webnovel

Mulai dari Nol

Perang telah berakhir, serikat kegelapan telah dikalahkan oleh pasukan kerajaan, mereka semua telah dibinasahkan. Tetapi, 2 orang berhasil selamat, yaitu pemimpin serikat kegelapan dan juga Grace. Michael sangat terpukul atas kepergian Vincent, sebelum dan sesudah ujian masuk pun ia selalu mengurung diri di kamarnya.

'Vincent, maafkan aku, maafkan aku. Aku tak bisa melindungimu' Gumam Michael sambil mencucurkan banyak air mata. "Padahal dulu aku mencoba untuk memanfaatkannya, tapi entah kenapa malah begini jadinya. Tapi aku bersyukur mempunyai seorang teman seperti dia" Kata Michael sambil tersenyum dengan mencucurkan air matanya.

Tak lama kemudian kepala sekolah datang ke kamar Michael, untuk menjenguknya sambil memperbaiki suasana hatinya.

"Kepala sekolah? Ada apa sampai kesini? Jika hanya menyuruhku untuk megikuti kelas, mending pergi saja" Kata Michael dengan sedikit cuek.

"Ayolah jangan murung begitu terus, kau harus merelakan kepergian temanmu. Aku tahu itu adalah hal yang berat, tapi apa gunanya jika kau murung begini terus, apakah dia akan hidup kembali? Itu tidak akan" Sahut kepala sekolah sambil berdiri di dalam kamar Michael untuk menenangkannya.

"Apa yang kau tahu tentang dia?! Kau bahkan tidak tahu rasanya saat melihat sahabatmu dibunuh tepat didepanmu!" Jawab Michael dengan sedikit membentak.

"Bapak mengerti, tapi kau tidak boleh murung begini terus. Jika Vincent melihatmu dengan keadaan yang seperti ini, dia mungkin akan sedih juga" Sahut kepala sekolah sambil menenangkan amarah Michael. 'Karena dulu aku juga pernah mengalami hal yang sama sepertimu, bahkan lebih menyakitkan' Gumam kepala sekolah.

"Ta-tapi ini semua salahku, dia meninggal karena aku, andai saja aku tidak memulai perkelahian dengan Vincent, mungkin saja tidak seperti ini jadinya" Kata Michael dengan mencucurkan air mata.

"Kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, itu semua terjadi bukan karena ulahmu, ini semua sudah takdir" Jawab kepala sekolah. "Sebuah kematian yang sudah di takdirkan, tidak akan kembali dengan sebuah kesedihan dan air mata. Memang mengikhlaskan seorang yang sangat kita sayangi adalah hal yang paling sulit, namun orang yang meninggalkan kita akan lebih bahagia jika melihat kita bersuka ria daripada bersedih secara berlebihan. Begitu juga dengan Vincent, dia akan sangat sedih jika melihatmu seperti ini, begitu juga dengan sebaliknya, dia akan merasa tenang jika melihatmu bahagia" Kata kepala sekolah sambil memotivasi Michael.

"Terima kasih, kepala sekolah. Mungkin sekarang aku harus mengikhlaskan kematiannya" Jawab Michael sambil menenangkan dirinya sendiri.

'Hehehe, untung saja aku sering nonton anime' Gumam kepala sekolah sambil tersenyum. "Nah gitu lebih baik, jadi kau mau mengikuti kelas kan?" Tanya kepala sekolah, sambil berharap Michael akan mengikuti kelas.

"Baiklah, mungkin itu adalah pilihan terbaik saat ini" Jawab Michael yang sedang menenangkan diri. 'Vincent aku tidak akan melupakanmu, karena hanya kau satu-satunya manusia yang dapat berteman baik denganku. Aku berharap kau masih hidup, dengan begitu kita akan bertemu lagi di masa yang akan datang' Gumam Michael dengan tersenyum.

*****

"Uhuk-uhuk. Eh? Dimana ini? Uhh... kepalaku terasa sangat sakit" Kata Vincent saat ia sadarkan diri sambil memegangi kepalanya. "Apa yang aku lakukan disini? Bukannya tadi aku-.. serikat kegelapan, dimana mereka? Bukannya tadi aku melawan mereka dan... uh... sakit sekali kepalaku" Katanya sambil mengingat kembali kejadian yang terjadi saat ia melawan serikat kegelapan.

