12 Sulit Menepis Hasrat

"Aku tahu itu Senopati Adi. Memang tidak ada yang bisa memaksa siapa pun untuk mengubah arah hati seseorang. Tapi kau, melupakan satu hal"

"Kuasa Raja jauh berada di atasmu. Jika beliau ingin kau menikahi Putri Reswani maka itu akan terjadi" potong Putri Retno.

Entah kenapa sehari saja bertemu dengan Senopati Mahasura Adiwilaga, Gisella merasa tidak menjadi dirinya lagi. Tapi ia merasa telah melebur menjadi satu dengan Putri Retno.

"Putri Retno. Dimana hadiah pemberian hamba? kenapa Anda tidak mengenakan pemberian hamba?"

"Kau memberikan sesuatu? kapan?"

"Saat hamba bertemu dengan Anda di hutan. Kenapa Anda melepaskannya?"

"Kau pernah memberiku hadiah? Katakan, hadiah apa itu? Akan ku cari nanti"

"Sebuah cincin sederhana berwarna biru langit. Apa Anda melepasnya karena benda di pergelangan tangan Anda ini?" tanya Senopati Adi sambil menggapai pergelangan tangan Putri Retno.

Deg!!

Cincin berwarna biru langit? Aku pernah melihat benda itu tapi di mana? batin Retno berusaha mengingat. Lalu masa lalu Retno asli tergambar jelas di kepala Retno.

"Senopati Adi" ada nada sedih dalam suara Retno.

"Cincin itu tidak pernah ku lepaskan barang sedikit pun. Tapi saat aku koma, seseorang mengambil cincin itu dariku"

"Siapa yang berani mencuri di dalam Istana?" Senopati Adi tampak terkejut.

"Apa kau takut tak bisa membedakan yang mana Retno asli atau palsu?"

"Apa?" Senopati Adi membelalakkan mata.

"Apa maksud Anda? Kenapa hamba harus melakukan hal semacam itu?"

"Aku hanya takut bagaimana jika Reswani berpenampilan serupa denganku. Apa kau masih bisa mengenaliku?" sahut Putri Retno tak berani menatap Senopati Adi.

"Hamba tidak berani menjamin. Dan hamba tidak ingin berbohong mengatakan iya, hanya agar menenangkan hati Anda"

"Kau bertanya tentang gelang ini? sejujurnya gelang ini pemberian seseorang. Dia berkata kalau aku dalam bahaya kelak, gelang ini akan memberi tahunya"

"Jadi Anda menerimanya begitu saja? Tampaknya Anda sangat dekat dengan orang itu. Apa dia tinggal di dalam Istana

ini?"

"Kurasa tidak, orang itu akan terus disisiku karena memiliki perjanjian dengan Raja. Begitulah kata-katanya" Retno ingin tahu reaksi dari Senopati Adi yang konon katanya sangat mencintai Putri Retno.

Ya, aku harus mempercepat hari persembahannya. Sebelum hari pernikahanku dengan Reswani datang. Dengan begitu aku bisa membuat identitas palsu ini menjadi abu. Batin Senopati Adi sambil menatap lekat Putri Retno.

"Perjanjian? Perjanjian apa?"

"Aku pergi dulu" Retno tak merasa harus menjawab. Ia berjalan melangkah ke arah kediamannya. Tapi seseorang menahan tangannya.

"Apa hamba perlu bertanya langsung pada Raja?"

"Tanyalah tentang siapa itu Abiseka Maheswara. Dengan begitu, Ayahanda akan tahu bahwa akulah yang ada di sini bersamamu. Bukan Reswani" ucap Retno datar.

Putri Pertama yang disembunyikan identitasnya itu akhirnya memilih kembali ke dalam kediamannya.

Sementara Senopati Adi terdiam menahan rasa gelisah. Putri Retno tidak berusaha menjauh dari dirinya. Padahal ia adalah calon Suami dari Reswani. Kalau di ingat-ingat Retno yang dulu akan selalu berusaha menghindarinya tapi kali ini justru menjadi jauh lebih berani mendekat padanya.

"Putri Reswani sudah hamba bebaskan" suara Mantri Dasa Prana di belakang Senopati Adi terdengar sangat tergesa-gesa.

"Aku sudah mengatakannya pada Retno. Dengan begini tidak ada lagi yang membuatnya ingin bertahan di Istana ini bukan?" Senopati jelas merencanakan sesuatu.

"hamba tidak yakin tentang itu. Sejak terbangun dari koma beliau menjadi terlalu berani. Dia menentang Ayahandanya, melawan Ibu dan Adik tirinya, bahkan tidak bereaksi sedikit pun ketika melihat kembarannya di sandera di dalam kediamannya sendiri" jawab Mantri Dasa Prana.

