7 Sosok Misterius 1

Putri Selaras tersenyum sinis sekaligus jijik merasa Putri di hadapannya bertingkah sok suci. Putri Selaras mendekat, lalu seolah sedang memeluk Putri Reswani padahal ia sedang mencoba meremukkan tulang sang Putri dengan dekapannya tersebut.

"Sudah merasa menjadi Reswani yang sesungguhnya? Retno? ingat jati dirimu. Kau hanya anak, yang tak diinginkan. Karena itulah... Raja hanya merawat Reswani dan membuangmu begitu saja" bisik Putri Selaras memperjelas betapa tidak baiknya hubungan Retno dan Raja.

Apa?! Jadi ternyata Ibu dan anak ini tahu siapa Retno? Aku pikir...Retno adalah rahasia yang hanya di ketahui Raja dan Retno. Batin Gisella tak mampu menyembunyikan keterkejutannya.

"Candrani. Ayo masuk. Jangan buang-buang waktu disini" tegas Gisella lalu memilih menjauhi anak dan Ibu dihadapannya.

"Dimana sopan santunmu? Ibu Ratu dan Putri Selaras datang untuk berkunjung. Apa kata Romomu jika tahu kau, memperlakukan kami seperti ini Res-wa-ni..." protes Ratu Galuh dengan suara melengking.

Gisell menghela nafas secepat kilat lalu berbalik menatap Iblis besar dan kecil dibelakangnya kali ini.

"Kepala hamba terasa sangat sakit Ibu Ratu, bagaimana jika acara minum teh kita tunda terlebih dahulu?" keluh Gisell setengah dari kebohongannya adalah kebenaran.

"Baiklah, bukankah seharusnya sosok Putri selembut itu? kalau kau lupa bagaimana bersikap, sebaiknya kau pelajari sekali lagi dari dasar" kekeh Ratu setelah itu pergi ke arah kediamannya.

Kediaman Putri Retno.

Pintu kediaman Putri Reswani ditutup lalu tiba-tiba Dayang Candrani bersimpuh di belakang Gisell. Gisella berbalik menatap bingung ke arah Dayang Candrani.

"Maafkan hamba Putri. Karena hamba, Putri menjadi sasaran kejahatan Ratu dan Putri Selaras" kata Candrani bersimpuh begitu rendah.

"Berdiri Candrani, untuk apa meminta maaf kalau kesalahan itu datangnya bukan darimu"

"Ta-pi Karena hamba lancang memotong pembicaraan antara..." sang Dayang tak jadi melanjutkan ucapannya. Karena Gisell menarik kedua tangannya agar segera berdiri.

"Seharusnya kau sudah terbiasa dengan sikap mereka terhadapku setiap hari bukan? lagi pula aku akan cari cara menghindari mereka saja"

"Putri, apa Anda merasa tidak bisa bernafas di lingkungan Istana?"

"Apa Maksudmu? Sesesak apa pun, tempat ini adalah tempat tinggalku bukan?" kekeh Gisell miris. Ya, belum sehari saja di tempat ini sudah membuat Gisell muak.

"Bukan. Ini bukan tempat tinggal Anda. Karena tempat tinggal seharusnya memberikan kehangatan bagi penghuninya"

"Percuma kita membahas masalah yang tidak akan ada solusinya" sahut Gisell malas.

"Hamba hanya tidak ingin Anda bernasib sama seperti Putri Reswani"

"Aku Reswani. Kenapa kau mengucapkan hal aneh begini?"

"Putri Retno, Anda hanya kehilangan ingatan. Suatu hari Anda akan mengingat segalanya. Sebelum itu terjadi," kata terakhir Candrani terputus. Wajahnya terlihat sedang ragu.

"Bisakah Anda melepaskan kemewahan di hidup Anda ini? Demi mendapatkan kehidupan bahagia meski, tanpa Raja di dalam hidup Anda kedepannya" tanya Candrani pasrah.

Mungkin dia akan mendapatkan kemurkaan dari Tuannya. Tapi jujur saja, Candrani hanya menghendaki kebaikan untuk Tuannya.

"Jujurlah Candrani. Kau tahu kehidupan Reswani dari awal sampai akhir?"

"Hamba hanya mengetahui dua hari terakhir dimana Putri Reswani menghilang tanpa jejak. Lalu Ratu Galuh yang merupakan Ibu angkat Putri Retno mengetahui Putri Reswani menghilang" Cadrani meremas kuat-kuat telapak tangannya.

"Aku mendengarkan. Jika kau jujur padaku, mungkin aku bisa mencari ide menghadapi Ratu Galuh dan Putrinya" Gisell berusaha menenangkan Candrani dengan menepuk bahu Dayangnya ini.

"Ketika Raja bersedih merasa kehilangan Putri satu-satunya, beliau baru sadar. Bahwa ada Putri lain, yang ia campakkan. Tapi Ratu Galuh memberi persyaratan ketika Raja ingin memboyong Putri Retno ke Istana. Raja harus menjadikannya Ratu Negeri ini. Baru Raja bisa memboyong Anda masuk Istana"

"Kenapa aku harus berpura-pura menjadi Reswani? Kenapa aku tidak bisa menjadi diriku sendiri?" Gisell mulai tidak sabar.

