secercah harapan berharga untuk orang tuaku. Ada balasan berlipat-lipat untuk perjuanganku. Ada surga yang sedang disiapkan, bahkan aku berada di antara orang-orang yang berlomba-lomba dalam hal kebaikan.

Sekarang aku sadar, betapa beruntungnya diriku berada di tengah-tengah mereka. Aku bersyukur sampai sekarang masih diberi teman-teman yang sudah seperti saudara sendiri. Kami saudara tak sedarah, tetapi setidaknya kami saudara seiman, bahkan saudara dengan satu tujuan. Meski kami dari tempat, lingkungan yang berbeda, tetapi tujuan kami sama, yaitu mendapatkan gelar hafidzahallah.

Kami makan senampan. Kami saling bercerita sampai tengah malam meski entah apa yang kami ceritakan. Kami bergantian menginap di ranjang teman. Kami mengambil antrean mandi sama-sama, tetapi masih betah nongkrong di ranjang. Bahkan terkadang kami dihukum sama-sama karena pelanggaran.

Kini, gelarku santriwati, bukan siswi. Dan aku bangga menjadi santriwati. Dan kuharap kisahku menjadi saksi bisu pengalaman berhargaku selama menjadi santriwati.

Memang benar hidup adalah pilihan namun terkadang kita harus mengalah dengan takdir karena mau bagaimanapun jika itu jalan yang baik buat kita buat apa kita harus menolak takdir tersebut..

Tak terasa air mata yang tak kusadari ini jatuh menetesi tanganku yang membuatku tersadar akan lamunanku. Disini tak ada yang ku kenal sama sekali yang ku kenal hanyalah dua pengurus yang menerima ku saat pendaftaran di awal..

"Assalamualaikum... Boleh kenalan ga?" Tanya mbak" yang sedang berdiri di sampingku.

"Waalaikumsalam... Boleh kok mbak... Namaku Selvia Agustina.. mbaknya siapa ya?" Kataku sambil mencoba mengusap air mataku.

"Namaku Titik khoiri Mustaqim... Pamggil aja mbak titik" kemudian mbaknya duduk di sampingku dan bercerita tentang pertama kalinya mbak titik masuk pondok..

Tanpa ku sadari aku dan mbak titik bercerita selama 2 setengah jam yang membuat kita sedikit kaget Ketika terdengar suara adzan Ashar... Karena masih masa masa awal masuk dan akhir liburan kegiatan pondok belum sepenuhnya pulih kembali.. namun tetap ada yang mengaji dan lain" tak terasa sudah 7 hari ini aku berada di pondok pesantren ini dan hari ini adalah hari terakhir sebelum semua santri datang kembali ke pondok pesantren ini..

Aku hanya kaget ketika ternyata jadwal kegiatan yang tertera di depan kamar ku adalah jadwal kegiatan lama..

Namun selama 7 hari ini aku aku ikut mempelajarinya.. bersama mbak titik dan mbak yang lain dikarenakan semua santri belum seutuhnya datang.

**Malam yang dingin seperti kehidupan ini***

Aku kembali termenung melihat banyak santriwati yang baru datang dan aku berfikir betapa perhatiannya ibuku sekarang aku faham mengapa aku datang lebih awal dari pada yang lain.. itu karena aku dapat beradaptasi lebih dulu tanpa ada rasa minder kepada teman sebaya...

#kepoindong

Next chapter