10 Pertemuan Di Danau Buatan

Deg

Deg

Deg

Apa keputusannya malam ini tepat? haruskah ia menemui Pria misterius yang telah lancang berkunjung di kediamannya siang tadi?

Dari pada aku tak bisa tidur karena penasaran lebih baik aku temui saja dia. Setidaknya aku bisa mengorek informasi tentangnya. Aku harus tahu siapa saja yang berada dipihakku. Batin Gisella sambil mengawasi keadaan dibalik jendela kamarnya.

Aman!! entah kenapa hawa malam ini terasa begitu ganjil. Tapi Gisella mencoba mengenyahkan rasa takutnya demi rasa penasaran yang meluap-luap. Melompati jendela dengan jarik yang sempit diujung bagian bawahnya, menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Gisell.

Ia berdoa semoga saja langkah mungilnya ini tak tertangkap basah oleh para Pengawal Istana.

Sepi sekali, seolah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kemana para penghuni lainnya? batin Gisell mulai gelisah. Akhirnya Gisella sampai ke tepian danau buatan.

"Kalau kau tidak muncul dalam hitungan ke tiga aku akan kembali ke kediamanku" Gisella bicara sendiri seperti orang gila.

"Satu, Dua...."

"Terima kasih mau memenuhi undanganku Retno"

"Cepat katakan apa yang ingin kau katakan. Agar aku bisa cepat kembali ke kediamanku. Sebelum Romo menyadari aku telah menghilang"

"Padahal sudah lama tidak bertemu. Kau malah ingin cepat-cepat kembali ke penjara mewah itu?" Pria misteris jelas kecewa.

"Kau sungguh membuang waktuku" potong Gisell, berbalik arah.

"Tidak akan ada yang menyadari kau disini. Semua orang sudah tertidur lelap" Pria misterius menarik pergelangan tangan Gisell ke arahnya.

Deg

Deg

Deg

Oh tidak...kenapa jaraknya sedekat ini?! batin Gisell mencoba mengatur ritme jantungnya agar berdetak normal. Tapi dia gagal melakukannya. Berhubung Pria di depannya terlalu tampan.

"Aku tak perduli siapa kau di kehidupanmu di alam lain. Yang aku mau kau, kembali bersamaku disini"

"Tidak masuk akal. Kembalikan aku ke alamku sekarang. Siapa kau berani memaksaku tinggal disini?!"

"Abiseka Maheswara. Kita terpisah karena kejahatan orang disekitarmu. Jangan terlalu lama di Istana ini. Ikutlah bersamaku" ajak Pria misterius yang kini namanya pun sanggup menggetarkan jiwa Gisella.

"Kenapa kau bersi keras membawaku pergi? Romo sudah menetapkan waktu dimana aku akan segera dilemparkan padamu bukan? kenapa terburu-buru?" Gisell melepaskan diri dari genggaman tangan Abiseka di kedua pergelangan tangannya.

"Aku tahu itu. Tapi sebelum waktunya tiba, orang-orang yang ingin melenyapkan nyawamu juga ingin menggagalkan rencanaku dan Romomu"

"Senopati Mahasura Adiwilaga. Kenapa hanya dia yang muncul diingatanku? Jika kau sedekat itu denganku, kenapa aku tidak mengingat namamu sedikit pun? yang melayang di kepalaku hanya namanya saja"

Benar juga. Kenangan bersamaku tidak banyak. Bagaimana dia bisa mengingatku? kalau kami jarang berjumpa dulu batin Abiseka mengepalkan tangan kirinya kuat-kuat.

"Kalau begitu kita tinggal membuat kenangan indah sekarang bukan? Ret-no"

Seharusnya aku bisa menggali jauh lebih banyak lagi informasi darinya. Tapi kenapa rasanya tubuhku lemas sekali batin Gisella merasakan tubuhnya seringan kapas.

"Jangan temui aku lagi sebelum harinya tiba Abiseka. Kalau tidak, aku akan membencimu" tegas Retno berbalik badan, lalu berjalan kembali ke kediamannya.

Retno? Gadis yang ku ambil identitasnya masih hidup?! kenapa dia mengatakan hal itu pada Abiseka? batin Gisella bingung sekaligus kesal. Kenapa tiba-tiba Retno muncul dan menguasai tubuhnya?!

Sementara Pria yang ditinggalkan sendirian di danau buatan hanya diam membeku.

"Jangan salahkan beliau. Putri Retno tidak mengenal identitas Anda sebagi Abiseka. Bagaimana rasanya cemburu pada diri sendiri? Raja Abiseka Maheswara," goda seseorang dibelakang Abiseka yang ternyata adalah Mantri Dasa Prana.

"Sangat menyiksa. Sungguh tak kusangka. Hatiku benar-banar terpaut padanya sekarang"

"Kalau dengan identitas asli Anda tidak mampu mendekat, bukankah Anda bisa mendekat dengan identitas lain?" kekeh Mantri Dasa Prana menggelengkan kepala melihat otak junjungannya tumpul di hadapan cinta.

