webnovel

Gadis Bergaun Merah

Sebelum mereka berangkat, Rafael telah memerintahkan semua orang untuk keluar dari rumah. Jadi selain para penjaga, semua pelayan telah di perintahkan untuk pergi.

Rafael tau bahwa Indah akan merasa tidak nyaman jika harus mengekspos tampilan Indah yang sebenarnya.

Dalam perjalanan menuju istana, Indah merasa sedikit gugup. Dia sungguh tidak biasa mengenakan pakaian yang terbuka seperti itu, dia bahkan belum perna memakai sepatu hak tinggi sebelumnya.

Indah takut terjatuh dan akan mempermalukan Rafael.

Mengingat Indah yang berasal dari desa kecil, Rafael membelikannya sepatu yang tidak terlalu tinggi, dengan tubuh Indah yang tinggi untuk ukuran wanita, itu bukanlah sebuah masalah.

_____________________________________________________

Di depan pintu gerbang yang luas dan megah, berbagai kendaraan mewah yang harganya selangit melewati pintu gerbang secara teratur.

Saat para tamu undangan memasuki istana, semua mata terkagum akan tampilan dan dekorasi yang ada.

Meskipun dekorasinya memiliki gaya klasik dari jaman dulu, namun dengan tambahan sedikit sentuhan gaya modern, membuatnya terlihat sangat mewah dan berstandar tinggi. Jam sudah menunjuk pukul tujuh malam, namun sudah banyak tamu undangan yang datang.

Masing-masing tamu yang hadir berkumpul secara berkelompok sesuai dengan kelas sosial mereka.

Seorang gadis cantik dan anggun muncul dari arah pintu bersama dengan seorang wanita paruh baya.

"Bukankah itu Ny. Pradianata? Siapa gadis yang berada di sampingnya?" tanya seorang perempuan kepada beberapa temannya yang berkumpul bersama.

"Kamu tidak tau siapa wanita itu? Kudengar putra sulung Ny. Pradianata memiliki seorang tunangan, dan sebentar lagi mereka akan segera menikah. Kupikir perempuan itulah tunangannya!" kata salah satu dari mereka.

"Sungguh? Bukankah sebelumnya telah tersebar rumor bahwa putra sulung keluarga Pradianata memiliki kelainan.... Maksudku kalian tau kan!" wanita itu mencoba mengatakan bahwa Rafael tidak memiliki ketertarikan pada seorang perempuan, alias homo!

Sudah merupakan rahasia umum bagi semua orang bahwa putra sulung dari keluarga Pradianata adalah seorang homoseksual.

Rafael yang usianya sudah matang untuk menikah, tidak perna memiliki hubungan dengan satu wanita pun, dia bahkan tidak pernah dekat dengan seorang wanita. Jadi semua orang berasumsi bahwa dia tidak tertarik pada wanita sama sekali.

"Mungkin saja tunangannya itu hanyalah kedok saja. Bagaimanapun, merupakan sebuah aib bila sebuah keluarga besar memiliki keturunan seperti itu.

Semua orang setuju dengan pendapat wanita itu. Seorang seperti Rafael yang kaya dan sangat tampan tidak akan pernah kesulitan untuk mendapatkan wanita yang dia inginkan.

Semua orang mulai berhenti berbicara dan tersenyum ramah ke arah Ny. Pradianata dan Monica saat mereka jalan mendekat.

"Sudah lama tak bertemu, Ny. Pradianata terlihat semakin cantik saja." kata salah satu wanita memuji.

"Ah... Aku rasa Ny. Pradianata juga terlihat lebih muda dari sebelumnya. Boleh kah aku meminta resep agar aku bisa terlihat awet muda seperti Ny. Pradianata?!" ucap wanita lainnya sambil tersenyum.

Ibu Rafael memang sangat suka merawat diri, di usianya yang sudah tidak muda lagi, tidak membuat wajah dan kulitnya keriput sedikitpun, bahkan dia terlihat bercahaya.

Jika saja orang-orang tidak mengetahui siapa dirinya, mereka akan mengira bahwa dirinya dan Monica adalah kakak adik.

" Kalian semua terlalu berlebihan, aku hanya sedikit berolahraga dan sekali-kali merawat kulit." jawab Ny. Pradianata.

