1 Prolog: Mine

Anak lelaki itu hanya diam sambil bersandar di bangku yang ia duduki dan memerhatikan kedua orang berbeda jenis kelamin didepannya sedang berdebat karena mempermasalahkan pemesanan makanan.

"pah gak usah pesan spageti kan kemarin sudah makan mie, pesan nasi goreng saja yah?" ucap sang istri.

"saya pesan spageti satu..." ucap Alanzo kepada pelayan tidak mengidahkan permintaan sang istri Ayana.

"pah... " rengek mama Ayana.

"hmm.. " jawab Alanzo sekadarnya yang membuat mama Ayana kesal. Lalu ia menoleh ke arah anaknya yang sedari tadi hanya diam.

"kalau Keenan mau makan apa? " tanya mama Ayana ke anak satu satunya itu.

"kenyang. " jawabnya cuek. Yah memang Keenan sangat irit dalam berbicara, walaupun ia masih berusia tujuh tahun namun watak dan pemikirannya sangat mirip dengan papahnya, Alanzo Ravel. Mereka berdua berpikir jika apapun yang tidak Penting maka tidak usah dibicarakan.

Keenan pun kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"mau kemana nak? " tanya mama Ayana, yang ingin membantu Keenan namun Keenan menolak dengan tegas karena ia tidak ingin dianggap sebagai anak kecil lagi.

"cari udara segar.. " ucap Keenan lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Mama Ayana menatap putra tunggalnya yang telah pergi. "anakmu itu toh pah,, cueknya kayak kamu. "

"anakmu juga.. " ucap Alanzo lalu memakan makanannya yang baru saja disajikan oleh pelayan.

Hal itu membuat Ayana kesal luar biasa. "tidak papah, tidak anak sama saja. Sama sama tidak bisa diajak bercanda. " ucapnya sedikit membanting sendok dan garpunya lalu makan. Hal itu membuat Alanzo hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu lanjut untuk makan.

***

Keenan saat ini berjalan menyusuri taman yang jaraknya tidak jauh dari restoran tempat kedua orang tuanya makan.

Ia berjalan dengan tangan yang ia masukkan ke kantong celananya mirip seperti anak remaja pada umumnya, namun yang anehnya Keenan baru anak tujuh tahun namun hal itu tak membuat orang yang melihatnya risih akan gayanya bahkan banyak dari mereka yang menatap kagum akan ketampanan dari anak kecil ini.

Dan bukan keenan Alkeanu Ravel namanya jika ia menghiraukan perkataan orang lain.

Brukk...

Keenan menatap seseorang yang dengan lancang menabraknya sangat keras, bahkan seseorang yang menabrak itu telah jatuh terduduk dengan dahinya yang ia pegang.

"ADUUHH.. " teriaknya tetap memegang dahinya dengan tangan satunya dan tangan lainnya menggenggam es krim rasa stroberi

Sedangkan Keenan tetap menatap gadis kecil itu sambil mengangkat sebelah alisnya. Tak berapa lama, gadis kecil itu mendongakkan kepalanya melihat seseorang yang baru ia tabrak. Keenan terpaku dengan mata indah itu, matanya yang berkaca kaca dengan iris mata berwarna biru laut menjadikan mata itu sangat cantik.

Sedangkan gadis kecil itu menatap Keenan takut takut "ma-maaf" ucapnya lalu menunduk kembali.

Keenan yang mendengarnya kemudian tersenyum yang mungkin tidak akan disadari oleh orang karena senyuman itu sangat tipis. Keenan pun mengulurkan tangannya ke arah gadis kecil itu.

Gadis kecil itu menatap bingung tangan Keenan yang terulur. Dengan ragu ragu ia menggapai tangan itu. Dan Keenan membantunya berdiri.

"makasih. " ucap gadis kecil itu tersenyum ke arah Keenan.

"kenapa lari? " tanya keenan dengan nada seperti biasanya lalu menangkup wajah gadis kecil itu dan mengusap bawah matanya menggunakan jempolnya.

"tadi kan, aku punya uang telus aku beli esklim, bunda sama ayah lihat dan mau ambil esklim aku jadi akunya lali deh hehe" ucap gadis kecil itu dengan bahasanya yang cadel khas anak usia lima tahun.

Keenan menyukai suara tawa itu, seakan akan suara tawa itu seperti lagu merdu yang mengalun di telinganya. "kenapa emang mau diambil? " tanya Keenan, yah entah sejak kapan Keenan berubah menjadi pribadi yang kepo dan penasaran tentang masalah orang lain. Namun itu mungkin hanya berlaku untuk satu orang saja

"thea balu keluar dali lumah sakit, kata bunda gak boleh jajan sembalangan tapi thea suka esklim. " jawabnya lagi.

"Thea?? " tanya Keenan dalam dirinya sendiri. Yah nama itu sangat cantik seperti wajah gadis kecilnya ini. "thea memang gak boleh makan es krim dulu, nanti kalau thea sakit bisa masuk rumah sakit lagi. Thea mau masuk rumah sakit? " tanya Keenan. Entah baru sebentar ia bertemu gadis kecil ini namun hal hal baru muncul didalam dirinya.

