webnovel

Satu-satunya Jalan

Pagi harinya sesuai yang dijanjikan, Asia pergi ke perusahaan sang Ayah. Gadis berwajah oriental itu sudah memperhitungkan waktu yang tepat untuk berbicara dan mengambil kesempatan waktu makan siang.

"Asia." Asia sontak menoleh pada Karma, Ayahnya kemudian bergegas memeluk pria paruh baya tersebut.

Karma jelas membalas dekapan putri keduanya. Sebab tak tinggal bersama dalam kurun waktu yang cukup lama jadi dia sangat rindu. "Ayo kita masuk ke ruangan Daddy."

Asia patuh lalu masuk diikuti oleh Karma dari belakang. "Maaf ya sayang kau menunggu lama di luar, kamu kenapa datang ke sini? Punya masalah ya?"

Cemberut yang terbentuk menjelaskan segalanya tanpa perlu Karma diberi jawaban. "Daddy seperti cenayang saja padahal aku belum bicara apa-apa," sahut Asia agak kesal.

"Tentu saja Daddy tahu, tiap kali memiliki persoalan kau selalu datang pada Daddy nah sekarang ayo jelaskan siapa tahu Daddy bisa bantu." Mendadak wajah Asia merah padam. Kadang-kadang bergumam pelan sedang pandangan diedarkan ke segala arah membuat Karma bingung.

"Itu loh Daddy ... masalah laki-laki,"

"Iya masalahnya apa?" tanya Karma mencoba memperjelas.

"Tapi janji ya jangan tertawa soalnya Asia baru dapat pertama kali masalah seperti ini." Karma mengangguk sebagai jawaban dengan cepat. Dia jadi gemas sendiri akan tingkah Asia.

"Jadi gini Alexi mimpi basah dan Asia ingin bantu Alexi tapi Asia bingung sebab baru pertama kali lihat begituan makanya Asia datang ke Daddy, siapa tahu Daddy punya solusi," jelas Asia seraya menunduk.

Dia yakin wajahnya merah seperti kepiting rebus sekarang tapi cukup senang sebab bisa membeberkan semua pada Karma namun saat mendongak Asia malah melihat senyuman aneh dari pria pemilik perusahaan terbesar di Jepang itu.

"Asia, kau belum memberikan "itu" ya pada Alexi?" senyuman ganjil tetap terpasang yang membuat Asia tak nyaman tapi di sisi lain dia juga tak mengerti.

"Maksud Daddy apa?"

"Malam pertama, kau melakukannya tidak dengan Alexi?" Asia kembali dibuat gugup kemudian menggeleng. Semringah Karma makin melebar saja melihat sikap sang putri yang gelagapan.

"Wah sayang sekali padahal itu satu-satunya obat," ucap Karma memancing keinginantahuan si anak polos.

"Ma-maksud Daddy harus ..." suara Asia tertahan sementara matanya kini berbicara kepada Karma. Begitu asing kalimatnya sampai dia tak mau mengatakannya secara langsung.

"Ya semacam itulah." Senyum jahil dikembangkan oleh pria paruh baya itu namun si anak kedua tak menyadari hal tersebut. Perasaannya tak karuan sebab harus menghadapi malam pertama demi sang suami.

"Ap-apa tidak ada cara lain Daddy?"

"Maaf Asia, kalau kau mau membantu hanya itu satu-satunya cara. Kau ini istrinya sudah sewajarnya berikan "itu" sama suamimu toh kalian sah sebagai suami istri," Karma menerangkan.

"Daddy, Asia takut. Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk?"

"Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk Asia jika kau percaya sama Alexi. Yakin sama Daddy." Perasaan Asia sebenarnya tak enak dan sekarang jantungnya berdebar kencang.

Tapi jika tak ada pilihan lain Asia harus mencoba untuk suaminya. "Baiklah Asia akan berusaha buat Alexi jadi Asia harus melakukan apa Daddy?" Karma bisa melihat kobaran semangat dari mata Asia tanda bersungguh-sungguh.

Akhirnya Asia dibisiki oleh Karma dan setiap kata yang keluar dari mulut Ayahnya itu membuat kedua pipi memanas.

❤❤❤❤

"Hai sudah selesai kuliahnya?" tanya Alexi kepada Asia yang baru saja keluar dari gerbang universitas. Seperti biasa pria itu menjemput Asia untuk pulang.

"Iya sudah," jawab Asia tenang. Sontak Alexi mengkerutkan kening, ada yang aneh dengan istrinya. Tak biasa Asia membalas tanpa adanya nada ketus.

"Asia, kau baik-baik saja?" Gadis berusia 18 tahun itu mengangguk namun tidak melihat pada Alexi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam diri pria yang berprofesi sebagai CEO tersebut.

"Apa kau yakin?"

"Iya." Hanya satu kata terlontar dari mulut si istri menjadikan Alexi gelisah.

"Sayang kalau ada sesuatu tolong bilang sama aku pasti aku akan bantu  semampuku," Alexi berucap. Asia menggumam sebagai balasan dan setelahnya tak ada perbincangan antara mereka berdua.

Di rumah Asia bertingkah biasa saja namun Alexi yang merasa janggal tetap memperhatikan gerak-gerik gadis bermata hazel itu berharap nanti ada petunjuk.

Dilihatnya Asia sibuk dengan ponsel sesudah makan malam. Kadang-kadang melempar pandangan ke arah lain tak sampai lama sebab langsung teralihkan pandangan pada layar handphone.

Suara dering memecahkan konsentrasi Alexi. Dia mendecih kesal sebentar lalu mengangkat telepon dari Adya. "Halo," ucap Alexi ketus.

"Halo Alexi, kenapa suaramu ketus begitu? Kau bertengkar ya dengan Asia?" Adya menerka.

"Jangan tanya sembarangan, kau mau apa?"

"Loh bukannya kau yang bilang dari tadi kalau nantinya kita bahas soal pekerjaan sekarang," tegur Adya. Pria itu agak kesal karena Alexi tak mengingat janji.

"Oh baiklah aku juga lupa soal itu. Terima kasih sudah mengingatkan." Alexi bangkit dari tempat dia duduk kemudian menuju ruang kerja.

Akhirnya beberapa jam dibutuhkan oleh Alexi dan Adya membicarakan pekerjaan menggunakan video call. "Fyuhh akhirnya selesai juga. Dengan begini kita tak usah repot."

"Yah, oh ya soal tadi. Kau punya masalah ya sama Asia atau ..." Alexi segera mematikan video call tanpa ada kata sampai jumpa. Dia mendengus kesal lalu pergi ke kamar.

Alexi langsung masuk ke dalam kamar dan alangkah terkejutnya pria itu melihat kamar berdua dengan Asia sudah dihias.

Lilin beraroma mawar yang menyala disusun rapi menggantikan lampu listrik sedang di ranjang ada juga hamparan bunga. Alexi jelas bingung, kenapa tiba-tiba kamar dihias layaknya kamar pengantin.

Sebelum sempat bersuara Alexi terpaku saat memandang Asia kala gadis itu mendekat. Penampilannya yang membuat Alexi pangling. Istrinya bahkan berani mengenakan lingrie hadiah pernikahan, rambutnya yang bergelombang tergerai indah.

Tak lupa wajah Asia diberikan make up kendati tipis namun mampu menyebabkan dada Alexi bergejolak.

Masih membeku dia tak bisa memalingkan pandangan ke tempat lain. Ia bahkan tidak tahu jika hidungnya mengeluarkan cairan merah.

❤❤❤❤

See you in the next part!! Bye!!

Next chapter