2 Chapter 1 : Berpindah dalam Semalam (1)

Bulu mata bergerak-gerak dalam kedipan berkali-kali. Terpantul di cermin kecil yang sebagian retak itu ialah bayangan wajah anak laki-laki kecil dengan rambut coklat keemasan yang semrawut.

"Tidak mungkin!" Dia ngeri saat menatap wajahnya lagi dan lagi, berulang kali hingga terduduk di lantai kotor dalam ruangan pengap nan kumuh ini.

Dia, Yoo Han, memiliki satu penyesalan terbesar saat ini, yaitu dia tidak bisa melihat Jaehwan lagi selamanya. Berada di dunia yang sama, tetapi terpisah jarak masih bisa ditanggung. Namun, jika terpisah dunia, dia tidak tahan untuk tidak menangis.

"Sialan! Apa ini? Apa Dewa mengutukku?!" umpatnya keras.

Detik berikutnya, tangisannya berhenti disebabkan aliran kenangan mendadak dari pemilik tubuh sebelumnya. Benar, dia menempati tubuh anak kecil kurus yang malang ini.

Cail, itu namanya. Mata violet di cermin terlihat membesar menunjukkan betapa terkejutnya dia. Dua kenangan saling berhadapan kemudian menyatu, Yoo Han meringkuk terengah-engah dan mengerang kesakitan.

"Arrrg!"

Dia berguling-guling di tumpukan kotoran di lantai dingin dan berbau menyengat. Sudah jelas bagaimana kondisinya, satu kata yang diperlukan yaitu mengerikan.

Selama beberapa saat berlalu seperti itu sampai kedua ingatan terhubung menjadi satu untuk membentuk 'dia' yang baru. Dia adalah Yoo Han sekaligus Cail.

Jika Yoo Han mengingatnya dengan benar, Cail adalah karakter yang kisahnya begitu memilukan. Dia sempat berpikir bahwa seharusnya protagonis menyelamatkan Cail. Bagaimana dia tahu bahwa ini dunia protagonis dari novel "Ways of Heroes"? Itu karena deskripsi tentang Cail sangat mirip dengan ingatan yang menyatu dengannya, tanpa celah.

Dia lebih baik menganggap ini dunia novel  daripada dunia alternatif yang berbeda sebab dia tak'kan tahu apa yang seharusnya dilakukan.

Yoo Han belum mengakui dirinya sebagai Cail untuk sementara waktu, dia menyimpan pemikiran tersebut untuk saat ini dan mulai menganalisa ruangan kumuh ini.

Kasur jerami dengan seprei putih kekuningan, lantai dengan kotoran yang mengolesi kakinya jadi hitam, serta kaca retak yang bukan miliknya, kemudian satu hal lagi, dan itu adalah —

"Keluarlah, pemalas! Bekerja dan dapatkan uang yang banyak!"

Praaang!

Suara teriakan pria dari luar ruangan dan sesuatu yang sengaja dipecahkan untuk mengagetkannya.

Yoo Han menghela napas di tengah denyutan kepalanya yang menyakitkan. Dia bangun dengan terhuyung-huyung kemudian mengenakan alas kaki jerami. Menyadari bahwa tubuh ini tidak mendapat makanan yang layak selama beberapa hari, perutnya menggeram kesakitan akibat asam lambung yang naik.

"Hah! Betapa menyedihkan!"

Yoo Han bertanya-tanya mengapa harus Cail? Kenapa bukan karakter lain yang sedikit lebih dekat dengan protagonis? Kenapa? Pertanyaan itu membebani otaknya yang sudah dihantam kenangan Cail asli yang malang.

Braaak!

Pintu kayu di garis pandangannya didobrak keras sampai pengunci kayunya patah. Derit dari engsel yang berkarat menggerus pendengarannya ketika seorang pria besar berotot masuk kemudian menyeretnya dengan paksa tanpa simpati.

'Dasar hulk!' rutuk Yoo Han dalam hati saat dirinya diseret keluar seperti sekantung kotoran sebelum dilemparkan.

Bruuuk!

Walaupun Yoo Han tidak berharap hidup sebagai orang kaya yang nyaman, tetapi dia juga tidak berharap menjadi sengsara. Kehidupan yang sederhana selalu dia sambut, tetapi sekarang jelas tidak demikian.

