23 Sang Ratu Drama

Seseorang yang berada tidak jauh dari Rafael dan Demian duduk, berbicara dengan nada sedikit keras, membuat mereka dengan jelas mendengar ucapannya.

Bahkan Riko yang duduk dengan patuh sejak tadi, terkejut mendengar kalimat itu. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang tidak bisa di taklukkan oleh Demian?

Demian yang selaku sebagai bahan pembicaraan, hanya terkejut sesaat dan mulai bersikap seperti biasa. Sedang Rafael yang duduk di samping Demian, tak memperlihatkan ekspresi yang berarti. Baginya itu adalah hal yang tidak penting sama sekali.

Riko yang rasa penasarannya tergelitik, mulai bangkit dari duduknya, berniat melangkah ke arah kerumunan itu. Demian hanya memperhatikan Riko dari belakang, tak berniat untuk mengikutinya.

"Dasar gadis tidak tau malu, lihat saja dirinya yang hanya teman seorang pelayan rendahan, berani berbicara begitu sombong. Dan lihatlah tampilannya begitu aneh, apakah kamu mahluk mengerikan dari balik kain itu!" gadis itu tak henti-hentinya menghina Indah dan Nadin.

Dan semua orang disekelilingnya juga menghujat tanpa henti, begitulah para orang kaya melihat orang yang berstatus lemah, terlihat rendah dimata mereka.

Nadin menggenggam tangan Indah dan berdiri di depannya, berusaha melindungi indah dari tatapan menjijikan dan menghina dari orang-orang di sekitarnya. Meskipun sebenarnya dia merasa sedikit takut, namun amarahnya melebihi rasa takutnya itu. Tak ingin membiarkan sahabatnya tersakiti.

Indah yang memperhatikan punggung Nadin, merasakan sentuhan hangat di hatinya. Baru kali ini ada seseorang yang berusaha melindungi dan membela dirinya, selain dari ibunya di dunia ini. Sebuah genangan air berkumpul di masing-masing ujung matanya.

gadis itu melihat ke arah Indah, tatapannya tertuju pada kedua bola matanya yang sangat indah, ck dasar sampah, lingkungan ini tidak cocok untuk perempuan rendahan seperti kalian. Hanya dengan beberapa makian dan kamu sudah ingin menangis? ini belum seberapa dan kalian akan lebih menderita.

gadis itu tak hentinya memperlihatkan seringaian yang sangat jahat. Berpikir bahwa nasib sial menimpa kedua perempuan dihadapannya, karena telah menjadi sasaran buly darinya.

"Dasar wanita jahat yang licik! kamu adalah orang yang sangat menjijikan, mengatakan sesuatu kebohongan seolah itu adalah hal yang biasa kamu lakukan, apakah itu yang di ajarkan oleh orang tua mu?" Nadin memaki dengan berteriak sekuat tenaganya, sehingga semua yang hadir mendengar ucapannya dengan sangat jelas.

mendengar ucapan Nadin, gadis itu menjadi sangat marah.

"Diam kamu, kamu pikir siapa dirimu berbicara seperti itu padaku!?"

"Kamu memang hanyalah seorang pembohong, berusaha mencari perhatian di atas penderitaan orang lain!" Nadin tidak mau kalah, dan terus berbicara.

"Kamu pikir, hanya karena memiliki uang lebih banyak dari kebanyakan orang, kamu bisa berbuat seenaknya. Mengucapkan kebohongan dan meghina seolah itu adalah hal yang menyenangkan untukmu. apakah kamu benar-benar orang yang berpendidikan, atau sebenarnya kamu hanyalah seorang yang berkepribadian jahat dan menjijikan!" Nadin menekan kalimat 'jahat' dan 'menjijikan' dengan sengaja.

kini wajah gadis itu berubah menjadi sangat merah, terlihat seolah-olah kepalanya akan meledak karena amarah.

"dasar perempuan j*lang! aku akan membunuhmu!" gadis itu melangkah maju dan ingin menampar wajah Nadin dengan segenap kekuatannya, dia tak bisa menerima penghinaan itu.

Bagaimana mungkin orang rendahan seperti mereka, berani menghinaku di depan umum. Aku tak akan melepaskan kalian begitu saja.

tepat sebelum tangan gadis itu mendarat dengan sempurna di wajah Nadin, sebuah tangan menangkap pergelangan tangannya. Menyisahkan jarak hanya sekitar satu cm dari wajah Nadin.

gadis itu terkejut, gerakannya di hentikan oleh sebuah tangan yang mencengkram lengannya begitu erat.