"Kalau bukan karena Retno, habislah mereka beserta Kerajaan ini" geram Senopati Adi mengepalkan kedua tangan.

Ruang makan Kerajaan.

Di waktu yang sama, Ratu menatap Raja yang telah menyelesaikan makan paginya.

"Yang Mulia, bagaimana menurut Anda? bukankah Reswani sangat cocok disandingkan dengan Senopati Mahasura Adiwilaga? kenapa tidak secepatnya saja melangsungkan pernikahan mereka?"

"Aku berharap kau masih punya sedikit saja perasaan Ratu. Putriku Retno dirundung duka karena kekasihnya diambil alih dengan paksa oleh saudara kembarnya sendiri. Bahkan belum lama ia terjatuh dari kuda. Kenapa kau sangat terburu-buru?" protes Raja melempar tatapan membunuh ke arah sang Ratu.

"Mau besok atau pun tahun depan bukankah sama saja terasa menyakitkan? Justru jika dipercepat, maka rasa sakit dalam hatinya akan cepat berlalu juga" jawab Ratu tenang.

"Romo!! Ibu!!" seseorang menerobos memasuki ruang makan.

Raja dan Ratu menatap heran pada gadis di hadapan mereka sekarang. Kenapa begitu cepat kembali?

"Retno memerintahkan Mantri Dasa Prana untuk menyekapku di kediamannya. Lalu kenapa Ayahanda membiarkan Retno menemui calon Suamiku?!" protes Putri Reswani menahan air mata kecewa.

Anak ini semakin hari semakin senang menyudutkan Retno. Aku harus cari cara agar mereka tidak menyudutkanku, untuk memberikan hukuman pada Retno. Ini tidak adil baginya. Batin Raja diam-diam mencari cara menyelamatkan Putri Retno.

"Dasa Prana? dia hanya seorang Mantri. Tugasnya mengobati bukan menculik seseorang. Apa kau sedang bertengkar dengan Senopati Adi? sehingga kau menyalahkan orang yang tak bersalah?" tanya Raja santai sambil membersihkan mulutnya dengan sapu tangan.

"Tunggu Yang Mulia. Bisakah seseorang mengganti busananya secepat ini? coba perhatikan kebaya dan jarik Putri Reswani. Bukankah tadi Reswani tidak mengenakan pakaian ini? jadi yang tadi bersama Senopati Adi itu...Retno?!" pekik sang Ratu sambil menutup bibirnya dengan kedua tangan.

"Bagaimana bisa Romo lebih percaya dengan Mantri Dasa Prana dari pada Putri Romo sendiri? Retno berusaha merampas Senopati Adi dari hamba"

Brak!!

"Diam!! Siapa yang merampas dari siapa?! aku tahu kelakuanmu dengan Ibumu ini dibelakangku!" bentak Raja sambil menggebrak meja hingga semua mata tertuju hanya pada Raja.

"Romo membiarkanmu merampas Senopati Adi dari Retno, karena Ibumu ini. Jika salah satu dari kalian, ada yang berani melukai Putriku Retno seperti dulu lagi, bersiap-siaplah angkat kaki dari Istana ini!!" tandas Raja tidak main-main.

"Reswani, kembalilah ke kediamanmu. Sudah Romo bilang tidak boleh ada dua Reswani terlihat di Istana. Apa kau lupa itu?"

"Romo, tega sekali dengan hamba? dari awal hambalah yang ada di sisi Romo. Sementara Retno!! dia baru beberapa bulan tinggal di Istana ini. Dia yang harusnya tidak pernah terlihat tapi kenapa akhir-akhir ini bebas menunjukkan diri?!" teriak Reswani tidak terima atas perlakuan Ayahnya yang mendadak keras terhadapnya.

"Saudara tidak boleh saling menjatuhkan tapi berkat didikanmu yang luar biasa Ratu, kau justru membesarkan monster. Padahal aku menginginkan seorang Putri yang berbudi" kata Raja sambil melirik tajam Ratunya.

"Anda juga mendidik monster ini bersama hamba Yang Mulia, bukankah Anda turut andil, dalam prosesnya? Membiarkan Putri yang satu merebut milik Putri yang lain? jika Anda orang tua yang baik, bukankah seharusnya Anda akan langsung bertindak saat kejahatan itu terjadi di depan mata Anda?" bisik Ratu pada Raja.

"Yang Mulia, tak terasa Anda semakin menua. Ijinkan hamba ingatkan sekali lagi. Berkat hamba, Retno bisa masuk kembali ke Istana ini. Bukankah Anda mengharapkan itu?" bisik Ratu berusaha menekan Raja.

Ia memegang kendali atas Raja karena sesuatu. Dan hanya mereka berdua lah yang tahu.

avataravatar
Next chapter