Thea pun menggeleng dengan ekspresi enggan yang dipancarkan di raut wajahnya. Ia pun menyodorkan eskrim yang ia pegang ke arah Keenan. "Thea gak mau masuk lumah sakit lagi, gak enak. Bau. Nih ambil aja punya Thea-- " ucap Thea menjeda ucapannya.

"Ken.. " ucap Keenan seakan tahu pikiran gadis ini. Thea pun tersenyum senang mendengarnya. "Ken??? Kayak pangelannya belbie. " ucapnya antusias. Entah Thea memang sudah lupa dengan kejadian tabrakannya tadi atau ia pura pura lupa namun jelasnya ia sangat nyaman dengan anak laki laki didepannya ini.

Keenan pun tersenyum mendengarnya.

"THEA... "teriak seseorang mencari Thea. Kemudian terlihat sepasang suami istri yang menghampiri mereka. Thea pun yang melihatnya langsung bersembunyi dibalik punggung Keenan.

"Thea.. Kamu kemana aja nak, bunda sama ayah nyariin kamu. " ucap bunda Thea ingin meraih anaknya namun Thea malah tetap bersembunyi di belakang Keenan.

"Thea..."

Keenan pun mengerti perasaan gadis kecilnya ini, iapun membalikkan badannya lalu menganggukan kepalanya ke arah Thea. Dan Thea yang mengerti pun keluar dari tempat persembunyiannya.

Ia pun beralih memeluk bundanya. "bunda tidak malah kan sama Thea? Maafin Thea yah bun, Thea janji gak bakal makan esklim lagi kecuali kalau Thea udah sembuh. " ucap Thea. Hal itu membuat bundanya terkekeh mendengar anaknya ini.

"iya sayang, Thea makin pintar. "

Ayah Thea yang sedari tadi memang ikut mencari keberadaan Thea kini berdiam diri menatap Keenan yang berada didepannya. "terima kasih sudah menjaga anak saya. " ucap ayah Thea ke arah Keenan. Keenan tidak menanggapi ucapan itu karena matanya masih tetap mengarah ke Thea.

"Agra?... " ucap seseorang yang baru datang tepat berada di belakang Keenan. Hal itu membuat semua yang berada disitu mengarah ke orang itu kecuali Keenan pastinya karena ia sudah mengetahui siapa pemilik suara itu.

"Alanzo? " jawabnya yang membuat keduanya langsung memeluk dengan gaya pria pada umumya. "sudah lama kita tidak bertemu. " ucap Agra.

"yah, kita berdua sibuk. " timpal papah Alanzo.

"kau masih sama seperti dulu, masih dingin. Aku tidak tahu bagaimana Ayana bisa betah sama kamu. " ucap ayah Agra.

Sedangkan Ayana dan venya, bunda Thea juga memeluk satu sama lain. Yah keduanya memang merupakan teman sejak masa Sma dulu sedangkan papah Alanzo dan ayah Agra merupakan sahabat serta rekan bisnis namun, Agra memilih untuk membangun perusahannya dengan bantuan dana dari Ravell group. Memang Arga shaquielle terkenal sebagai pengusaha sukses namun jika dibandingkan dengan kekuasaan yang Ravell punya ia tidak ada apa apanya.

"ohiya kenapa bisa kalian disini? " tanya Venya.

"ah kami tadi sedang makan di restoran dekat sini, namun anak kami pergi jalan jalan. Dan kami memutuskan untuk mencarinya ternyata ia ada disi-" ucapan Ayana terpotong saat melihat Keenan sudah tidak ada disampingnya dan malah berada dihadapan seorang gadis kecil yang sangat cantik.

"ini aku gantikan es krim mu, nanti kalau kamu sudah sembuh aku akan membelikan mu es krim. "Keenan menyodorkan balon gas ke arah Thea entah sejak kapan Keenan membeli balon gas berbentuk kucing itu.

Dan ucapan itu membuat semua orang disitu menganga melihatnya.

Seorang Keenan Alkeanu Ravell berbicara panjang kepada gadis kecil yang berada di depannya. Bahkan Agra dan venya sudah mendengar bagaimana cueknya Keenan sama seperti papahnya dulu. Dan sekarang anaknya membuat seorang Keenan berbicara panjang. Wow ini sungguh menarik.

"telimah kasih, Thea sayang Ken. " ucap Thea lalu memeluk ken yang dibalas oleh Keenan.

"Ken juga sayang Thea. " ucap Keenan dan lagi lagi membuat yang berada disitu menganga mendengarnya. Dan hanya Alanzo yang tersenyum miring melihat anaknya itu.

"sepertinya Ken lebih cepat daripada aku dulu " batin Alanzo.

"Thea milik Ken. "

****

avataravatar
Next chapter