webnovel

Berangkat ke Amerika

Indah merasakan tekanan yang sangat luar biasa dari pria di hadapannya, meski dari awal dia berusaha untuk menenangkan dirinya, namun tak bisa di pungkiri, ketenangan itu telah retak sejak pria itu berada begitu dekat dengan dirinya.

Indah berpikir keras, berusaha memberikan alasan yang cukup logis, agar pria di hadapannya, tidak memaksa dirinya untuk mandi.

Ringggg...Ringggg...Ringgg...

Sebelum Indah sempat berbicara, suara dering telpon terdengar. Itu berasal dari ponsel pria yang tengah duduk di hadapannya.

Pria itu memandang layar ponselnya dengan mengerutkan alisnya, seakan dia sedikit terkejut dengan orang yang melakukan panggilan itu.

Pria itu memandang sekilas ke arah Indah sebelum mengangkat telponnya. Lalu berjalan ke arah pintu, dia hanya meletakkan ponselnya di samping telinga tanpa berbicara.

Dan sepertinya, orang yang berada di balik telpon segera berbicara setelah mengetahui telponnya telah di angkat, berbicara tanpa menunggu respon dari pria itu.

Pria itu akhirnya terus melangkah keluar. Meninggalkan Indah yang masih syok, menatap kepergiannya tanpa bersuara.

BUG..

Lutut Indah mendarat cukup keras ke lantai setelah kepergian pria itu, tubuh Indah terkulai dengan lemah, seakan energinya telah banyak terkuras.

__Dalam ruang kerja, pria itu membersihkan beberapa file di atas meja, dia mengirimkan sebuah pesan ke asistennya, untuk menyiapkan berkas-berkas penting.

Dia menerima telpon dari ayahnya, untuk segera memeriksa cabang perusahaan mereka yang berada di Amerika. Sepertinya keadaan perusahaan sedang krisis, mendengar dari nada suara ayahnya yang sedikit frustasi.

Dia segera menekan tombol di samping mejanya, tombol itu merupakan alat yang terhubung langsung dengan bodyguard pribadinya. Sehingga dalam waktu kurang dari lima menit bodyguard itu pun muncul di hadapannya.

"30 menit berangkat ke Amerika, selesaikan yang perlu di selesaikan!"dengan memberikan kalimat singkat, pria itu berbicara dengan nada biasa, namun membuat siapa pun mendengarnya seakan mendapatkan titah dari seorang paduka raja.

Sang bodyguard langsung mengerti, dan menundukkan kepalanya serasa menjawab.

"Baik Tuan." dia pun berjalan keluar, bodyguard itu sangat mengerti dengan yang di maksud tuannya.

Dia segera menemui kepala pelayan dan mengumpulkan para pekerja, bahkan tukang kebun dan security. Para pelayan cukup terkejut dengan panggilan yang tiba-tiba itu, mereka khawatir tuan mereka akan memberikan hukuman karena kejadian yang terjadi tadi, saat gadis buruk rupa yang berada di lantai dua mengamuk.

Tapi kecemasan mereka segera menghilang, setelah sang bodyguard memberikan arahan kepada mereka, untuk tidak mengganggu tamu tuan mereka, mereka hanya perlu menyediakan segala keperluannya, dan mereka di tekankan untuk tidak memaksa masuk kedalam kamarnya tanpa persetujuan dari nona itu.

Dan untuk para penjaga, mereka di tugaskan agar nona tersebut tidak keluar dari rumah selangkahpun. Jika mereka tak dapat melaksanakan tugas itu, maka hukuman mereka akan kebih menyakitkan dibanding kematian.

Setelah bodyguard itu selesai memberikan arahan, dia segera menyedikan seluruh keperluat tuannya dan menyiapkan mobil, untuk berangkat ke bandara.

__ke esokan harinya di pagi hari, Indah masih dalam posisi duduk memeluk lututnya, keadaannya terlihat lebih buruk dari tampilannya yang kemarin, sepertinya dia tak perna tidur sedetikpun.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu.

TOK..TOK..TOK..

