1 Kebiasaan

Pagi pun tiba. Aku membuka mataku secara perlahan dan melihat sekeliling kamarku yang nyaris semuanya terbuat dari kayu, terasa sangat berat dibagian tubuhku dan terdengar pula suara dengkuran yang sepertinya aku kenal, aku melirik ke arah samping kiriku dan terlihat seorang pria yang nampak lelah namun penuh dengan tanggung jawab masih tertidur pulas di jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Lebih baik aku membangunkannya sekarang, mengingat hari ini adalah hari minggu di mana suamiku sudah berjanji akan bermain bersama dengan anak pertama kami satu hari penuh.

"Sayang, waktunya bangun..." ucapku lebut sembari membelai pipinya "Haa? Kertasnya ada di sana..." ucapnya dengan mata yang masih terpejam. Apakah dia bermimpi?

"Sayang, ini sudah jam 7!" ucapku lagi mencoba untuk membangunkannya. Dengan cepat suamiku pun langsung terbangun dari tidurnya dan berlari keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah katanya untukku, ada apa dengannya?

            Setelah selesai membereskan kamar, aku pun keluar untuk menuju kamar anakku. Di dalam kamar terlihat seorang malaikat kecil yang tengah mencoba berdiri di atas ranjang tidur miliknya sembari melompat-lompat kegirangan pada saat melihatku mendekatinya, tawa dan juga jeritan kecil seakan menjadi sambutan untukku "Selamat pagi sayang" balasku kepadanya seakan aku mengerti apa yang anakku ucapkan. Aku pun menggendongnya dan pergi menuju ke ruang makan, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh di tanganku, sesuatu yang basah dari balik celana tidur bayi kecilku.

"Hm? Wah, sudah penuh ya?" ucapku sembari meraba sesuatu yang sudah sangat besar dan juga berat di bokong bayi kecilku. Aku mengambil popok ganti, bedak bayi, pakaian baru di lemari pakaian dan juga air hangat yang aku siapkan setelahnya.

Setelah selesai memandikan bayi kecilku dan mengambil apa yang aku butuhkan, aku pun menuju ke ruang tamu. Di sana aku menyalakan TV untuk anakku walaupun aku tidak tahu apakah dia mengerti atau tidak namun, asalkan dia senang itu sudah membuatku tenang.

"Wih! Film tabi!" ucapku sembari menciumi perut lembut bayi kecilku. Terlihat tawanya yang sangat meriah hingga membuat aku sedikit gemas dibuatnya, aku pun menyalahkan timer dan dengan cepat langsung mengganti popok bayiku serta mengganti pakaiannya dengan yang baru. Sesekali terdengar suara tawa darinya sembari menggigiti mainan karet miliknya, setelah selesai aku pun mematikan timerku "1 menit 20 detik, rekor baru!" seruku "Wah! Anak mama sudah cantik..." pujiku kepadanya.

            Aku kembali menggendong anakku ke dalam dekapanku, waktunya memberikan makan untuk bayiku, orang tua yang baik adalah orang tua yang mengerti apa yang diperlukan bayinya tanpa perlu menunggu tangisan darinya. Sesekali aku sedikit bersenandung sembari membelai rambutnya yang sedikit lebat, mata birunya yang sangat indah terus menatapku dan juga jari-jarinya yang memainkan kalung berbentuk hati pemberian dari suamiku pada saat pertama kali kami bertemu. Jadi teringat akan masa lalu. Pada saat sesi pemberian cincin di hari pernikahan, di sana suamiku lupa akan cincinnya yang ternyata tertinggal di dalam mobil, hingga dia meminjam kalung milik saudaranya dan diberikan kepadaku. Kejadian lucu yang tidak bisa aku lupakan.

"Mama! Di mana dasi papa?" tanya suamiku yang kedengarannya berasal dari kamar. Dasi? Untuk apa? Pada akhirnya kami berdua pun menghampiri sumber suara tersebut, terlihat suamiku dengan memakai kemeja putih serta jas hitam yang sudah dikenakannya "Papa?" panggilku namun tidak di tanggapinya. Terlihat suamiku yang masih terlihat sibuk mencari sesuatu hingga sampai ke sudut-sudut ruangan, dari dalam lemari hingga sampai di dalam laci meja kerjanya. Sejak kapan dasi ada di dalam laci meja? "Gawat! Aku terlambat!" ucapnya. Terlambat untuk apa? "Em, papa… Kelihatannya aku tahu di mana dasinya berada..." ucapku. Suamiku pun langsung menatapku dan mendekatiku.

"Di mana?" tanyanya menunggu jawaban dariku. Matanya yang berwarna biru sudah berada di depan mataku bahkan aku bisa merasakan deru napasnya yang hangat.

"Ada di tempat cucian dan aku sudah merendamnya tadi malam..." jawabku. Mendengar jawaban dariku, suamiku pun hanya bisa terpaku terdiam seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Tapi, bukankah dia yang meletakkan dasi miliknya di dalam keranjang pakaian pada saat pulang kerja tadi malam? Apakah dia lupa seperti biasanya?

Aku memperhatikan suamiku yang kini sudah terlentang di lantai kamar, sedikit aneh melihatnya menggunakan pakaian formal pada saat hari libur, apa jangan-jangan dia juga lupa jika hari ini adalah hari libur "Papa, boleh aku bertanya?" tanyaku meminta persetujuan darinya "Aku tidak bisa pergi bekerja…" rintihnya. Sudah aku bilang "Bekerja? Tapi, bukankah hari ini adalah hari minggu..." ucapku padanya. Suamiku pun langsung menatapku terdiam "He?" Seperti biasa suamiku selalu mengalami penyakit yang sama di setiap harinya, hari demi hari selalu melupakan apa saja di dalam hidupnya namun, untung saja dia tidak melupakan kami berdua, istri dan juga anaknya. Walaupun begitu, aku tidak akan marah karena dia sudah bertanggung jawab untuk kami berdua.

"Kebiasaan!" ucapku lalu pergi meninggalkannya yang masih terdiam di dalam kamar dan tengah tertawa sendirian.

avataravatar