11 Tak Mudah Merubah Arah Hati Berlabuh

Dasa Prana mengantarku kemari dengan tujuan mempertemukanku dengan siapa? batin Gisella was-was. Untuk mencari tahu, ia harus masuk ke dalam. Para Pengawal mengira Putri yang datang adalah Putri Reswani. Karena itu mereka membiarkannya masuk ke dalam.

Senopati Mahasura Adiwilaga? Dengan Romo dan Ibu tiri yang kejam? jadi kejadian tadi sudah direncanakan Mantri Dasa? yang harusnya di sini...Res-wa-ni batin Gisell dengan tatapan bimbang ke arah Senopati Adi.

"Reswani, jangan melupakan sopan santun dihadapan calon Suamimu" tegas Raja. Mata Raja memberi isyarat agar Gisella memberi hormat dan segera duduk.

"Selamat Pagi Senopati Adi" sapa Gisella salah tingkah sambil menghormat pada Senopati Adi.

"Lama tidak berjumpa sampai lupa biasanya Anda memanggil hamba apa? Putri Reswani?" tanya Senopati Adi, menyadari kegugupan Retno yang menyamar menjadi Reswani.

Pria tampan itu tersenyum senang lalu memberi hormat juga pada Putri Retno. Ia dengan sigap menggeser kursi agar Retno dapat duduk disampingnya.

Mata Senopati Adi nampak berbinar-binar. Wajah tampannya menambah daya tarik tersendiri bagi Gisell.

"Yang Mulia Raja, boleh kah hamba membawa Putri Reswani berjalan-jalan?" pertanyaan ini membuat Raja malah menjadi curiga.

Senopati Adi tidak mungkin kuat berlama-lama ada di samping Reswani Putri nya. Kecuali jika itu adalah Retno, maka beliau baru memaklumi.

"Apa kau tidak masalah Putriku?" ini adalah sebuah tes dari Raja ditujukan pada Gisella.

Jika yang berada di ruang perjamuan ini Reswani asli, dia tidak akan ragu terus menempel pada Senopati Adi. Tapi jika ia palsu, tentu saja akan terlihat sangat hati-hati dan berusaha menjauh perlahan dari Senopati Adi.

"Tentu saja ini sudah sangat hamba nantikan Romo" jawab Gisella tertunduk menyembunyikan keraguan dalam benaknya.

sebenarnya...bagaimana Reswani bertindak di depan Romo dan Ibu tirinya? Apakah aku akan dicurigai karena bersikap seperti ini? Sebenarnya bagaimana sikap Reswani terhadap Senopati tampan ini? batin Gisella panik bukan main.

Dia bergidik membayangkan hukuman berat apa, yang akan dia dapatkan jika sampai ketahuan?!

Raja mengangguk kecil lalu menatap teduh Senopati Adi.

"Ini hadiah dariku karena kau sudah bekerja keras Senopati Adi. Tolong jaga Putriku dengan baik" sahut Raja senang melihat kedekatan antara Adi dan Reswani.

Raja masih belum sadar...Reswani sedang disandera Mantri kepercayaannya sendiri.

Halaman belakang Istana.

Senopati Adi berjalan di depan Gisella. Ini menyebalkan. Didunianya semua Pria akan memilih berjalan berdampingan dengannya. Dan hanya Pria tampan ini yang berjalan di depannya. Meski jaraknya tidak jauh dari Gisell, itu tetap membuatnya jengkel.

"Hamba selalu menyukai pemandangan di danau Istana ini" kata Senopati Adi sambil menghela nafas panjang lalu menghembuskan perlahan.

Gisell tidak menyangkal bahwa memang tempat ini begitu indah, tapi cukup mencekam saat malam.

"Hamba selalu meluangkan waktu tiap akhir pekan untuk menemui Anda. Di sini. Dan ketika malam telah larut. Saat semua orang tertidur lelap, Hamba dan Anda akan menggunakan waktu berharga untuk sekedar berbicara seperti sekarang"

Deg

Deg

Deg

Mendengar kata-kata Senopati Adi, entah kenapa jantungnya berdegup tak karuan. Bahkan kini terasa tercubit. Perasaan macam apa ini?

"Jadi hubunganmu dengan Reswani sedekat ini? Senopati Adi?" entah kenapa Gisella justru bertanya hal macam itu sambil tersenyum kecut.

"Hamba sedang membicarakan kita. Sampai kapan Anda terus akan berpura-pura menjadi Putri Reswani, di depan hamba?" kini Senopati Adi berbalik sambil menatap intens wajah cantik Gisella.

