webnovel

Awal Pertemanan

Di atas meja telah tersedia berbagai macam alat make up dan perawatan tubuh. Tapi sayang, Indah tak mengerti dengan peralatan itu sedikitpun, sepertinya barang-barang ini hanya akan menjadi sia-sia di tangannya.

__Sudah berhari-hari Indah berada di dalam kamar, sekarang dia seperti terbiasa dengan tampilannya yang bersih.

Tapi hal yang mengganggunya adalah, kondisi kamar yang sungguh berantakan sekarang, dia tak menemukan peralatan untuk membersihkan kamar. Dan tentu saja masih kekurangan udara segar, karena tak perna membuka pintu maupun jendela dari dalam.

Meskipun selama ini dia selalu berpenampilan buruk dan menjijikkan, tapi sesungguhnya dia termasuk orang yang lumayan mencintai kebersihan. Dari luar dia terlihat kotor dan tak terurus, namun ketika berada di rumah, dia berubah menjadi orang yang sangat bersih, Bimo bahkan sedikit heran dengan dirinya. Tentu saja tampilannya akan tetap udik, meskipun dia bersih-bersih.

Dia merasa sedikit sesak karena itu, dan sekali lagi suara ketukan terdengar dari pintu. Dan secara perlahan Indah berjalan dengan langkah ragu ke arah pintu.

"Nadin, apakah itu kamu?" mendengar suara dari dalam kamar secara tiba-tiba, Nadin masih sedikit terkejut, meski itu adalah kali keduanya dia mendengar suara dari dalam kamar.

"Iya nona."

Indah diam sejenak lalu kembali bersuara, "Apakah kamu sendirian sekarang?"

Nadin melirik ke kanan dan ke kiri, mungkin yang dimaksud olehnya adalah kedatangannya, dan mengecualikan para penjaga yang berada tidak jauh darinya.

"Saya hanya sendirian nona." Tepat setelah dia selesai berbicara, pintu di depannya tiba-tiba terbuka, dan sebuah tangan putih yang bersih dan halus menariknya masuk kedalam kamar.

Nadin hampir kehilangan keseimbangannya, dengan susah payah dia menjaga makanan yang berada di tangannya, agar tidak terjatuh.

"Nona, ini adalah sarapan untuk no..."

PRANK.... suara piring pecah terdengar begitu renyah, saat dia berhenti berbicara. Apakah matanya sudah menjadi rusak? dengan gerakan berulang dia mengucek matanya.

Piring yang semula dia jaga dengan susah payah, akhirnya terjatuh tanpa dia sadari. Pemandangan di hadapannya bagaikan sebuah hasil fantasi yang tak nyata. Gadis ini, benar-benar cantik.

Apakah dia salah masuk kamar? dengan linglung dia berbalik ke arah pintu. Membuka pintu itu dan melangkah keluar, tepat setelah sebelah kakinya melangkah, kesadarannya kembali.

Tidak mungkin, dia sudah hampir setiap hari datang ke kamar ini, meskipun hanya berada di luar pintu. Tamu tuannya hanyalah seorang, dan orang itu adalah gadis buruk rupa yang berpenampilan menakutkan dan menjijikan.

Tapi gadis yang sekarang di lihatnya? dengan perlahan Nadin membalikkan kepalanya. Sebuah senyuman yang memukau terpampang di wajah gadis yang berada di depannya, meskipun senyumnya agak sedikit kaku, namun masih terlihat begitu cantik dan menawan.

Dengan canggung Nadin menarik kembali tubuhnya dan menutup pintu, mungkin gadis ini adalah teman dari tamu tuannya. Ya.. Itu masuk akal, teman dari nona adalah hal yang masuk akal untuknya.

Nadin terbatuk ringan sebelum bertanya. "Maaf, anda adalah teman dari nona?"

Mendengar pertanyaan itu, Indah mengerutkan alisnya, namun dia segera tersadar ketika mengingat tampilannya sekarang. Indah berdehem sebelum menjawab pertanyann itu.

"Ehem.. Sebenarnya itu.. Aku adalah gadis yang telah tinggal dikamar ini selama dua minggu ini."

Deg..

Jantung Nadin sukses berhenti berdetak untuk ke sekian detik, ini tidak mungkin. Masih tergambar jelas bagaimana penampilan perempuan itu saat pertama kali dia datang.