Indah yang melangkah di hadapan Nadin, menatap ke arah gadis itu dengan tatapan membunuh. Mencengkram lengannya tanpa berniat untuk melepaskannya.

gadis itu mundur selangkah, namun gerakannya terhenti, karena Indah menahan tangannya dan menatapnya dengan dingin. Meskipun wajahnya tertutupi, namun ekspresinya dapat terlihat jelas oleh gadis itu, seolah-olah memberikan sebuah tekanan yang berat di hatinya.

matanya tak habis-habisnya memancarkan kebencian, seolah-olah orang yang menjijikan sebenarnya adalah dirinya sendiri. Mata itu menjelaskan semuanya dengan sangat baik kepada diri gadis itu.

"Jika kamu berbuat lebih dari ini, kamu akan menyesal!!!" Indah akhirnya bersuara, dan suaranya terdengar penuh dengan ancaman, membuat bulu kuduk gadis itu bergidik ngeri.

dia dapat merasakan udara di sekelilingnya membeku, menggetarkan tubuhnya tak terkendali.

Mengapa..mengapa aku merasa ketakutan dengannya? gadis itu tak dapat mengeluarkan sepatah katapun.

Nadin yang melihat kejadian itu sedikit terkejut, namun dengan segera membalikkan kesadarannya, dan segera berucap kepada semua orang.

"Kalian yang hanya akan percaya pada ucapan gadis ini, tanpa melihat bukti yang jelas. Membuat kalian terlihat kurang lebih seperti dia!" maksudnya mereka tak lebih rendah dari gadis itu, menghina dan menuduh seseorang yang belum tentu melakukan kesalahan, membuat mereka terlihat lebih rendah dari orang yang mereka hina.

Nadin lalu menarik Indah pergi dari sana, dan meninggalkan gadis itu yang masih tidak berkutik dengan ancaman Indah.

"Bukankah dia adalah Rosi?" salah seorang berbicara di antara kerumunan.

"Sepertinya kamu benar, awalnya aku berpikir mengenalnya, dan ternyata dia adalah Rosi sang ratu drama?" semua orang mulai mengabaikan Indah dan Nadin setelah kepergian mereka, dan kini memandang ke arah gadis itu.

"Ck, sepertinya kita telah berhasil di hasut olehnya. Siapa sangka dia akan membuat drama yang mengejutkan, menindas para pelayan yang tak bersalah, dan memfitnah mereka!"

"Ck..bahkan seorang pelayanpun tak lolos dari serangannya!" Rosi terkenal dengan sifatnya yang suka berakting untuk menarik perhatian, ini bukanlah kejadian yang pertama.

citranya telah rusak, setelah beberapa kebohongannya terungkap. Dan sejak saat itu, beberapa orang akan berpikir dua kali sebelum percaya padanya.

Mendengar ucapan sindiran yang ditujukan untuk dirinya, mengembalikan kesadaran Rosi. Tidak..tidak seharusnya seperti ini, mengapa mereka malah menyerangku sekarang? yang seharusnya mereka hina itu adalah kedua perempuan j*lang itu.

Rosi mengepalkan kedua jarinya, memperlihatkan buku-buku tangannya yang mengepal dengan sangat erat. Bahkan dia tak menyadari telapak tangannya yang terluka, karena tertusuk oleh kukunya yang tajam.

"Sudahlah, kita tak perlu menyaksikan ini lagi, sungguh menggelikan!" semua orang mulai bubar, dan melangkah menjauh darinya.

Riko yang melihat kejadian itu merasa sedikit tertarik, memperhatikan kepergian Indah dan Nadin. Lalu kembali ke tempat duduknya.

Awalnya dia berpikir, gadis yang akan mengatakan hal seperti itu kepada Demian, adalah gadis yang memiliki status tinggi dan bergengsi, atau sejenis wanita yang mempunyai daya tarik yang tinggi.

Namun ternyata, mereka hanyalah seorang pelayan, dan temannya yang sedikit aneh. Dia menyukai gadis pemberani itu, membela temannya sendiri tanpa takut dicela oleh orang lain, membiarkan dirinya berdiri di garis depan, dan melindungi temannya di belakang punggungnya.

Sungguh gadis yang begitu langkah, meskipun hanya seorang pelayan, namun kepribadiannya sangat baik dan tangguh.

Tapi satu hal yang membuatnya sedikit tertarik, gadis yang berdiri di sampingnya, perempuan yang menyembunyikan tubuhnya itu, dia memiliki sepasang bola mata yang menarik sedikit minatnya.

Meskipun terlihat memberikan tatapan membunuh, namun pancarannya tak tertutupi oleh kekejaman itu sendiri. Dan bahkan menambah karismanya tersendiri, dengan seluruh bagian tubuhnya yang tersembunyi, menambahkan kesan harta berharga yang tak sembarang orang dapat memilikinya.

namun sayang, saat Riko melihat pergelangan tangan gadis itu, yang terlihat hanyalah warna hitam pekat yang membuat jijik. Dengan begitu, Riko berhasil menarik kesimpulan.

Alasan mengapa gadis itu menutupi tubuhnya adalah, karena untuk menutupi keburukan dari bagian tubuhnya,

avataravatar
Next chapter