"Kenapa keras kepala sekali. Aku hanya ingin menyelamatkan nyawanya dari para bedebah itu. Sebenarnya apa yang membuatnya ingin bertahan?"

"Bagaimana jika karena disini ada seseorang yang beliau cintai? Senopati Mahasura Adiwilaga, mungkin, " goda Dasa Prana membuat Abiseka mengguyurkan air danau yang dingin ke seluruh tubuh Dasa Prana menggunakan kekuatannya.

Kalau aku bisa memukuli orang itu pasti akan ku lakukan. Masalahnya mana mungkin aku memukuli diriku sendiri!! batin Abiseka geram. Karena kesal pada diri sendiri, maka korban serangannya justru Dasa Prana.

Untung saja Abiseka bisa menyelundupkan Dasa Prana ke dalam Istana ini. Karena sesungguhnya Dasa Prana merupakan Senopati di Kerajaan miliknya. Nama asli Dasa Prana adalah Satya Rajendra Pradipta. Senopati yang juga pandai dalam ilmu pengobatan.

Dengan kata lain, Mantri Dasa Prana bisa menjadi penjaga sekaligus pedang untuk pujaan hatinya.

"Yang Mulia suhunya dingin. Kenapa Anda tega" rengek Satya sambil mengeringkan diri dengan kekuatannya. Sementara Abiseka meninggalkannya dengan wajah yang gusar.

Kediaman Putri Retno.

Di kediaman Putri Retno, terlihat Putri Retno duduk di depan cermin. Sepertinya sang Putri ingin berkomunikasi dengan Gisella.

"Berhati-hatilah dengan Abiseka. Dia Pria asing yang tiba-tiba saja muncul dihadapanku. Dia orang yang paling pantas dicurigai" kata Retno menyimpan pesan ini di alam bawah sadar Gisella.

==================================

Suara burung-burung bersahutan menandakan pagi telah tiba. Kediaman Putri Reswani mendadak menjadi ramai karena kedatangan salah satu Pengawal yang membawa surat perintah dari Raja.

Kenapa harus ada surat jika mereka tinggal di atas tanah yang sama? batin Gisell muak.

Gadis ini hanya mampu menghormat ketika sang Pengawal mulai bersiap membaca surat perintah Raja.

"Dengan surat ini, aku Raja Upasama Wacika melarang Putri Retno keluar dari kediamannya, selama satu hari penuh. Demi mempercepat kesembuhan Putri Retno" sang Pengawal Istana mengucapkan dengan lantang lalu menghormat pada Tuan Putrinya untuk berpamitan.

Apa yang dipikirkan Raja? Ini hari dimana Senopati Mahasura Adiwilaga akan sarapan bersama keluarga Kerajaan. Batin Mantri Dasa Prana mulai merasakan sebuah keganjilan.

Raja tidak mungkin memikirkan kebaikanku sebagai Retno. Jadi apa yang direncanakannya setelah berhasil mengurungku? batin Gisella.

"Putri"

"Ya," Gisell tak jadi memasukkan satu suap dendeng Age, ke dalam mulutnya.

Dendeng Age, terbuat dari daging sapi yang di keringkan dan disangrai bersama parutan kelapa yang telah dibumbui rempah.

"Makanan itu sudah diracuni. Sebaiknya Anda jangan memakan itu" terpaksa sang Mantri harus berbohong.

"Hamba akan menggantinya dengan menu lainnya. Hamba akan segera kembali" pamit Mantri Dasa Prana lalu pergi begitu saja.

"Dia belum menelitinya sendiri, kenapa bisa tahu ini beracun atau tidak" gumam Gisella sambil mencium bau dari dendeng Age yang sangat menggugah selera itu.

Taman Kerajaan.

Di luar kediaman Putri Retno, Mantri Dasa Prana menjauhkan diri dari para Pengawal. Menuju taman Kerajaan. Ia mengeluarkan sebuah peluit, lalu meniupnya sebanyak dua kali. Dua detik kemudian ada suara peluit lain terdengar. Dasa Prana tersenyum puas lalu berlari, kembali ke kediaman Putri Retno.

Kediaman Putri Retno.

"Dasa Prana, mana makanananku?" Gisella menatapnya penuh tanda tanya ke arah sang Mantri.

"A-apa yang terjadi?!" pekik Gisella panik melihat seorang gadis di sandera masuk ke dalam kediamannya.

"Beliau Putri Reswani" jawab Dasa Prana tenang.

"Untuk apa mereka membawanya kemari?"

"Putri Reswani akan menggantikan Anda sarapan disini. Mari ikuti hamba Putri Retno" sahut Dasa Prana tanpa ragu sedikit pun.

Mau tak mau Gisella mengikuti sang Mantri meski ia dipelototi mata tajam Putri Reswani. Mereka berjalan sepanjang koridor Istana.

"Putri, mohon berjalan lurus saja dan masuk ke dalam. Ada seseorang yang sedang merindukan Anda di dalam sana. Permisi" kata Dasa Prana tegas, lalu pergi meninggalkan Gisell sendirian.

avataravatar
Next chapter