webnovel

AKU TIDAK BER-TATO!

"Akkh!! Sakit!!!"

Terdengar teriakan di salah satu kamar yang ada di dalam rumah sederhana tersebut.

Seorang wanita setengah baya tergopoh-gopoh mendatangi kamar itu, dan mendorong pintu kamar tersebut, di mana suara pemilik kamar sederhana itu adalah milik putra tunggalnya yang sedang beristirahat setelah lelah bekerja di luar, beberapa saat yang lalu.

Wanita itu terkejut ketika melihat tubuh anaknya diselubungi sinar kuning keemasan.

Teriakan sang anak yang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya mampu mengalahkan dahsyatnya cuaca ekstrem di luar.

"Tian, ada apa?"

Tidak mau hanya melihat sang putra tunggal berteriak menahan sakit dengan sekujur tubuh yang diselimuti oleh sinar kekuningan seperti itu, wanita setengah baya tersebut memberikan pertanyaan.

"Sakit, Bu!" sahut sang anak dengan suara tersendat.

"Apa yang harus ibu lakukan?"

"Aku tidak tahu! Rasanya ada sesuatu yang bergerak di dalam tubuhku!"

Tian menyahut, dan kembali berteriak untuk kedua kalinya, sembari menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamar.

Sekujur tubuhnya panas, dan ia tidak bisa menahannya hingga teriakan itu menggema memecah situasi malam yang diselimuti hujan deras berpetir.

Belum lagi habis rasa terkejut wanita setengah baya itu saat melihat sang anak yang berteriak menahan rasa sakit, dan ia tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba saja, sinar kuning keemasan itu lenyap dan ruangan sederhana itu kembali temaram, setelah tadi terang benderang karena sinar kuning keemasan itu menyelimuti tubuh Septian Taurus Pamungkas, seorang pemuda yang biasanya bekerja sebagai stuntman seorang artis, dan tidak pandai bergaul karena ia sangat jarang berbicara dengan orang asing, jika tidak sedang ada keperluan.

Ketika sinar kuning keemasan itu lenyap, tubuh Tian akhirnya roboh di atas tempat tidur yang sepreinya saja sudah berantakan akibat si pemilik tempat tidur tidak karuan menahan rasa sakit ketika sesuatu yang panas menembus tubuhnya.

Ibu Tian beranjak dari tempatnya, mendekati tempat tidur sang anak, dan membalikkan tubuh anaknya untuk memeriksa keadaan anak tunggalnya tersebut.

"Tian! Kamu tidak apa-apa, Nak? Kita ke dokter sekarang!" tegas ibunya ketika sadar, anaknya masih sadar.

"Aku tidak apa-apa, Bu. Memangnya, apa yang terjadi padaku?"

Sang ibu bengong mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang anak.

Tadi, anaknya terlihat sangat kesakitan, tapi mengapa sekarang anaknya itu terlihat baik-baik saja?

Hanya wajahnya saja yang bermandikan keringat, begitu juga pakaian yang dipakai sang anak, basah oleh keringat, seperti anaknya baru saja keluar dari kobaran api.

Padahal di luar, hujan deras masih terus saja mengguyur bumi dengan memberikan hawa dingin yang luar biasa mencekam.

Tapi, anaknya justru terlihat kegerahan.

"Kamu, benar-benar tidak apa-apa?"

Sekali lagi sang ibu bertanya, dan kali ini, wanita itu memeriksa tubuh anaknya, khawatir ada yang aneh mungkin pasca melihat anaknya tadi berteriak-teriak seperti orang kesetanan.

"Aku tidak apa-apa, Bu. Mungkin tadi aku bermimpi, hingga aku jadi mengusik Ibu. Maaf."

"Tidak! Kamu bukan sedang bermimpi, kamu benar-benar sedang kesakitan Tian! Tubuh kamu bahkan diselimuti sinar kuning keemasan, ibu melihatnya sendiri!"

"Ohya?"

"Iya! Coba katakan, apa yang sekarang kamu rasakan?"

"Aku hanya merasa sekujur tubuhku panas, aliran darahku juga panas, Bu. Itu saja."

"Kita ke dokter saja, kamu harus diperiksa, Nak!"

"Tidak perlu! Aku hanya perlu istirahat kembali, mungkin karena tadi syuting di tempat yang tidak begitu baik auranya, jadi aku terganggu."

"Benar? Kau, tidak perlu ke dokter?"

