5 Raden Ayu Reswani

Gemerlap kerlap kerlip biru muda yang selalu mengelilingi Gisell akhirnya memudar dan hilang tanpa bekas. Sebelum benar-benar menghilang tadi, rasa kantuk yang teramat sangat, menggoda kelopak mata Gisell untuk segera terpejam.

Syuuuuuush

Semilir angin menggoyangkan bulu mata Gisell yang lentik. Perlahan Gisell membuka matanya.

Eh, lokasi Syutingnya berpindah? Kamar siapa ini? bantin Gisell melihat ke sekeliling. Tempat tidur yang lebarnya bisa menampung dua orang sekaligus, dengan tirai kelambu hijau zamrud.

Kapan aku dipindahkan kemari? batin Gisell, duduk di atas tempat tidur yang di dalamnya terdapat ribuan bulu Angsa. Disibakkannya kelambu sehijau zamrud hingga ia dapat melihat seluruh isi kamar kuno itu. Terdapat meja rias, berwarna coklat yang dihiasi sebuah cermin bening.

Ia berniat memperbaiki riasannya dan duduk di depan cermin. Entah kenapa jantungnya langsung berdegup cepat!! melihat sosoknya sendiri. Rambut hitam kelam sepanjang lutut menambah kecantikan Gisella.

Gisell mendengar seseorang dengan lembut memanggil orang yang berada di dalam kamar ini. Dia tidak mengerti karena orang tersebut menggunakan bahasa Jawa yang asing ditelinga Gisella. Tapi, di depan cermin muncul tulisan aneh.

Alih bahasa:

Indonesia

Iya. tidak.

Tentunya Gisell mengerutkan kening mendapati tulisan misterius yang ada di depan matanya. Ia langsung menekan iya.

"Tuan Putri, Tuan Putri Reswani, apakah Anda sudah bangun?"

Suara hening sejenak. Nampaknya orang dibalik pintu sedang menunggu jawabannya.

Reswani? Bukankah ini nama pemeran utama dari "Aku Ingin Bertemu?" Apa Sutradara Firsya yang mengatur ini semua? Agar segalanya nampak nyata? pikir Gisella penasaran.

Muncul tulisan lain di cermin itu. Ia membaca dengan cermat.

Aku adalah Kau. Kau adalah Aku. Yang membedakannya hanya alam yang kita tinggali. Di sini Alamku, dan di sana alammu. Kau harus mengingat masa ini karena ditempat ini tertinggal hati kita berdua. Jika kau mengingat, kita bisa bersama dengannya lagi.

"Bersama dengannya? Siapa?" Gisella mencoba berkomunikasi dengan hantu cermin yang mengaku sebagai dirinya. Tapi cermin tersebut hanya diam tanpa kata.

"Masuklah," Gisell menengok kebelakang memberitahu siapa pun yang berada di balik pintu bisa masuk ke dalam.

"Putri, syukurlah Anda sudah siuman. Sebentar lagi Mantri akan datang memeriksa kesehatan Anda. Sebelum itu, air hangat beraroma melati sudah hamba siapkan" kata seorang dayang, yang wajahnya mengejutkan Gisell.

Gisell berdiri, dan menghampiri sang dayang. Ia mencari tahu, apakah dayang tersebut orang yang ia kenal? tapi Tatapannya justru membuat si dayang lebih membungkuk kepadanya, bahkan Gisell dapat melihat tubuh dayang gemetaran ketakutan.

"Kau ingat siapa namaku?" kini Gisell menegakkan tubuh gadis dihadapannya agar dapat melihat wajahnya dengan jelas.

"Pu...Putri Reswani"

"Namamu yang sebenarnya Monica," bisik Gisell kesal pada pemeran pembantu "Aku Ingin Bertemu" di depannya.

"Monica? Tapi...siapa itu Monica?" jawab dayang tersebut hati-hati.

"Kau Monica, jangan bercanda Ayolah...,"

"Ha... hamba Candrani Tuan Putri, apa Anda kehilangan ingatan karena kemarin sempat jatuh dari atas Kuda?" sahut Candrani menunjukkan kecemasan yang tidak dibuat-buat.

Jadi ini sungguhan? aku terlempar ke dunia lain?! pekik Gisell panik.

"Sebaiknya Anda istirahat dulu. Hamba akan memanggil Mantri. Permisi..."

"Tunggu sebentar!!"

"Ya,"

"Mantri?"

"Ahli pengobatan, Putri,"

"A, Pergilah" kini Gisell mulai paham bahwa dimasa itu Dokter disebut Mantri. Ketika Gisella ditinggalkan sendirian, matanya tertuju pada sebuah rak persegi yang berada di meja rias.

Mungkin ia harus membukanya maka Gisell dengan jarik yang sempit dibagian bawah mata kakinya itu, melangkah terburu-buru menuju rak. Setelah ia membuka rak tersebut, sebuah buku tersimpan di dalam rak. Gisell mengambil buku lumayan tebal itu, dan mengamati sampul bagian depan dan belakang.

