webnovel

Masa Bodoh dengan Pria itu

Tanpa berbicara lagi, Nadin melangkah pergi dan meninggalkan sarapan di depan pintu seperti biasa.

Indah menjadi semakin frustasi, bagaimana dia akan bertahan dengan kondisi tubuhnya yang menjijikan. Mencium bauh tubuhnya sendiri saja sudah membuatnya ingin muntah.

Sebulan, bagaimana dia bertahan selama itu untuk tidak membersihkan tubuhnya, seminggu ini saja rasanya tubuhnya menjadi semakin membusuk.

Awalnya, dia berencana untuk membuat dirinya terlihat semakin buruk di hadapan pria itu, tapi di luar dugaan. Pria itu telah pergi untuk waktu yang sangat lama.

Dengan perlahan dia pun melangkah ke arah kamar mandi, dan membuka pintunya. Hal pertama yang Indah lihat adalah, ukurannya yang sangat besar. Bahkan barang-barang yang telah di sediakan, terlihat sangat berharga di mata Indah.

Baru kali ini Indah memperhatikan kamar mandi itu, bahkan setelah dia tinggal selama seminggu di dalam kamar, dia hanya akan memakai kamar mandi saat ingin buang air, dan keluar secepat mungkin. Baginya kamar mandi itu sangat menakutkan, jelas terlihat horor di matanya.

Namun sekarang semua sungguh berbanding terbalik, indah melihat kamar mandi itu seolah melihat sebuah emm, mungkin surga agak sedikit berlebihan untuk menggambarkannya. Tapi yang jelas tidak buruk dari itu.

Beberapa menit Indah berdiri di depan pintu, akhirnya dia memutuskan untuk melangkah masuk. Masa bodoh dengan pria yang menakutkan itu, sekarang yang terpenting adalah membersihkan tubuhnya, dari kotoran yang telah melekat pada tubuhnya selama seminggu.

Untuk masalah tampilannya selanjutnya, dia akan memikirkannya selama sebulan kedepan. Indah memperhatikan setiap sudut kamar mandi, dan membuka sebuah lemari kecil yang menempel didinding.

Lemari itu berisi berbagai peralatan mandi, sebuah botol yang memiliki gambar sebuah apel segar menarik perhatiannya. Indah mengambil botol itu, mungkin itu adalah sabun mandi. Maklum, Indah sebagai orang kampung yang kurang pengetahuan tentang barang seperti itu, masih cukup bingung.

Indah membuka tutup botol itu dan mencium baunya, bau harum dari botol itu sampai ke indra penciumannya, wanginya benar-benar menyejukkan.

Dia pun melangkah ke arah bethup, Indah merasa tidak asing dengan benda yang mirip kolam kecil itu. Sepertinya dia perna melihatnya dalam sebuah sinetron, Indah memperhatikan setiap sisi bethup dan membuka kerannya.

Currrrr... Air pun mengalir dari keran yang terbuka, dengan senyum tipis Indah berpikir, sepertinya hasil dari kesukaannya menonton sebuah sinetron, dapat memberikan manfaat juga untuknya.

Indah lalu menuangkan isi botol di tangannya ke dalam air, seketika bau harum semerbak memenuhi seluruh kamar mandi. Setelah air sudah cukup banyak, Indah mematikan keran dan membuka satu persatu pakaiannya.

Memasukkan sebelah kakinya, hal pertama yang dia rasakan adalah 'Dingin', airnya cukup dingin namun tak menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam bethup.

Dengan menahan sedikit rasa dingin, dia akhirnya berhasil merendam seluruh tubuhnya. Lambat laun rasa dingin itu berubah menjadi rasa nyaman, ditambah dengan bau harum yang berasal dari air rendamannya.

Rasanya sangat nyaman, merendam kepalanya beberapa kali ke dalam air. Indah berbaring di dalam bethup dengan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan, seakan semua beban dan rasa khawatir menghilang dari pikiran dan tubuhnya.

Sudah hampir sejam Indah berendam di dalam bethup, air yang semula jernih dan berbau harum itu, kini berubah menjadi air yang sangat keruh. Dengan perlahan dia bangkit dan berjalan ke arah cermin besar yang berada di sudut kamar mandi.

Indah terpukau dengan tampilannya sendiri sekarang, berdiri di hadapan cermin tanpa mengenakan sehelai kain pun, membuat dirinya mampu melihat tubuhnya secara jelas.

Kulitnya yang masih kencang dan seputih salju, dengan sepasang kelincinya yang sudah mulai bertumbuh sejak beberapa tahun kemarin, ukurannya bisa dikatakan cukup di atas rata-rata.

Keseluruhan kulitnya bersinar bagaikan batu giok yang sangat berharga, Dengan rambut panjangnya yang sampai di pangkal pinggulnya. Kekurangan tubuhnya sekarang hanyalah, fisiknya yang kurang berisi, bisa dikatakan dia sedikit kurus.

Namun hal itu masih tertutupi dengan ke elokan wajahnya yang rupawan, wajah mungilnya yang merona merah, dengan hidung mancung dan bibirnya yang tipis. Dan hal yang paling berharga dari keseluran wajahnya, yaitu sepasang matanya yang berwarna coklat. Memberikan kesan ketentraman dan ketegasan.

Indah memandangi tubuhnya cukup lama, hingga dia memutuskan untuk mengambil sebuah handuk yang di sediakan untuknya, dan berjalan keluar dari kamar mandi.

Sekarang dia membuka sebuah lemari yang cukup besar, lemari yang tak perna di sentuh selama tinggal di dalam kamar itu. Pria itu benar-benar menyediakan segala keperluannya, mulai dari peralatan mandi, pakaian bahkan pakaian dalam pun telah di sediakan untuknya.

Wajah Indah sedikit memerah melihat pakaian dalam di lemari, bagaimana bisa pria itu mengetahui ukurannya. Indah tak berpikir panjang lagi dan mulai memilih pakaian yang tergantung di depannya.

Semua pakaian yang tersedia, merupakan pakaian dres yang berwarna cerah, masing-masing memiliki warna dan corak yang berbeda. Mata Indah sedikit berbinar memandang pakaian itu, semuanya sangat cantik.

Baru kali ini dia akan mengenakan pakaian yang normal untuk dirinya, selama bertahun-tahun hanya memakai pakaian yang tidak layak, dan berpenampilan sangat buruk.

Indah memilih pakaian dress santai yang berwarna biru mudah, dia memilih warna itu karena menurutnya, warna itu merupakan warna yang banyak di sukai oleh gadis-gadis.

Berhubung dirinya telah di berikan kesempatan untuk berpenampilan normal, maka kenapa tidak dia mencobanya semaksimal mungkin.

__sekarang di depan meja rias, Indah memandangi dirinya tak percaya. Dengan memakai pakaian yang cantik dan tanpa kotoran yang selalu melekat ditubuhnya, rupanya terlihat bak bidadari yang turun dari kayangan.

Rambutnya terurai dengan sangat Indah berwarna coklat muda dan senada dengan matanya.

Di atas meja telah tersedia berbagai macam alat make up dan perawatan tubuh. Tapi sayang, Indah tak mengerti dengan peralatan itu sedikitpun, sepertinya barang-barang ini hanya akan menjadi sia-sia di tangannya.

Next chapter