Pakaiannya yang robek di sana-sini bertambah dan dianiaya ketika dia baru terbangun adalah hal yang akan selalu dia ingat sampai kapan pun sama seperti perundungan di sekolah.

Pria hulk dengan wajah bengis dan jenggot jeleknya mendengus setelah melihat sorot mata penuh kebencian dari Yoo Han.

"Apa kau mau terus begitu, hah?! Sana kerja! Curi uang lebih banyak dari pasar! Dengan begitu, aku akan memberimu makanan yang lebih baik hari ini!" perintahnya sewenang-wenang.

Yoo Han tak percaya apa yang dia dengar. Namun, pada saat berikutnya dia harus melakukannya karena berdasarkan ingatan Cail, dia adalah pencuri yang dibesarkan oleh sekelompok gangster di pemukiman kumuh. Di novel "Ways of Heroes", detail semacam ini terlewat.

Dia mempertanyakan bagaimana plot novel itu dapat meningkatkan Cail sampai dia bertemu protagonis? Apakah ini plot lubang? Disinilah dia harus merasakan lubang itu dan mengisinya.

Yoo Han memaksa tubuhnya yang sewaktu-waktu bisa ambruk untuk menuruti pria hulk menyebalkan. Sekali lagi dengan bantuan fusi ingatan, dia menuju area pasar yang berada di luar daerah kumuh. Mencuri … dia bukan warga negara yang baik tentunya.

Demi mendapatkan makanan hari ini, dia harus mencari cara entah melakukan apa yang disuruh atau mencuri makanan sendiri yang mungkin resikonya lebih kecil.

♢♢♢

Aroma roti gandum dan sup yang hangat dari kios-kios di sepanjang jalur membuatnya meneteskan air liur.

Para bangsawan pastilah beruntung sebab selalu hidup enak dan bisa makan setiap hari tidak seperti dirinya yang harus mengais-ngais untuk mendapatkan makanan. Tidak, Yoo Han mengenyahkan dendam dari kenangan Cail asli yang menyeruak.

Dia merasa emosi dan ingatan Cail asli mempengaruhi perasaan normalnya semakin lama dia menetap di tubuh ini. Dendam Cail asli yang dijelaskan dalam novel "Ways of Heroes" mendinginkan punggungnya dengan sensasi kesemutan. Sekarang, Yoo Han mengetahui cerita yang sebenarnya.

⸢Cail sangat membenci bangsawan. Oleh karena itu, dia menawarkan bantuan untuk memusnahkan mereka.⸥

Anehnya, Yoo Han tiba-tiba teringat baris tersebut. Cail ditolak oleh protagonis karena kebenciannya yang meluap-luap. Yoo Han sendiri bergidik pada emosi yang ingin memakannya ini. Dia harus mempertahankan rasionalitas tipis antara dirinya dan Cail asli.

Untuk sementara, dia akan fokus pada kebutuhan mendesak, yaitu makanan. Mencari kesempatan yang tepat dalam mencuri sesuai keterampilan alami tubuh ini.

Berbaur dalam keramaian orang-orang yang menjadi penjual serta pembeli ataupun yang hanya melihat-lihat, Yoo Han melirik perhiasan dan uang yang melayang tepat di depannya, pemiliknya sedang menjual harta.

Hati nuraninya berkata tidak, tetapi emosi Cail asli mendorongnya. Dia hampir kehilangan akal!

'Ayolah, hanya sekali ini tidak apa-apa,' pikirnya sambil menelan ludah, dia mengubur hati nuraninya sementara mengendap-endap mirip kucing.

Yoo Han mendekati target dengan ekspresi muram dan perasaan gugup. Pada saat itu, dia mendengar pembicaraan mereka. Suara-suara di keramaian pasar memasuki telinganya.

Langkahnya terhenti. Yoo Han tersenyum pahit. Dia berbalik arah menuju kios yang menjual roti, memilih salah satu dari dua kejahatan. Bagaimanapun, mencuri makanan lebih bisa dibenarkan daripada mencuri harta.

Yoo Han bersedia memikul hukuman mereka karena dia bukan Cail asli. Kepribadian dan hati nuraninya berbeda. Dia menyakini kalau dia merupakan orang normal yang tahu tentang akal sehat agar tak terjerumus ke dalam delusi.

Berapa lama dia dapat bertahan dengan rasionalitas paksa? Entahlah, dia sendiri tak bisa menerka aliran takdir.

***

avataravatar
Next chapter