3 Keanehan Padaku Terjadi Lagi!!

Seusai menandatangani surat kontrak, Gisella menatap datar ke arah Produser. Entah kenapa sang Produser merasa terintimidasi dengan tatapan Gisell kali ini. Gadis itu berbicara dengannya selama dua jam. Membahas seluruh isi dari skenario "Aku Ingin Bertemu".

"Apa dengan bukti konkrit ini Anda sudah mulai mempercayai kata-kata Saya? Tuan Firsya?"

"Tidak ada alasan lagi untuk meragukanmu. Baiklah, mulai hari ini kau bekerja denganku"

"Pastikan syuting episode pertama, Anda, mengundang Saya. Karena saya tidak mau "Aku Ingin Bertemu" diperankan oleh sembarangan orang" mendadak Gisell menjadi dingin sekaligus angkuh dihadapan Produser Firsya.

"Bukankah kau terlalu percaya diri Nona? kalau ku mau, bisa saja aku membatalkan kontrak kita dan menggantikanmu dengan yang lain"

"Keputusan tanpa menggunakan otak pun, bisa membuat Anda jatuh dan tak menghasilkan Apa pun dan berakhir menjadi pengangguran."

"Kau mengancamku!! Gadis tengik!!" umpatan Produser Firsya terdengar sampai keluar.

"Bukankah Anda sudah cukup lama mencari naskah yang sesuai dengan standar Anda? Karena itulah begitu melihat karya saya, Anda langsung menghubungi saya. Saat Anda, memutuskan untuk menolak karya saya, bukankah harus...ada naskah lain...di tangan Anda?" ledek Gisell terlalu santai.

"Baiklah, pikirkan baik-baik permintaan saya. Sambil berpikir mungkin Anda akan mencoba mencari karya lain yang bisa menggantikan saya. Boleh saya sarankan satu hal? Jangan membuang-buang waktu untuk hal...yang hanya akan membuang waktu berharga Anda. Toh pilihan terakhir Anda akan selalu berakhir kepada saya"

"Permisi..." Gisella mengakhiri celotehannya sambil keluar dari ruang kerja Produser Firsya.

Beban berat di tubuh Gisell akhirnya menghilang begitu pintu ditutup. Ia melihat sekeliling dengan tatapan linglung. Gisell mulai ketakutan!! ia berlari ke parkiran dan mengemudikan motor kesayangannya sejauh mungkin dari gedung agensi film.

Gisell kini sudah sampai di daerah tempat tinggalnya. Tiba-tiba ia merem mendadak motornya dan menoleh ke arah tempat rental buku tua seharusnya berada.

"Kenapa bangunan itu tidak ada? Jelas-jelas aku kemarin berhenti disini" gumam Gisell kebingungan.

"Kenapa keanehan padaku terjadi lagi?!" pekik Gisell lalu memacu motornya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah Gisell mengunci pintu kamarnya. Gisella mencari buku antik di meja belajar tapi ia tak melihat buku itu di meja belajarnya. Yang ia temukan hanyalah serpihan abu di atas meja.

"Ck siapa yang sengaja mengotori meja belajarku?" lagi-lagi Gisell bergumam.

Ia kini sibuk membersihkan abu buku tua dengan sangat hati-hati.

"Ya Tuhan..., kenapa tadi aku berbicara sembarangan pada Produser Firsya. Perjuangan menunggu kontrak sangat lama. Sekarang begitu sudah didepan mata malah aku menyia-nyiakan kesempatan dengan mengucapkan kata tak berarti" suara Gisell lebih mirip rengekan anak sembilan tahun.

"Baiklah, sudah terlanjur. Mau bagaimana lagi. Aneh, aku tidak berpikiran untuk menghinanya bisa-bisanya bibirku mengeluarkan serangan seperti tadi?!"

"Aku harus mulai belajar melupakan impianku rupanya. Selamat tinggal..." gumam Gisell, sambil mengutak Atik laptopnya.

Ia mencari file asli karyanya tapi matanya malah melihat file yang asing baginya. Nama file itu bertuliskan "Aku Ingin Bertemu".

"Apa?! kenapa tiba-tiba fileku juga berubah menjadi seperti ini?! Seolah benar aku yang membuatnya. Siapa pelakunya? Apa orang di dalam rumah ini?" Gisell langsung keluar kamar mengumpulkan keluarganya diruang keluarga.

"Hari ini ada kejadian yang aneh. Seseorang menulis sebuah karya di dalam laptopku tanpa sepengetahuanku. Bahkan orang itu menukar naskahku dengan naskahnya. Siapa yang melakukan itu?" Gisell menatap satu persatu anggota keluarganya. Mereka diam terbengong-bengong mendapatkan berita mengejutkan itu.

"Jelas bukan Adikmu. Dia sedang membantu Ibu di dapur bahkan sebelum kau bangun" bela Ibu Gisell.

"Wow, Ayah sedang berkebun di halaman rumah belakang. Sejak kau pergi. Satu-satunya orang yang masuk ke kamarmu hanya Ibumu" jawab Ayah Gisell tegas.