"Anda harus menggantikan Putri Reswani untuk dikorbankan kepada Penguasa hutan"

"jadi hanya itu nilaiku dimata Romo? katamu Romo sedih kehilangan Reswani. Tapi kenapa begitu aku masuk ke Istana ini, aku justru mau dikorbankan?"

"Anda terlalu polos Putri. Hamba sudah menyelidiki secara diam-diam. Putri Reswani tidak menghilang. Beliau hanya dipingit disuatu tempat sampai waktu persembahan manusia dimulai"

"ha ha ha" tawa Gisella frustasi.

"Aku si Anak tak diinginkan menggantikan saudariku untuk di korbankan? dimana hati nurani mereka" geram Gisell semakin merasa tidak berdaya.

"Putri. Mari kita tinggalkan tempat ini bersama. Lupakan kasih sayang Raja yang tidak akan pernah Anda dapatkan" ini terdengar seperti rengekan anak kecil.

"Kau pikir akan mudah keluar dari sini Candrani?"

"Bagaimana watak dan keseharian Reswani selama ditempat ini? kau punya informasi tentang itu?"

"Hamba tidak pernah mendengar orang-orang membicarakan Putri Reswani. Maafkan hamba"

"Informasi yang tadi sudah cukup membantuku Candrani. Berkat kau, aku tahu sekarang siapa musuhku dan siapa temanku" Gisella tidak bisa menyalahkan Candrani karena memang segala hal tentang kenyataan bawa Reswani dan Retno kembar adalah sebuah rahasia.

Meski Retno bukan dirinya, tapi tak dapat dipungkiri lagi bahwa disini tempat yang tidak aman. Salah langkah saja ia bisa terbunuh.

Batz.....

Sebuah anak panah melesat melalui jendela kamar Putri Reswani. Lalu menusuk bantal sang Putri. Dayang Candrani segera berlari kearah jendela tapi tak ada siapa pun diluar sana. Sementara Gisella mencabut anak panah lalu menemukan kertas yang di lipat rapi terselip di anak panah tersebut.

Ingin tahu semua hal tentang Putri Reswani? Temui aku. Datanglah ke danau setelah matahari terbenam. Jangan terlalu percaya pada Dayangmu. Pergilah tanpa Candrani. Begitulah tulisan yang tertera dalam kertas tersebut.

"Anda baik-baik saja? Apa itu teror lagi Putri? Biarkan hamba membuangkannya untuk Anda" nada panik terdengar jelas dalam suara Candrani kali ini.

"Teror? Apa aku sering mendapatkan teror?"

"Iya"

"Tenang saja. Ini adalah kiriman dari suruhanku Candrani. Sudah kukatakan bukan? aku harus mendapatkan cara untuk menghadapi Putri Selaras dan Ratu Galuh"

"Kalau begitu hamba bisa tenang sekarang. Apa yang sedang Anda rencanakan untuk mereka?"

"Belum saatnya. Aku masih menyusun strategi. Kau bisa membantuku?" sahut Gisella setenang air mengalir.

"Apa pun perintah Putri" tampak semangat membara dimata Candrani.

Aku tidak boleh gegabah. Setiap informasi memiliki resiko dipalsukan. Terlebih lagi semua orang di Istana sudah mengetahui bahwa Retno kehilangan ingatannya. Tentu saja, akan ada pihak yang ingin memanfaatkan kesempatan ini. Batin Gisella memandang lembut pada Candrani.

Ketika pertama kali aku membuka mata. Hanya Candrani yang tampak sangat dekat dengan Retno. Dia selalu setia mengekor padaku. Mana mungkin Candrani mengkhianatiku seperti kata surat ini.

Siapa orang ini? Suruhan Ratu? Atau Ayah Retno sendiri? tapi untuk apa mereka menyediakan jebakan kalau mereka, sudah menetapkan...hari persembahan berupa manusia? Jadi, orang ini berpihak pada siapa? memikirkan ini membuat kepala Gisella semakin pusing.

Tak ada pilihan lain selain merebahkan diri di atas tempat tidur. Candrani dengan tekun menuangkan air teh ke sebuah cawan. Disodorkan ke arah Gisell.

"Kau pasti lelah. Istirahatlah dulu"

"Tapi Putri, siapa yang menjaga Anda nanti? Baru saja ada yang leluasa membidikkan anak panah ke dalam kamar Putri. Bagaimana kalau saat hamba keluar terjadi sesuatu?"

"Bukankah sudah ditetapkan kapan aku akan dibawa ke hutan? Jadi pasti kediamanku akan terus dijaga ketat sampai waktu itu tiba"

"Mereka lalai Putri, buktinya mereka tidak tahu ada kejadian seperti ini di dalam Istana" keluh Candrani.

"Apa yang kau takutkan? Untuk apa aku dilenyapkan sebelum hari persembahan itu dimulai? itu kan yang sedang kau pikirkan?" tanya Gisella dijawab anggukan Candrani.

"Ada yang ingin hari itu tidak pernah terjadi. Untuk itu Putri harus berhati-hati" Candrani memperingatkan.

avataravatar
Next chapter