"Inikan buku yang ada di rental buku tua itu kan?! Tapi...ini jauh lebih tebal" gumam Gisell mencoba membuka halaman pertama.

"Jadi...naskah drama "Aku Ingin Bertemu" adalah bagian dari buku harian? Milik...Putri Reswani" Gisell baru menyadari setelah membaca dengan cermat.

Tanpa diduga seluruh ingatan Putri Reswani yang ada di dalam buku harian tersebut berpindah ke dalam ingatan Gisell.

"Tuan Putri, Hamba sudah membawa Mantri" Dayang Candrani memberi tahu dibalik pintu.

Saat sang Dayang berbicara, buku harian di genggaman tangan Gisell berubah menjadi butiran Abu yang mengotori tangan kanannya.

"Tuan Putri, keluhan apa yang Anda rasakan?" tanya Mantri tenang.

Sosok dan sikapnya ini meninggalkan jejak aura penuh wibawa.

Gisell termenung sejenak. Merenungkan nasib tragis yang dialami sang Putri diakhir hidupnya. Seharusnya Putri Reswani telah mati ketika ia terjatuh dari kuda. Mungkin, sang Putri menariknya kemari untuk menyelesaikan urusannya yang belum selesai di alam ini.

"Aku hanya ingin tahu. Apakah ada cidera parah di kepalaku? Aku merasa sedikit pusing" kali ini Gisell tidak beracting. Rasa sakit yang semakin berdenyut dikepalanya memang terlalu mengganggu.

"Hamba rasa, Anda harus lebih banyak beristirahat. Jangan terlalu memikirkan hal yang berat, Apa lagi melakukan aktifitas yang berat. Untuk rasa pusing Anda, saya sudah meracikkan obat herbal. silahkan diminum,"

Mantri berwibawa itu menyodorkan sebuah mangkuk yang terbuat dari tanah liat kepada Putri Reswani. Ketenangan yang nampak dari luar menyamarkan keterkejutannya.

Bagaimana tidak? tubuh manusia yang tadinya tak bernyawa itu, kini duduk dihadapannya sedang meminum ramuan herbal yang diracik dirinya sendiri.

"Terima kasih. Siapa namamu Mantri?"

"Dasa Prana. Putri tidak mengingat nama hamba?" ada segurat kecemasan nampak jelas di wajah sang Mantri.

"Iya. Banyak hal baru dan orang-orang tak kukenal bermunculan saat aku bangun. Kecemasanmu ini membuatku berpikir ada masalah pada otakku Bukan?"

"Tuan Putri, bolehkah hamba memeriksa sekali lagi luka di kepala Anda?" Mantri tak mau membuat Putri semakin cemas. Sehingga ia berusaha keras mengutarakan keinginannya dengan sehati-hati mungkin.

"Lakukanlah" Gisell tersenyum manis. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa dirinya adalah jiwa yang datang dari alam lain.

Bisa-bisa ia dikira orang gila setelah jatuh dari kuda. Satu-satunya kejadian masuk akal hanya...amnesia setelah kepala terbentur. Apa lagi Putri Reswani sempat dinyatakan meninggal Bukan?

"Jahitan di kepala Tuan Putri sudah agak mengering. Ini kabar baiknya" kata Dasa Prana sambil menutup kembali kepala Gisell dengan kain putih yang fungsinya sama sebagai perban.

"Kabar buruknya?"

"Karena cedera parah dibagian kepala, sebagian ingatan Anda akan menghilang" jawab Dasa Prana menunduk sedih.

"Dengan ilmu pengobatanmu, apa ingatanku yang hilang akan kembali lagi?"

"Hamba akan berusaha keras Tuan Putri. Hal paling penting adalah, Anda sekarang dapat bangun dan berkomunikasi dengan hamba. Jarang ada Pasien hamba, yang dapat langsung bangun dan berkomunikasi dengan orang disekitarnya secepat Anda setelah sempat koma, dan meninggal."

"Hamba bahkan menganggap ini sebuah keajaiban. Anda diberi kesempatan kedua untuk hidup" tambah Dasa Prana.

Aduh, mana aku tahu episode berikutnya!! aku tidak pernah menyangka Reswani ini akan memiliki akhir hidup yang menyedihkan begini. Batin Gisella merasa sedang mengacaukan jalan cerita.

Kalau dia tahu di alam ini dia akan terbangun sebagai Reswani yang mati suri dan hidup kembali, seharusnya ia berakting tak bisa berjalan untuk beberapa minggu.

"Yang Mulia Raja Datang!!" seru penjaga keamanan di depan pintu kediaman sang Putri.

Apa?! Bukankah di episode pertama Raja tidak peduli pada Putri Reswani? Ada apa Ayah jahat itu muncul di kediaman Putri Reswani?! pikir Gisella linglung. Adakah informasi di episode pertama yang tidak ia ketahui?!

avataravatar
Next chapter