Karena efek samping setelah melawan serikat kegelapan belum menghilang, Vincent pun kembali jatuh pingsan. Lalu tak lama kemudian terdapat seorang pria yang tidak sengaja melewati tempat Vincent berada, saat pria itu melihat Vincent yang sedang tidak sadarkan diri dengan penuh luka dan darah di sekujur tubuhnya, ia pun memutuskan untuk membawa Vincent kerumahnya untuk merawatnya.

Setelah beberapa hari Vincent dirawat oleh pria tersebut, dengan memberi Vincent obat-obat an yang ia racik sendiri, akhirnya Vincent pun telah sadarkan diri dan luka yang ia dapatkan saat pertarungan pun juga telah sembuh. Lalu Vincent mencoba untuk membuka matanya.

"Wah, syukurlah... akhirnya kau sadar juga. Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah lebih baik?" Tanya pria tersebut dengan sedikit lega, karena Vincent telah sadarkan diri.

"Eh? Siapa kau? Dan dimana aku sekarang?" Tanya Vincent sambil mencoba untuk mendudukkan dirinya di tempat tidur.

"Oh maaf, Namaku Mags Frederick, kau juga bisa memanggilku Mags. Aku seorang ahli pedang, dan aku hidup sebatang kara. Dan sekarang kau sedang berada di kota Yoln, yang berada di Negara Nest. Bagaimana denganmu?" Jawab pria tersebut sambil memperkenalkan dirinya.

"Namaku Vincent Christopher, panggil saja aku Vincent" Jawab Vincent.

"Oh iya, ngomong-ngomong apa yang telah terjadi padamu? Saat aku menemukanmu, kau sedang pingsan dan dipenuhi dengan banyak luka" Tanya Mags.

"Eh? Yang terjadi padaku? Aku tidak begitu ingat" Jawab Vincent sambil mengingat-ingat apa yang ia alami sebelumnya.

"Coba kau ingat-ingat kembali apa yang telah terjadi padamu" Sahut Mags.

"Se-serikat kegelapan, benar, serikat kegelapan, dimana mereka?" Kata Vincent dengan sedikit cemas.

"Serikat kegelapan? Oh tenang saja, mereka telah ditangkap oleh Raja Negara Nest" Jawab Mags.

"Tidak... bagaimana dengan Michael? Apa dia baik-baik saja? Aku harus melindunginya dari serikat kegelapan. Dimana dia?" Tanya Vincent dengan sangat khawatir.

"Michael? Oh maaf, aku tidak tahu siapa itu" Jawab Mags. 'Kenapa anak ini terus membicarakan serikat kegelapan? Apa dia ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari yang lalu, saat pasukan kerajaan bertempur melawan serikat kegelapan. Tidak, aku harus memastikannya terlebih dahulu' Gumam Mags. "Maaf Vincent, apakah kau bisa menggunakan sihir atau teknik berpedang?" Tanya Mags untuk memastikan.

"Aku tidak begitu yakin, tapi seingatku, aku dapat menggunakan sihir" Jawab Vincent.

"Kalau begitu, apakah kau bisa menunjukkannya padaku?" Tanya Mags.

"Baiklah" Jawab Vincent.

Merekapun pergi keluar rumah dan Vincent pun mencoba untuk mengeluarkan sihirnya.

"Electrical Element, Thunderbolt" Kata Vincent yang sedang merapal mantra.

Vincent telah mengeluarkan salah satu mantranya. Tetapi, mantra itu tidak bekerja.

"Hmm... maaf Vincent, apakah kau benar seorang penyihir?" Tanya Mags yang meragukan Vincent.

"Ke-kenapa mantranya tidak mau keluar, ada apa ini?" Kata Vincent yang sedang kebingungan.

'Sepertinya ada masalah dengan ingatannya. Sepertinya aku harus mengajarkan beberapa teknik berpedang dari aliranku kepadanya, lagipula dia sepertinya bukan orang yang jahat' Gumam Mags.

"Kenapa tidak mau keluar, Ada apa denganku? Apa aku sudah tidak bisa mengeluarkan sihir lagi?" Kata Vincent dengan sangat kebingungan.

"Baiklah Vincent, untuk sementara waktu aku akan mengajarimu teknik berpedang. Mungkin itu akan berguna untukmu" Sahut Mags dengan memberi Vincent tawaran. 'Jika seorang penyihir sudah tidak dapat mengeluarkan sihirnya lagi, apakah ia bisa diajarkan suatu teknik berpedang? Sepertinya ini akan menjadi suatu percobaan yang sangat menarik, hehehe' Gumamnya sambil tersenyum bahagia.