"Kenapa hari ini kacau sekali" gumam Gisell mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Apa yang dikatakan Produser itu sampai kau bereaksi seperti ini?" sang Ibu mulai waspada.

"Masalahnya bukan Produser Firsya bu, tapi justru naskah yang aku kirim kepadanya. Dia tahu itu bukan karyaku. Dia berusaha membuatku jujur"

"Dan?"

"Entah karena pikiranku sedang buntu atau terpojok. Aku... mengakui karya tersebut adalah karyaku. Karena dia terus meremehkan kemampuanku, akhirnya aku malah menantangnya. Aku bilang hal mengerikan kepadanya. Dan memberinya waktu untuk menggantikanku dengan penulis lain"

"Bagaimana kalau penulis aslinya muncul saat kontrakmu sudah berjalan? Kurasa ini keputusanmu yang terbaik. Kalau ada yang bisa menggantikanmu artinya kau akan selamat dari tuntutan hukum seseorang" kata sang Ayah cemas.

"Benarkah?"

"Kau bisa berusaha lagi dilain waktu" tambah Ibu menepuk bahu Putrinya.

"Tidak...aku selalu bermimpi bergabung dengan Agensi Film yang dinaungi Sutradara Firsya. Karena Agensi Filmnya itu selalu menghasilkan film-film terbaik yang disukai banyak orang. Tapi... karena kelakuanku tadi pasti beliau tidak akan sudi menerima naskah dariku lagi" kata Gisell menunduk penuh penyesalan.

"Aku ingin istirahat" katanya lagi sambil berlari ke dalam kamar.

Mengunci diri dan benar-banar ingin memusnahkan naskah asing yang membuatnya dalam masalah.

"Beraninya membuatku dalam masalah" kesal Gisell menekan tombol hapus di layar laptopnya.

Klik

Klik

Klik klik

Klik klik

Berulang kali ia ingin menghapus, tapi tidak ada hasilnya. Seolah tak diizinkan untuk menghapus.

Jegrek jegrek

Eh... bunyi printer yang aktif dengan sendirinya!! Gisell ingin menghapus tapi printernya malah tiba-tiba menyala dan mulai mencetak lima lembar kertas.

"Hahaha... apa aku mulai gila?" Gisell panik!! bulu kuduknya meremang seolah ada yang sedang mengawasinya.

Bruk!!

Gisell pingsan seketika. Entah berapa lama ia terbaring dilantai kamarnya yang dingin. Matanya mulai mengerjap ia duduk perlahan, sambil menggosok lengan tangannya yang sempat terbentur keras saat ia pingsan tadi.

Matanya tertuju ke arah printer. Dengan hati-hati ia mengambil kertas tersebut dan mulai membaca isinya sampai habis. Hari ini sangat melelahkan. Ia tertidur ketika jam menunjukkan pukul dua belas malam.

Pagi kelabu menurut Gisell pun tiba. Ia sarapan tanpa ada semangat hidup dalam dirinya. Ini membuat Ayah dan Ibunya khawatir.

Drrrrrrrt

Drrrrrrrrt

Ponsel disaku celana Gisell bergetar. Ia dengan malas memeriksa siapa yang menelponnya jam segini.

"Apa kau lupa kontrak kita dimulai hari ini?!" suara Produser Firsya terdengar jelas.

"Kontrak? Naskah saya benar-banar diterima?!" pekik Gisell girang.

"Omong kosong macam apa ini? Kau sudah tahu ancamanmu kemarin akan berhasil. Untuk apa kau mempertanyakan hal itu lagi?

Audisi pemeran "Aku Ingin Bertemu" akan dimulai tiga minggu lagi. Bersiaplah" jawab Produser Firsya memberi tahu jadwal audisi akan segera dimulai.

"Baik" jawab Gisell kali ini wajahnya mulai cerah kembali setelah ia menyudahi pembicaraan dengan Produser Firsya.

"Siapa yang menghubungimu?" tanya sang Ibu penasaran. Satu panggilan saja membuat Putrinya kembali bersemangat. Bagaimana tidak penasaran?

"Kejutan!! Produser Firsya tidak menggantikanku dengan penulis lainnya!! Ini kesempatanku Ibu!!" teriak Gisell menari-nari bahagia.

"Kau lupa pembicaraan kita kemarin? soal siapa pemilik naskah itu? Apa kau sudah tahu siapa orangnya? sudah minta ijin? bagaimana pun kau perlu ijin darinya" kata sang Ayah tegas. Dahinya berkerut.

"File aslinya ada di laptop ku Ayah, artinya pemiliknya sudah menyerahkan hak ciptanya padaku. Terlepas siapa orangnya karena jujur, Gisell sampai sekarang tidak tahu"

"Hal terbaiknya, bukan Gisell yang meletakkan nama Gisell ke sampul depan naskah itu. Tapi justru pemilik sahnya yang sengaja menuliskannya"

"Itu terdengar janggal" gumam sang Ayah.

"Kami takut ini jebakan nak," Ibu Gisell memperingatkan.

"Aku punya firasat itu tidak akan terjadi" tegas Gisell dengan mengulas senyuman manis.

avataravatar
Next chapter