webnovel

Tak Mau Mengalah

Hari itu sebab suasana hati Alexi, semua karyawan diboyong untuk makan ke restoran. Pria itu mengatakan jika situasi perusahaan sedang bagus dan Nandini pun ada di acara kecil-kecilan tersebut.

Dari kejauhan, dia bisa melihat senyum cerah terukir di bibir mantan pacarnya seakan telah mendapat berita paling menggembirakan. Tapi apa?

Sesekali terlihat Alexi dan Adya berbicara saling berbisik lalu tertawa kecil. Pasti ada hal yang menarik jadi Nandini memutuskan mendekat.

"Adya, aku benar-benar bodoh tidak mengerti dengan situasi tapi aku senang ... senang bisa akhirnya memiliki Asia seutuhnya," kata Alexi pelan.

Semua itu didengar oleh Nandini dan langsung paham apa maksud dari kedua pria itu. Dia merasa jengkel. Bukankah Asia tidak mau melakukan hubungan seksual sebelum mencapai usia yang matang?

Kenapa mendadak berubah?

Semua itu berputar dalam pikiran Nandini dan menimbulkan gejala pusing. Tapi mendadak ia terdiam, mengerjapkan matanya beberapa kali tampak sebuah senyuman smirk terbentuk ketika tiba-tiba sebuah ide muncul.

Sekarang keadaan akan menjadi terbalik dan jelas Asia, wanita muda nan polos itu pasti termakan umpan dan tidak mau bertemu dengan Alexi lagi.

Nandini jadi tak sabar!

❤❤❤❤

Jam menunjukkan pukul 22. 00 waktu setempat. Asia membuka mata dari tidur dan langsung melempar pandangan ke segala arah. Dia tak melihat sang suami.

"Tch, dia ada di mana? Kok Alexi belum datang juga?" gerutu Asia. Semalaman begini tak mungkin Alexi ada di perusahaan. Dia pun mengambil telepon untuk menghubungi suami atau pun Adya sekedar mendapat informasi.

Mendadak pintu kamar terbuka mengagetkannya. Pria yang dia tunggu tersenyum seraya menutup pintu. "Kau dari mana saja? Aku sudah lama menunggumu," ucap Asia. Nadanya terdengar khawatir.

"Maaf aku sedang merayakan acara bersama karyawan. Apa kau sudah baikan?" tanya pria itu.

"Iya. Lain kali beri kabar kalau kau akan pulang terlambat supaya tak buat aku cemas." Menanggapinya Alexi mengangguk.

"Kau sudah makan?"

"Sudah." Setelah membuka pakaian dan mengganti kaus santai, dia langsung membaringkan diri. Menarik napas dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan.

Asia melihat dengan seksama sang suami yang kemudian didekatinya. Alexi telah memejamkan mata mungkin sudah tertidur.

Wanita muda itu lebih mendekat ke wajah sang suami. Hidung mereka saling bersentuhan sebagai pembatas di antara keduanya. Dia lalu mencium bau mulut pria itu dan seperti dugaan, ada bau alkohol.

Mata Alexi mendadak terbuka. Lelaki yang memiliki sixpack di perutnya tersebut terkejut menemukan wajah sang istri berada dekat dengannya. Demikian Asia yang langsung menarik tubuh agar menjauh.

"Kenapa melihatku seperti itu? Ingin lagi?" tanya Alexi seraya memberikan kerlingan nakal.

"Tidak. Aku cuma pastikan saja kau sudah tidur atau tidak," bantah wanita itu cepat.

"Sudah jangan munafik. Kalau mau ayo silakan aku siap!"

"Tidak otak mesum! Besok aku juga harus ke kampus, aku tak mau pinggulku sakit lagi gara-gara kau," ujar Asia. Dia kemudian tidur dengan posisi miring, membelakangi sang suami.

"Benar tidak mau? Padahal kemarin kamu bilang mau diajari beberapa hal sama aku ... aku juga ingat kau minta aku bergerak lebih cepat dan kau ...." suara Alexi terhenti begitu bantal menghantam wajahnya.

"Sudah hentikan! Jangan bicara tentang hal itu lagi!" pekik Asia kesal.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan bicara, diam saja. Aku ingin tidur dan tidak mau membayangkan pikiran kotor!" Sekali lagi Asia membalikkan badan tak melihat pada sang suami.

Alexi malah menyeringai. Dia puas melihat si istri meluap-luapkan emosi. Baginya ekspresi Asia tampak manis.

Kemudian ia kembali membaringkan diri dan memeluk wanita yang dinikahinya secara agama itu dari belakang. "Terima kasih sudah mau peduli padaku," bisik Alexi.

"Aku hanya membantumu kok," Asia membalas.

"Tetap saja itu berarti jadi tolong jangan berpisah dariku." Mata wanita berdarah campuran tersebut menyipit. Dia lalu menghadapkan tubuhnya ke arah Alexi.

"Justru aku yang seharusnya mengatakan itu, kau dapat untungnya tahu!" ketus Asia.

"Kan pernikahan kita pada akhirnya kau yang membuat keputusan. Kau mau lanjutkan atau tidak, cuma masalah waktu dan aku ingin kau tetap bersamaku. Setelah itu kita bisa meresmikan pernikahan kita," Alexi memberi penjelasan.

Asia terdiam. Dia membuang napas panjang seraya melihat lurus ke depan. "Kau sudah membuat keputusan?" pertanyaan suami dibalas galengan oleh wanita itu.

"Aku masih harus fokus dengan tujuan lain. Tak punya waktu buat memikirkan hal itu," Asia memberi alasan.

"Jadi kapan keputusannya? Nanti kalau sudah hamil?" Serentak Alexi mendapatkan tatapan tajam.

"Jaga mulut dan tingkahmu sayang, semua itu jadi penentu aku mau sama kamu atau tidak." Dari nada bicara Asia terkesan lembut namun dalam hatinya ada kemarahan yang sewaktu-waktu akan dilampiaskan kepada siapa saja termasuk pria itu.

"Itu kenyataan kok buktinya sekarang aku ingin kamu ...." tatapan mata Alexi yang sayu tertuju langsung pada sang istri. Dia pun berangsur mendekat ingin mencium tetapi tidak sampai menyentuh bibir Asia.

Anak kedua dari tiga bersaudara itu segera mengelak. "Lain kali saja ya, aku mau ke kampus besok. Aku sedang tak enak badan."

Sekali lagi Alexi diberikan punggung oleh istrinya sendiri dan cukup membuatnya kecewa. Dia tak bisa memaksa jadi Alexi hanya mengecup dahi milik Asia.

"Good night darling," bisiknya mesra.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Next chapter