1 Bab 1 Prolog

Namaku Saila, tepatnya Asaila mentari. Aku tinggal di sebuah kota yang cukup terkenal akan keindahan nya, tepatnya kota Belle Ville. Aku memiliki perawakan yang tinggi, dengan bentuk tubuh yang ideal. Kata orang aku memiliki paras yang menawan nan cantik. Dengan alis tebal, bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, serta bibir yang pink alami. Beberapa tahun lalu, aku bersahabat dengan seorang pria. Bukan sekedar sahabat, kala itu aku dengan pria itu sudah bertingkah layaknya sepasang kekasih. Namun, pria itu kini kian menghilang. Pria yang kini ku sebut Si Mawar Merah. Ia bernama Irvan Saputra. Pria yang memiliki perawakan yang tinggi, namun tak setinggi aku. Dulu, dia selalu menjadi bahan olok-olokan kan ku karna tinggi nya yang sebatas bahuku. Namun, dibalik kekurangan nya, Irvan memiliki paras yang dikatakan cukup sempurna. Dulu saat duduk di bangku menengah, ia kerap di kerubuni oleh banyak wanita karna ketampanan nya. Irvan juga merupakan anggota band yang populer kala itu.

Tahun 2000, tepatnya di bulan November tanggal 17. Disitulah awal kedekatan kami, dulu saat duduk di kelas menengah kita memang dekat sebagai sahabat. Namun saat itu kedekatan kami tak di hadiri adanya perasaan lain selain perasaan layaknya kepada sahabat.

"Hey, apa kabar?" Sapaku kala itu setelah beberapa bulan tak bertemu dengan nya.

"Baik, bagaimana kabarmu juga Saila?"

"Ah cukup baik"

"Gimana hubungan mu dengan Septian?" Tanya dia, ah ya aku belum sempat bercerita. Septian adalah salah satu mantan ku dulu, kita jadian tidak lama hanya berkisar 1 bulan saja.

"Sudahlah jangan bahas dia, aku sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan nya."

"Hah? Mengapa?"

"Sudah tidak ada kecocokan mungkin. Bagaimana hubungan mu dengan Anisa?"

"Baru beberapa hari lalu, aku memutuskan nya."

"Kenapa?"

"Dia anak nakal, suka clubbing, minum. Aku tak suka, makanya aku memutuskan nya."

"Kau ini, ada-ada saja." ucapku dengan tawa ringan

"Oh iya, bagaimana dengan kuliah mu? Lancar?"

"Lancar, seperti keinginan ku dulu. Sekarang aku menjadi penulis, ya lumayan lah di sela belajar ku, aku menghasilkan uang saku. Kalau kamu, bagaimana dengan seleksi sepak bola nya? Kepilih tidak?"

"Tentu saja kepilih, kau lupa pria yang satu ini selalu menang dalam segala hal" Ujarnya dengan melipat kan kedua tangan di depan dada.

"Huh kau ini, selalu menyombongkan diri."

"Tidak lah, aku hanya bercanda girl."

"Ya aku tahu. Aku pergi duluan yah, aku ada janji untuk mempromosikan novel ku."

"Eh sebentar, aku minta nomber mu. Biar kita kapan-kapan bisa hangout bareng" Ujarnya sambil menyodorkan ponsel ke arahku.

"Nih sudah, aku pergi dulu yah.By-by." Ucapku dengan melambaikan tangan sembari pergi.

avataravatar
Next chapter