2 Sebuah Kutukan

mendengar suara seseorang memanggilnya dia segera berhenti dan berbalik secara perlahan.

DEG...

untuk sesaat jantungnya seakan berhenti berdetak, dari cahaya yang remang-remang dari api unggun seorang pria terlihat sedang menatapnya. Indah dapat melihat pandangan pria itu yang seakan jijik saat sedang memandangnya, tapi itu merupakan hal yang biasa baginya, selama bertahun-tahun dia sering dipanggil dengan sebutan yang mengerikan, hanya dengan melihat tatapan menjijikan yang ditunjukkan untuk dirinya tak akan membuat dirinya jatuh.

Saat si pria bertanya padanya dia hanya diam membisu menatap sosok pria itu.

"Sekarang sudah larut, jika kamu ingin pergi sebaiknya itu kamu lakukan besok saja!

jika kamu tetap bersih keras untuk pergi maka kamu bisa mengalami hal yang lebih buruk dibanding hanya sekedar jatuh ke dalam jurang!"

untuk sesaat Indah mempertimbangkan ucapan pria itu, dia memperhatikan sekelilingnya, suasananya benar-benar gelap dan mencekam. Mungkin sebaiknya dia mengikuti perkataan pria itu untuk tinggal sampai besok pagi.

Reyhan yang melihat tak ada tanda-tanda bahwa perempuan itu ingin pergi, segera memberi isyarat kepada perempuan dihadapannya untuk duduk di dekat perapian yang telah dia buat. Tidak bisa dipungkiri bahwa hawa dingin di atas perbukitan pada saat tengah malam benar-benar dapat membekukan tubuh sampai ke tulang-tulang.

Awalnya Indah ingin menolak namun hembusan angin di sekitarnya benar-benar membuatnya menggigil kedinginan, dengan terpaksa dia berjalan dengan sangat perlahan ke arah perapian. Dia menempatkan dirinya agak berjauhan dari si pria, perasaannya sedikit aneh karena ini adalah kali pertamanya seorang pria berbicara dengan nada sopan kepadanya selama bertahun-tahun tanpa ada caci maki dan hinaan maupun teriakan histeris yang memekakan telinga.

selama beberapa menit mereka hanya diam membisu, tak ada di antara mereka berdua yang ingin memulai sebuah percakapan. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya hingga akhirnya mereka memasuki alam tidur yang menghangatkan.

Saat matahari terbit, Indah terbangun dari tidur lelapnya. Ketika dia terbangun dia dapat melihat dengan jelas wajah si pria yang terkena cahaya matahari, wajahnya benar-benar tampan, dia memiliki wajah yang tegas dan hidung yang sangat mancung. Kulitnya putih dan dengan posisi tubuhnya yang terlentang memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sexi, melihatnya tertidur seperti melihat sebuah lukisan tiga dimensi yang sempurna. Sangat nyata namun ketika disentuh tak dapat digapai.

Dengan perlahan Indah berjalan ke arahnya dan dengan hati-hati membungkuk sampai wajahnya hanya berjarak beberapa cm dari si pria, jika saja seluruh wajahnya tak berwarna hitam, maka akan terlihat jelas bahwa pada saat ini wajahnya merona merah karena malu akibat terlalu dekat dengan si pria. Dengan perlahan dia mengarahkan bibirnya ke arah telinga si pria dan mengucapkan satu kalimat.

"Terimah kasih telah menolongku." Usai mengucapkan rasa terima kasihnya, dia pun segera pergi sebelum si pria dan teman-temannya yang lain terbangun.

Di dalam desa seorang perempuan paruh bayah tengah mencari-cari sesuatu dengan panik, dapat terlihat jelas dari bawah matanya yang berwarna hitam bahwa dia tak tidur semalaman karena terus mencari.

"Indah dimana kamu nak?" dengan suara menyedihkan dia terus mencari anaknya yang tak pulang sejak kemarin. Dia bertanya ke beberapa warga desa namun sepertinya tak ada satupun warga desa yang memperdulikannya.

"Mengapa perempuan itu terlihat lebih menyedihkan lagi hari ini!" beberapa warga desa memperhatikannya dari kejauhan.

"Tentu saja karena anaknya yang monster itu?" seorang warga desa menanggapi pertanyaan warga desa yang lainnya.

"Kenapa lagi dengan nenek sihir yang jahat, apakah kali ini dia benar-benar menculik seorang anak?"

"Sepertinya tidak seperti itu, jika dia melakukan itu maka ibunya tak akan seputus asa itu mencarinya di depan umum!"

"Aku dengar anaknya yang monster itu tak pulang-pulang sejak kemarin!" jawab salah seorang dari mereka yang bergosip tidak jauh dari ibu paruh bayah itu. Mereka berempat adalah pemuda-pemuda yang sebaya dengan Indah, mereka merupakan salah satu yang membuat kehidupan Indah selama bertahun-tahun sangat menderita.

