2 Bab 2

Hari libur adalah hari yang dinantikan semua orang, terutama kaum pelajar. Termasuk bagiku, di hari itu aku bisa rebahan sepuasnya sembari menonton film favorit apalagi di tambah cemilan yang banyak, ahh mantap. Namun rencana itu gagal tat kala seseorang menelpon ku.

Drt...drt...drt...

"Halo" Ucap seseorang di sebrang sana

"Ada apa kau pendek, pagi-pagi sudah menelpon,huhh" ledek ku, ada yang bisa tebak siapa si pendek yang menelpon ku? Yap, siapa lagi kalau bukan si pria yang kini ku sebut si mawar merah tepatnya Irvan saputra.

"Heh, kau ini meledeku terus mentang-mentang kau tinggi bak tihang yah" ujarnya sambil tertawa.

"Suruh siapa kau pendek,wlee"

"Awas kau ya La. Kalau ketemu aku kelitiki kamu sampe nangis"

"Coba saja kalau bisa" tantangku

"Oke lihat saja nanti. Eh La, kamu gak kenapa-kenapa kan? Sehat kan?" ujarnya dengan nada khawatir

"Gak, aku baik kok"

"Seriusan? Kaki kamu sakit gak?"

"Nggak Irvan aku sehat walafiat" ujarku dengan nada kesal.

"Kalau gitu berarti kamu masih bisa jalan kan?"

"Ya bisalah"

"Yaudah yuk, aku jemput ya"

"Astaga tawaran macam apa ini, kau menjebak ku Van"

"Gak mau tau, cepetan siap-siap sekarang aku  otw rumah kamu. Kalau ntar aku kesana kamu belum ngapa-ngapain, aku kasih hukuman kamu"

"Yaudah iya, aku tutup telepon nya ya"

"Iya"

Tut... sambungan pun terputus

"Huh dia ini, tapi aku senang juga sih. Hangout bareng berarti, ahh mimpi yang jadi nyata kalau gini. Berarti aku harus dandan yang cantik" ucapku, sembari segera bersiap-siap.

***

Irvan

La aku udah di depan gang rumahmu nih, kamu kesini yah

Saila

Loh kenapa gak kesini aja?

Irvan

Malu aku, ntar aja deh ke rumah kamu nya sambil bawa seserahan

Saila

Kamu ini,sudah tunggu bentar aku kesana sekarang

Irvan

Silahkan ku tunggu tuan putri

Aku pun pergi ke depan gang rumahku dan ku dapati dia yang memakai kaos lengan pendek berwarna hitam, dan jeans hitam, tak lupa jam tangan yang bertengger di tangan nya.

"Kamu ini apa-apaan sih" ujarnya dengan nada seperti orang yang marah

"Apasih Van, aku baru datang udah di omelin?"

"Kamu dandan terlalu cantik, aku gak suka. Ntar cowok lain suka kamu gimana coba?" ucap nya, hey pertanyaan bodoh apa itu gerutu ku kala itu.

"Ah kau ini, sudahlah ayo katanya mau jalan"

"Yasudah kamu pakai helm aja ya, biar cantiknya ketutupan jadi gak kelihatan orang"

"Sakarepmu Van"

***

"La sekarang kita mau kemana dulu nih" ujarnya

"Ke taman aja gimana?" usulku dan di setujui oleh nya. Sesampainya di sana kita duduk di bangku panjang dekat dpr. Hah dpr? Bukan dpr yang ada di pemerintahan yang baru ini di demo yah, tapi dpr itu singkatan dari di bawah pohon rindang.

"Bentar ya La" ucap Irvan sembari berlalu pergi di hadapanku. Cukup lama ia pergi, sepertinya sampai aku berlumut. Mood ku jadi rusak karna nya.

Dug... Sesuatu yang dingin menyentuh pipiku.

"Apa ini?" Saat ku lihat ternyata ice cream

"Nih buat kamu, maaf ya agak lama tadi aku muter-muter dulu nyari pedagang ice cream" ucapnya, sambil memberikan 2 ice cream yang berbeda varian rasa. Yang satu rasa strawberry, satu lagi rasa coklat.

"Makasih, kamu gak beli?" tanya ku

"Gak, kamu makan aja aku gak mood"

Aku pun memakan nya dengan lahap sampai habis tak bersisa.

"Udah habis?"

"Udah" ucapku sumringah

"Kita kemana lagi sekarang?"

"Terserah aku ikut aja" ujarku

"Yaudah kita keliling-keliling aja yah pake motor"

Hari itu seharian kita berkeliling naik motor berdua. Rasanya senang sekali, mengobrol ria dengan nya. Ah rasanya tidak ada hari yang lebih baik selain hari itu.

***

Dirumah, aku bercerita kejadian hari tadi kepada sepupuku Velicya. Termasuk saat perubahan wajah Irvan saat kutanya tentang ice cream.

"Ahh kau ini bodoh Saila" ujar Veli kesal

"Emang kenapa?"

"Dia itu beli ice cream dua buat kalian makan berdua, bukan untuk kamu doang. Niatnya mau suap-suapan sama kamu biar so sweet kayak di film itu loh" jelas Veli

"Suap-suapan itu gak boleh Vel, ntar di tangkep polisi"

"Napa di tangkep polisi segala?"

"Iya kan menyuap itu perbuatan tercela"

"Hadeuh kau ini, aku mandiin baru tau rasa" Ucap Veli kesal sembari pergi ke dapur meninggalkan Saila.

avataravatar