"Wajah kami mirip. Bagaimana caramu tahu dengan siapa hatimu condong? Aku hanya berpikir bahwa sesungguhnya kau belum mengetahui siapa yang paling kau cintai"

"Putri Retno. Hamba paham bahwa Anda telah kehilangan ingatan. Tapi hamba tidak percaya bahwa hati Anda juga melupakan hamba" wajah Senopati Adi terlihat sendu.

"Aku hanya sedang mempertanyakan hubungan kita. Kenyataan mengatakan bahwa kau adalah calon Suami dari Saudariku Reswani. Tapi kenapa kau justru titipkan hatimu padaku?"

"Karena dari awal hati hamba sudah tertuju pada Anda. Mungkin Anda lupa, kita pernah bertemu diluar Istana. Ketika hamba sedang mengikuti perlombaan berburu di dalam hutan."

Sekelebat bayangan di kepala Gisell bermunculan tentang kenangan pertama kali Putri Retno bertemu dengan Senopati Adi.

"Dan Anda pergi tanpa mengatakan siapa nama Anda. Dua bulan kemudian Raja memanggil hamba sekaligus mengutarakan keinginan beliau untuk menjadikan hamba menantunya. Saat itulah hamba mengenal Putri Reswani"

"Kau menerima Reswani sebagai calon Istrimu karena salah mengira dia adalah diriku?" tebakan Gisella dijawab anggukan Senopati Adi.

"Raja tidak pernah memberi tahu hamba bahwa Putrinya ada empat. Yang hamba ketahui hanya tiga. Putri Reswani, Putri Selaras, dan Putri Pertiwi"

"Lalu, bagaimana kau tahu Reswani bukanlah aku?"

"Dari Putri Pertiwi. Karena waktu itu hamba melihat langsung tabiat buruk Putri Reswani, hamba kemudian berniat untuk meniadakan rencana pernikahan kami. Saat itu, hamba baru menyadari kalian orang yang berbeda karena Putri Pertiwi berkata, beliau lebih menyayangi Putri Retno. Sementara beliau takut kepada Putri Reswani"

"Begitu hamba tahu Putri Reswani dan Putri Retno kembar, maka malam itu hamba sengaja mengajak Putri Pertiwi ke pasar malam. Dengan syarat beliau harus membawa serta Anda" tambah Senopati Adi menertawakan kejahilannya sendiri.

"Jadi aku tidak mengambil hak milik orang lain?" gumam Gisell.

"Jelas hamba hanyalah milik Anda Putri, bisakah Anda mengambil kembali milik Anda yang dipinjam Putri Reswani?" goda Senopati Adi.

Sadar gumamannya dapat di dengar Senopati Adi, Gisell hanya diam terpaku dengan wajah bersemu kemerahan.

"Apa membuatku malu, begitu sangat menyenangkan untukmu?"

"hmm, bisa disebut begitu. Karena tiap Anda salah tingkah, wajah Anda akan semakin cantik"

"Aku bukan Retno yang selama ini kau kenal. Aku sudah berubah semenjak jatuh dari kuda. Lupakan saja aku, dan meni..."

Nyuuut

Belum selesai ia bicara tapi, hatinya sudah sakit terlebih dahulu. Seolah memerintahkan Senopati Mahasura Adiwilaga menikahi Reswani adalah keputusan, yang akan sangat disesali Gisella dikemudian hari. Bahkan air matanya tiba-tiba menetes.

Senopati Adi menyadari kekasihnya sedang dalam keadaan labil karena belum memahami jati dirinya. Memang akan sulit karena identitas kekasihnya dirahasiakan oleh seluruh penghuni Istana.

"Putri Retno. Sudah hamba katakan bukan? Anda, bisa melupakan hamba kapan pun. Tapi hati Anda, tidak akan pernah melupakan hamba" kata Senopati Adi lembut, sambil mengusap air mata sang Putri dengan kedua ujung jempol tangannya.

"Hamba tidak membatalkan persiapan pernihkahan untuk menghormati Raja. Karena hamba berpikir suatu hari nanti, Putri Reswani sendirilah yang akan membatalkannya"

"Kau seyakin itu? Saat Mantri membawanya ke kediamanku, jelas dari sorot mata Reswani, dia sangat marah padaku. Itu pertanda bahwa ia tidak ingin acaranya bersamamu gagal. Bukankah sikapnya sudah jelas? dia juga menaruh hati padamu" Gisella mengungkapkan ketakutannya.

"Tidak ada yang bisa menentukan kemana hati kita akan berlabuh. Karena itu hati kita, tidak akan mudah dipaksa agar merubah arah" jawab Senopati Adi tersenyum tegas di depan Gisella.

avataravatar
Next chapter