Tapi memikirkannya sekali lagi, jika dia adalah teman nona, maka bagaimana mungkin gadis ini masuk kedalam rumah tanpa diketahui oleh para penjaga.

Indah mengerti dengan rasa keterkejutan dari Nadin, dia segera berbicara untuk mengembalikan kesadaran Nadin.

"Sebenarnya, saat terakhir kali kita bertemu, aku hanya belum mandi saja!"

Nadin : "...." bagaimana mungkin hanya karena itu, dari seorang penyihir jahat yang buruk rupa, berubah menjadi seorang gadis cantik bagaikan bak bidadari.

"Bolehka aku meminta bantuanmu?" Indah berbicara sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ah.. Tentu saja." Nadin menjawab dengan cepat, mencoba mengembalikan kesadarannya.

"Bisakah kamu membawakanku sebuah sapu?"

Nadin :"..."

"Kamar ini sudah terlalu kotor, dan aku tak menemukan apa pun untuk membersihkannya." Indah berbicara sambil melihat seluruh isi kamar.

"Ah.. Tentu saja, nona silahkan tunggu sebentar!" Nadin membersihkan pecahan piring dan melangkah keluar dengan cepat.

"Nadin, kamu sedang apa?" pelayan lain yang melihat tingkah Nadin, merasa ada yang salah dengan anak itu. Tapi Nadin tak menghiraukannya, dan masih mengambil beberapa peralatan kebersihan, dia pun kembali naik ke atas lantai dua dengan keadaan masih linglung.

__ sudah berlalu selama sejam lebih Nadin membersihkan kamar itu, dengan bantuan Indah pekerjaannya sedikit lebih ringan. Dia sedikit terkejut dengan kondisi kamar mandi, yang di penuhi dengan kotoran berwarna hitam. Dan ada beberapa bulu-bulu kasar yang cukup panjang juga, dia tak mau memikirkannya lebih jauh, memikirkannya hanya akan membuat kepalanya menjadi sakit.

"Huft.. Akhirnya selesai juga." Indah menyekah keringatnya dan bersandar pada kursi santai. Seprei telah di ganti dengan yang baru, dan kamar mandi telah bersih sepenuhnya. Semua berkat bantuan Nadin yang cekatan.

Nadin lalu mengambil sebuah remot di atas meja di samping kasur, dan menekannya. Seketika Indah merasa sangat sejuk, Indah penasaran dengan remot itu, dan memperhatikannya tanpa berkedip.

Nadin yang memperhatikan arah tatapan Indah, jelas tertuju pada tangannya yang memegang remot.

"Ehem.. Nona ini adalah remot AC, apakah nona belum menggunakannya?"

"AC? Apa itu sejenis TV?"

Nadin :"...."

___ Tiga bulan telah berlalu, sekarang Indah sudah terbiasa dengan kehidupannya di dalam kamar itu, Nadin pelayan mudah yang selalu menemaninya di saat waktu senggang, telah menjadi teman baiknya sekarang.

Nadin tak perna membocorkan kebenaran tentang Indah kepada siapapun, karena permintaan dari Indah, dia hanya akan diam saja ketika dirinya di kasihani oleh teman pelayannya yang lain. Mereka berpikir Nadin bernasib sial, karena harus mengurus tamu tuannya yang sangat menjijikan itu.

Sekarang sudah waktunya makan malam, seperti biasa Nadin akan membawakan makanan kedalam kamar Indah. "Nona waktunya makan malam, saya membawakan makanan spesial buat nona malam ini."

"Berhentilah memanggilku seperti itu, bukankah aku telah mengatakan untuk memanggilku dengan namaku saja!" ucap Indah cemberut.

Nadin tidak berbeda jauh dengan usianya, Nadin hanya lebih tua empat tahun darinya. Nadin juga memiliki sifat yang baik dan sopan, dia juga dapat dipercaya. Mengingat dirinya tak mengatakan apa pun kepada orang lain tentang Indah, selama tiga bulan Nadin dengan sabar menemani dan melayani dirinya.

"Maaf, aku sengaja melakukannya, di depan banyak penjaga yang dapat mendengar perkataanku. Jika mereka mengetahui aku memanggilmu dengan nama saja, mereka pasti akan curiga denganku!" Nadin berusaha menjelaskan.

Next chapter