"Lalu ini...?" tanya salah seorang dari mereka sambil melihat ke arah Monica.

"Ah.. Aku hampir lupa, perkenalkan ini adalah Monika tunangan Rafael." jawab Ny. Pradianata dengan wajah berseri-seri.

Meskipun Rafael dan Monica tidak bertunangan sama sekali, namun sejak Ny. Pradianata tau tentang perasaan Rafael terhadap Monica ( itu hanya salah faham ), dia sudah menganggap mereka sebagai sepasang kekasih dan tidak lama lagi akan menikah. Jadi tidak ada salahnya juga Ny. Pradianata memperkenalkan Monica sebagai tunangan Rafael.

Mendengar kata 'Tunangan' dari mulut Ibu Rafael, membuat wajah Monica berseri-seri, namun dia terlihat seolah merasa malu-malu.

"Aiya... Diperkenalkan sebagai tunangan sudah membuatnya terlihat malu, sungguh sangat manis." kata wanita yang berdiri di dekat Monica saat melihat wajahnya memerah.

"Putra Nyonya sungguh pintar memilih seorang wanita, dia terlihat sangat cantik dan menggemaskan."

"Aku dengar Nona Monica merupakan lulusan dari universitas terbaik di New York, dia bahkan mendapatkan banyak penghargaan."

" Sungguh suatu keberuntungan memiliki wanita seperti Nona Monica sebagai istri."

"Tidak hanya terlihat cantik dan berkelas, namun Nona Monica juga sangat terpelajar."

Mendengar semuanpujian-pujian untuk dirinya, Membuat Monica merasa puas. Tentu saja tak ada yang sebanding dengan dirinya, benak Monica angkuh.

Sudah sepantasnya dia menjadi istri Rafael, siapa pun yang mencoba menghalangi jalannya, maka dia tidak akan segan-segan untuk melenyapkan mereka.

"Aku tidak melihat Tuan Muda Pradianata, apakah dia tidak akan hadir malam ini?" tanya seorang wanita yang sebelumnya memuji Monica.

"Dia akan tiba sebentar lagi, dia memiliki sedikit urusan jadi akan datang sedikit terlambat." jawab Ny. Pradianata.

"Salam pada Ibu Suri." Semua orang mulai berkerumun untuk dapat berbicara dengan Ibu Suri, hanya sebagian orang yang tetap tinggal di tempatnya. Mereka berasal dari kelas yang lebih rendah, jadi mereka tidak memiliki kesempatan saat para orang-orang kelas atas itu mendahului mereka.

Ibu Suri memperhatikan bahwa para tamu undangan yang hadir kebanyakan dari generasi muda, tidak hanya pria namun begitu juga para wanita.

Meskipun acara ini khusus untuk menyeleksi calon putra mahkota, para tetua itu juga tidak lupa mengirim para wanita dari generasi muda mereka untuk dapat bergaul dan menggaet pria-pria berkedudukan tinggi.

Ibu Suri terlihat tidak puas memperhatikan para pemuda pemudi itu. Meskipun mereka berbicara dan bergaul dengan sopan, namun mata mereka memperlihatkan rasa tinggi diri dan meremehkan orang disekitar mereka.

"Yang Mulia tampil sangat anggun malam ini, kami sampai terkesima saat melihat Yang Mulia." salah satu dari mereka mulai menjilat dan di ikuti yang lainnya yang tidak mau kalah.

Ibu Suri hanya menanggapi mereka seadanya lalu pamit pergi.

Ibu Suri tidak tahan dengan para penjilat itu dan memilih pergi. Tanpa sadar dia berjalan ke arah taman.

Dia sedikit terkejut saat melihat seorang gadis cantik bergaun merah duduk di tengah taman. Ibu suri terlihat sedikit tidak senang, taman itu merupakan daerah pribadi, tidak sembarang orang bisa berada di taman itu.

Ibu Suri berjalan ke arah gadis itu dan dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas, dia terlihat sangat cantik.

Saat fokus Ibu Suri ke arah gadis itu, dia tidak melihat sebuah batu yang berada di hadapannya, hingga akhirnya dirinya tersandung oleh paku itu.

"Ah..." teriak Ibu Suri tanpa sadar sambil memegangi kakinya yang telah tersandung.

Next chapter