Tubuh Indah seketika menegang, membuat cengkraman pada kakinya semakin keras.

"Nona sarapan anda telah siap, bolehka saya membawanya masuk?" pelayan itu berbicara dengan nada yang sangat sopan dan lembut, takut jika perempuan yang berada di dalam kamar tidak senang dengan dirinya.

Setelah sekian menit tak ada jawaban dari dalam, pelayan itu berpikir mungkin perempuan itu masih tertidur. Ketika dia mencoba untuk membuka pintu, gerakan tangannya segera terhenti, saat mengingat peringatan untuk tidak masuk kedalam kamar tanpa persetujuan.

Dengan nada pasrah, pelayan itu berbicara kembali. "Nona, saya akan meninggalkan sarapan nona di depan pintu! Jika nona membutuhkan sesuatu silahkan panggil saya! Tuan telah memberikan perintah kepada saya untuk melayani nona selama kepergiannya ke Amerika!" pelayan itu pun berlalu, dan meletakkan makanan di depan pintu.

Indah yang mendengar ucapan dari pelayan itu segera mengangkat kepalanya, apa dia tidak salah dengar? Pria yang menakutkan itu tidak berada di rumah, dan bahkan dia sekarang berada di luar negeri?

Mata Indah sedikit berbinar mengetahui hal itu, seolah sebuah harapan kecil menghampiri dirinya. Dengan segera dia berlari ke arah pintu dan dengan perlahan membuka pintu, dia mengeluarkan kepalanya dan mengintip, menoleh ke arah kiri dan kanan.

Tapi ketika dia melihat sekitar, beberapa penjaga telah berdiri di setiap sudut rumah, tak memberikannya kesempatan untuk kabur. Dia menarik kembali kepalanya, memperhatikan setiap sudut kamar, dan mulai berjalan ke arah jendelah, membuka tirainya.

Sepertinya harapan kecil yang telah datang mendekat padanya telah sirna tak berbekas. Kediaman itu telah di penuhi dengan puluhan penjaga yang berpatroli setiap saat. Dengan langkah lemas dia kembali berjalan ke arah kasur dan merebahkan dirinya.

Dia benar-benar tak memiliki harapan apa pun sekarang, yang dia inginkan hanyalah ketenangan, menenggelamkan dirinya kedalam selimut dan tak bergerak.

__sudah seminggu Indah tinggal di kamar itu tanpa keluar selangkahpun, dia merasakan tubuhnya mulai membusuk. Dia tak perna membersihkan tubuhnya selama itu, membuat dirinya menjadi sangat frustasi.

Saat Indah mengasihani dirinya sendiri, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu. Setiap pagi tepat jam tujuh para pelayan akan membawakannya sarapan.

Tanpa berpikir panjang Indah berlari ke arah pintu, sebelum bersuara dia menelan ludahnya dengan kasar, berusaha mengumpulkan keberaniannya.

"Em.. Siapa namamu?"

Pelayan yang biasa menyediakan segala keperluan Indah, merasa sedikit terkejut ketika mendengar suara dari balik pintu. Selama ini perempuan itu tak perna mengijinkan siapa pun masuk ke dalam, bahkan bersuara pun tidak.

"Apa kamu masih disana?" Indah kembali bertanya ketika tak ada respon dari balik pintu.

Pelayang itu pun segera mengembalikan kesadarannya dan menjawab, "Nadin, na..nama saya Nadin nona!"

"Bolehka aku bertanya padamu?"

"Silahkan nona."

"Apakah pemilik rumah ini pergi untuk waktu yang lama?"

Ketika Nadin mendengar pertanyaan itu, dia mengerutkan alisnya, bagaimana mungkin tamu tuannya tidak mengetahui kepergian tuannya.

"Benar nona, tuan pergi ke Amerika dan akan kembali dalam waktu sebulan kedepan!"

"Baiklah, kamu bisa pergi sekarang!"

Tanpa berbicara lagi, Nadin melangkah pergi dan meninggalkan sarapan di depan pintu seperti biasa.

Next chapter