"Oh putriku dimana kamu sekarang, jangan buat ibu khawatir!" dalam tangisannya yang memilukan, bayangan akan masa lalu terlintas dibenaknya. Dia dapat mengingat dengan jelas bagaimana seorang gadis remaja terbaring tak bernyawa dalam pelukannya, dengan darah yang tercecer dimana-mana dapat dipastikan pemilik darah itu adalah gadis dalam pelukannya. Tampilan gadis itu benar-benar menyedihkan, wajah dan tubuhnya dipenuhi dengan lebam akibat terkena pukulan yang sangat keras ketubuhnya.

Dia hanya bisa terus menangis dan berteriak histeris mmemanggil nama anaknya, dan dengan seorang bayi cantik yang terikat di punggungnya, manambah kesan menyedihkan pada dirinya yang bagaikan sebuah film yang menyedihkan yang berakhir dengan tragis.

Gadis itu adalah kakak Indah, gadis yang sangat cantik merupakan gadis pujaan para lelaki di desanya, parasnya yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang melihatnya mampu membuat beberapa lelaki berselisih untuk memperebutkan hatinya. kulitnya lembut dan sebening embun benar-benar terlihat sempurna.

Namun sekarang semua itu kini tinggal kenangan dari sosok gadis yang sudah tak bernyawa. Karena kecantikannya yang membawa kutukan maka ibunya memutuskan untuk membuat putri bungsunya terlihat buruk rupa. Sekarang yang dia miliki di dunia ini hanyalah si bungsu cantik yang berada di punggungnya. Meskipun masih balita namun aura kecantikannya sudah terpancar sejak dini, dan saat itulah kali pertama Indah memiliki penampilan buruk rupa sampai akhirnya ibunya menikah kembali dan pindah ke desa yang lain.

Membayangkan kembali nasib putri sulungnya membuat hatinya begitu tercabik-cabik, jika sesuatu yang buruk terjadi pada putri bungsunya sekarang, maka tidak ada alasan lagi baginya untuk hidup di dunia ini. Tenaganya sudah hampir habis, tak makan dan minum dari kemarin benar-benar membuatnya lemas dan lemah, apalagi dia tak perna tidur sejak kemarin membuat tubuhnya berada di ambang batas, saat dia hampir terjatuh sosok yang dikenalnya muncul dari kejauhan, berlari ke arahnya dengan sangat cepat.

Semakin sosok itu mendekat semakin deras pula air matanya mengalir, dia merasa sedikit legah tapi sebelum dia bisa bernafas dengan mudah kembali, pandangannya menyapu ke arah kepalanya yang diperban dan pakaiannya yang memiliki noda darah yang sangat jelas, jantungnya hampir berhenti berdetak melihat hal itu. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya terluka, dengan langkah kaki yang berat dia berusaha dengan susah payah untuk berlari ke arah Indah.

Di atas bukit, Reyhan dan teman-temannya yang lain melanjutkan perjalanannya, mereka hampir mencapai puncak. Sejak awal keberangkatan mereka Reyhan hanya diam saja tak mengatakan sepatah kata pun. Udin yang melihat sahabatnya yang terlihat aneh hari ini berpikir, mungkinkah semua ini karena gadis mengerikan yang mereka selamatkan kemarin.

selain bentuk dan wajahnya yang menakutkan, sikapnya juga benar-benar buruk. Tak mengucapkan terimah kasih sebelum dia pergi, jangan kan untuk berterimah kasih berpamitan saja tidak. Dia menghilang begitu saja ketika pagi telah datang. Apakah dia berfikir nyawanya itu terselamatkan begitu saja tanpa ada yang menolongnya?

Ditengah perjalanan, Reyhan masih dapat mendengar sebuah suara yang sangat indah dan menenangkan jiwanya sejak pagi setelah dia bangun. Di saat dia tertidur lelap dia merasakan sesuatu mendekat kearah wajahnya membuat dirinya tersadar tapi dengan mata yang masih tertutup, saat sesuatu itu semakin mendekat dia ingin membuka matanya namun sebuah aroma yang sangat wangi tercium dari arah wajahnya.

Aroma itu berasal dari nafas seseorang, siapa dia? wajahnya terasa semakin mendekat hingga beberapa cm dari wajahnya, dengan perasaan yang syok kali ini dia ingin benar-benar membuka matanya, tapi sebelum matanya terbuka sebuah suara menggema di telinganya.

"Terimah kasih telah menolongku."

DEG.. suaranya benar-benar indah dan sangat lembut, membuat sesuatu yang berada di dasar jiwanya ingin bangkit, tapi setelah suara itu terdengar sang pemiliknya juga telah pergi menjauh, belum sempat Reyhan melihatnya saat membuka mata sosok itu telah menghilang di antara kumpulan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

avataravatar
Next chapter