"Benar, Bu. Jangan khawatir, Ibu silahkan kembali ke kamar, Ibu juga sangat capek, bukan?"

Wanita setengah baya itu hanya menghela napas. Ia ingin beranjak, tapi gerakannya terhenti ketika ia melihat ada sesuatu yang di bagian dada anaknya.

"Tian, kamu pakai tato?" tanya sang ibu, dengan gerakan yang cepat, membuka kemeja yang dikenakan anaknya.

Kancing kemeja sang anak yang sudah terbuka beberapa, kini semakin dibuka oleh ibunya, hingga sang ibu melihat ada gambar seekor banteng berwarna biru keemasan tercetak di dada bidang sang anak.

Tian yang tidak tahu masalah gambar yang dimaksud oleh sang ibu, ikut memperhatikan dadanya sendiri.

Wajahnya berubah. Ibunya benar, ada gambar banteng berwarna biru keemasan tercetak di dadanya, padahal ia tidak pernah men-tato tubuhnya, karena ia tahu, seorang muslim yang baik, tidak akan mengukir tubuh atau memakai tato.

Karena ia tahu dalam Islam keyakinan yang ia anut, hukumnya apa ketika men-tato tubuh, jadi meskipun fenomena memakai tato sudah marak, apalagi pergaulannya di kalangan para artis, Tian tetap mematuhi nasihat almarhum ayahnya untuk tetap hidup di jalur keyakinan yang ia anut.

Namun, darimana asalnya gambar banteng itu sekarang di dadanya?

"Kamu pake tato, Tian?"

Sekali lagi, sang ibu bertanya, dan Tian tidak bisa menjawab, karena ia sendiri tidak tahu mengapa gambar banteng itu sekarang ada di dadanya?

"Demi Allah, Bu! Aku tidak pernah memakai tato! Aku pernah memakai tato yang hanya ditempel, untuk keperluan syuting, setelah syuting selesai, tato itu juga dibersihkan, jadi tidak mengganggu saat aku shalat!"

"Tapi, jika kamu tidak memakai tato, mengapa ada gambar banteng itu di dada kamu?"

"Aku juga tidak tahu, Bu!"

"Mustahil kau tidak tahu, kamu yang punya tubuh, Tian! Kamu yang tahu perubahan apapun yang terjadi dalam tubuhmu, jadi ibu yakin, kamu pasti tahu, darimana asal gambar itu!"

"Bu, maafkan aku. Aku benar-benar tidak tahu, mengapa ada gambar ini di dadaku, tapi jika memang itu sebuah tato, besok aku akan mencari seseorang untuk menghilangkannya."

"Itu bagus. Kamu boleh bergaul dengan para artis, tapi jangan sampai melupakan peraturan almarhum ayahmu. Sekarang, istirahat, jika memang kamu tidak merasakan apapun."

Tian hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh sang ibu.

Ia membiarkan ibunya beranjak keluar dari kamar sederhananya.

Setelah sang ibu keluar, Tian mengamati dadanya sendiri.

Jika kemarin-kemarin, dada itu bersih tidak ada gambar apapun, kini di sana sudah ada gambar banteng.

Letaknya di atas organ hatinya. Ada apa sebenarnya? Apakah ada hubungannya dengan lokasi syuting tadi siang, yang memang banyak dikatakan angker?

Perlahan, Tian meraba dadanya, di mana gambar banteng berwarna biru keemasan tersebut.

Tiba-tiba saja selarik sinar kuning keemasan keluar dari gambar banteng yang ada di dadanya.

Sinar itu menghantam bagian dinding kamar Tian, dan....

BUMMM!!

Sebuah ledakan terdengar, dan disusul oleh teriakan suara ibunya di kamar sebelah yang baru saja ingin tidur tapi terkejut kembali, ketika mendengar sebuah ledakan dahsyat tersebut.

Lebih terkejut lagi ketika wanita itu keluar untuk memeriksa keadaan, ia melihat kamar anaknya hancur berantakan dengan asap yang mengepul di mana-mana!

Khawatir dengan keadaan sang anak, wanita itu segera melangkah menghampiri, dan mencari tubuh anaknya di antara puing reruntuhan kamarnya sendiri.

"Tian! Kamu di mana?"

Note: Ada orang-orang terpilih yang diberikan kelebihan oleh Tuhan yang terkadang tidak bisa diterima akal sehat manusia.

(Bagaimana keadaan Tian?)

Next chapter