webnovel

Guling yang Empuk

"Maaf, aku sengaja melakukannya, di depan banyak penjaga yang dapat mendengar perkataanku. Jika mereka mengetahui aku memanggilmu dengan nama saja, mereka pasti akan curiga denganku!" Nadin berusaha menjelaskan.

"Baiklah, tapi lain kali aku tak ingin mendengar kamu memanggilku seperti itu. Bagiku sekarang kamu adalah teman yang penting untukku!" Indah sangat sungguh-sungguh dengan ucapannya, selama hidupnya dia tak perna memiliki seorang teman, dan Nadin adalah teman pertamanya sampai sekarang.

DEG... mendengar ucapan Indah Nadin sedikit terharu, baru kali ini seorang majikan akan menganggap pelayannya sebagai seorang teman yang berharga. Meskipun Indah hanya tamu dari tuannya namun, dia masih bisa dia anggap orang penting di rumah ini, mengingat betapa tuannya sangat memperdulikan dirinya.

"Sekarang kamu harus makan, aku telah membawakan menu spesial malam ini."

"Aku belum lapar sekarang, Nadin bisakah kau menceritakan kepadaku hal yang baru di kota ini?" Indah berbicara dengan wajah memelas, mengambil makanan yang berada di tangan Nadin dan meletakkannya di samping meja.

Selama tiga bulan terakhir, Nadin memberikan informasi yang sangat penting untuknya, di mulai dari berbagai alat-alat elektronik, dan keadaan dikota yang sangat ramai. Tidak lupa Nadin juga memberikan informasi mengenai pemilik rumah, yang merupakan seorang CEO dari sebuah perusahaan terbesar di kota ini.

Dia terkenal sangat tegas dan di takuti, meskipun dia termasuk golongan orang yang sangat kejam, tapi dia tak perna menyakiti orang yang tidak bersalah, atau pun berbuat curang dalam berbisnis. Semua murni karena kemampuannya yang sangat luar biasa, membuat dirinya mampu berdiri di atas orang-orang hebat yang memegang kekuasaan yang besar.

Sekarang sudah tepat pukul sembilan malam, Nadin pun pamit keluar dari kamar dan membiarkan Indah untuk beristirahat. Setelah mendapatkan pengetahuan baru, Indah berangan-angan dalam benaknya. Bagaimana jika dia keluar dari dalam kamar dan melihat keadaan di luar.

Hingga jam sebelas, Indah tak dapat tidur. Pikirannya melayang kemana-mana, dia sangat merindukan ibunya. Tapi bagaimana caranya keluar dari penjara ini.

Indah tak habis pikir, sekarang sudah tepat 3 bulan, dan Rafael alias pemilik rumah ini tak kunjung pulang. Mungkinkah Rafael telah melupakan keberadaan dirinya?

Perasaannya memiliki rasa lega dengan ketidak hadirannya, sehingga Indah masih akan tetap merasa aman dengan dirinya. Namun secara bersamaan dia juga merasa khawatir, jika Rafael tak kunjung datang maka dirinya akan terkurung selama itu juga di dalam kamar ini.

Indah bangkit dari kasur dan duduk di depan meja rias, dari cermin dia bisa melihat dirinya dengan jelas. Sekarang dia tampak lebih menawan dari sebelumnya, kulitnya semakin bersih dan bersinar.

Nadin telah mengajarinya untuk mengaplikasikan berbagai macam alat perawatan tubuh yang disediakan untuknya. Meskipun Nadin tak mengajarinya cara memakai make up, tapi hanya dengan menyuruhnya untuk memakai pelembap wajah sebelum tidur, dan lotion untuk menjaga kulitnya agar tidak dehidrasi. Membuat kulitnya menjadi kenyal dan semakin lembut.

Fakta bahwa merek yang dia kenakan adalah merek yang sangat mahal, membuat tubuhnya dengan mudah mendapat perawatan yang sangat baik. Bahkan sekarang tubuhnya tidak sekurus tiga bulan lalu.

Dengan bantuan Nadin yang selalu menyediakan makanan untuknya tepat waktu, dan memberikannya nutrisi yang cukup baik. Sekarang tubuhnya sedikit lebih berisi, bahkan sedikit montok membuat lelaki yang memandangnya akan sedikit bergairah.

Rambutnya yang tergerai dengan indah, tak luput dari perawatan pula, Nadin akan dengan senang hati menyisirnya setiap malam, saat mereka sedang berbincang satu sama lain. Dengan kata lain Nadin seperti seorang ibu yang mengajarinya hal baru.

___Sebuah mobil sport mewah terparkir di depan pekarangan rumah, seorang lelaki kekar membuka pintu penumpang dan membantu lelaki yang lain untuk keluar. Sepertinya dia dalam keadaan mabuk berat, jalannya cukup tak beraturan membuat lelaki kekar itu sedikit kewalahan menahan beban tubuhnya.

Dia tidak menyangka mereka akan pulang dari Amerika setelah tiga bulan lamanya, perencanaan yang di anggap akan menyelesaikan masalah dalam sebulan lebih, hancur total. Kondisi cabang perusahaan lebih parah dari dugaannya.

"Kamu pergilah, aku bisa kekamarku sendiri!" Rafael melepaskan pegangan tangan bodyguard sekaligus asisten pribadinya itu dari tubuhnya.

"Tapi tuan, anda masih mabuk berat." bodyguard itu tak bisa meninggalkannya dalam keadaan seperti itu. Tapi dengan tatapan tajam dari tuannya, dia segera mematuhi perintahnya.

"Baiklah tuan, saya pergi sekarang." bodyguard berjalan menjauh dan menghillang dari balik pintu, sekarang baru menunjukkan jam dua dini hari. Dia harus segera beristirahat, karena besok masih ada rapat penting yang harus di hadirinya. Karena kepergiannya selama tiga bulan, membuatnya cukup khawatir dengan perusahaannya yang sekarang.

Dia melangkah dengan terhuyung, berusaha menaiki tangga dengan susah payah. Dia membuka pintu kamar tanpa menyalakan saklar lampu, tapi sepertinya kondisi kamarnya seperti ada yang berbeda. Dia tak memikirkannya lebih jauh lagi, mungkin itu hanya efek dari alkohol.

Dengan kasar dia membuka sepatunya dan berbaring di atas kasur, dia seperti menemukan sebuah guling di sampingnya. Memeluk guling itu dengan sangat erat, rasanya sangat nyaman. Bagaimana bisa gulingnya terasa begitu hangat dan lembut, wanginya pun sangat menenangkan.

Ah.. Rasanya enak.. Mungkin ini yang dibilang rumah sendiri lebih nyaman untuk di tempati, pikirnya dalam hati.

Dengan mata tertutup, Rafael terus memeluk guling besar itu dengan sangat erat, dia merasa gulingnya terasa sangat enak. Menggerakkan tangannya untuk merasakan setiap sisi bantal gulingnya. Tepat saat dia menyentuh sebuah gumpalan besar yang empuk, tangannya berhenti bergerak.

Apa ini, apakah gabusnya keluar? Pikir Rafael.

kyaaaaakkk... author yg nulis tapi msih histeris sndri..?

Great_Goddess03creators' thoughts
Next chapter