"Teknik berpedang?" Tanya Vincent kembali. 'Sepertinya aku juga dapat menguasai teknik berpedang sebelumnya, tetapi mengapa aku tidak dapat mengingat apapun? Ada apa ini sebenarnya' Gumam Vincent.

"Iya teknik berpedang, mungkin tidak terlalu berguna sih bagi mantan penyihir sepertimu, tapi ini mungkin cukup untuk melindungimu dari suatu bahaya di masa yang akan datang" Jawab Mags.

'Mungkin sekarang aku harus berlatih teknik berpedang terlebih dahulu darinya, dan aku akan segera menemuimu, Michael' Gumam Vincent. "Baiklah, tolong ajari aku, guru" Kata Vincent dengan penuh semangat sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Hahaha, bagus-bagus. Baiklah, mulai hari ini aku akan menjadi gurumu" Sahut Mags dengan sangat bahagia.

Vincent pun mulai berlatih teknik berpedang dari gurunya yaitu Mags, setiap hari ia selalu berlatih dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. 5 tahun telah berlalu, umur Vincent sekarang adalah 12 tahun, dan pada tahun ini pendaftaran murid baru di Akademi Zokarth dibuka, sebuah akademi yang terletak di Kota Orahull. Akademi Zakarth adalah sebuah akademi yang sangat terkenal, dan di akademi tersebut mereka menerima penyihir dan ahli pedang sekaligus, dengan tujuan mengajarkan mereka cara bekerja sama dalam berperang melawan monster sihir nantinya. Dan hari pendaftaran pun tiba, Vincent dan Mags bergegas pergi ke akademi tersebut untuk mendaftarkan Vincent di akademi tersebut.

"Apa semua sudah siap, Vincent?" Tanya Mags.

"Sudah, guru" Jawab Vincent dengan semangat.

"Baiklah, sebelum kita berangkat ingatlah ini, jangan kau beritahu identitasmu kepada orang asing atau temanmu terlebih dahulu. Kau harus tetap menggunakan baju zirah tersebut" Suruh Mags.

"Baiklah, guru. Aku tidak akan membongkar identitasku. Tetapi, bagaimana dengan sahabatku? Apa aku boleh memberitahu identitasku sebenarnya" Tanya Vincent.

"Tentu saja tidak! Kau tidak boleh memberitahunya, apakah kau ingin sahabatmu itu semakin khawatir terhadapmu? Pastinya dia mengira bahwa dirimu telah tiada, jika dia tahu kau masih hidup mungkin dia akan syok. Begitu juga dengan orang asing, bisa saja ada beberapa orang yang nantinya akan mengincarmu jika kau memberitahu identitasmu yang sebenarnya" Jawab Mags dengan sedikit memarahi Vincent.

"Iya, iya. jangan marah begitu dong" Sahut Vincent.

"Sudahlah, dari pada kita terlambat mending kita berangkat sekarang" Kata Mags.

"Baiklah, ayo berangkat...." Kata Vincent dengan sangat bersemangat. "Tapi ngomong-ngomong, dari mana guru dapatkan kereta kuda dan juga kuda ini?" Tanya Vincent yang sedang penasaran sambil duduk di kereta kuda dan sambil melakukan perjalanan.

"Hehehe, yah... guru... meminjamnya tadi, iya meminjamnya" Kata Mags dengan sedikit bertele-tele.

"Jangan katakan kalau guru meminjam tanpa meminta izin pada pemiliknya?" Tanya Vincent.

"Ti-tidak kok, guru beneran meminjamnya, tenang saja, hehehe" Jawab Mags.

"Hoi! Kembalikan kudaku! Awas saja kau Mags!" Teriak seseorang dengan sangat keras dari arah belakang mereka.

"Guru..." Kata Vincent.

"Hehehe maaf, nanti guru akan membayarnya kok, tenang saja, hehehe" Jawab Mags. "Tenang saja pak tua! Aku akan membayarnya nanti setelah aku kembali!" Teriak Mags untuk membalas perkataan seorang yang berteriak tadi.

"Baiklah, ayo bergegas, guru" Sahut Vincent.

"Oke... pegangan ya" Jawab Mags sambil memacu kuda tersebut.