17 Kalau kita sepakat tidak akan saling bertemu maka itu pasti akan terjadi

"Apa lagi kesalahan saya kali ini hmm?" Abiseka mengerutkan kening.

"Kau ingin membuat aku menggemuk bukan? Agar Adi mencampakkanku segera setelah melihat bentuk tubuhku setelah keluar dari tempat ini nantinya?" tudingan tak berdasar Gisell sungguh membuat Abiseka sakit kepala.

"Jika dia benar-benar mencintai Anda, kenapa Anda harus takut dengan mempermasalahkan soal perubahan bentuk badan? terlalu kurus juga akan sangat menyakitkan untuk orang, yang terpaksa harus menopang tubuh Anda. Seperti tadi contohnya"

Nada tak berperasaan seperti ini bisa juga keluar dari bibir seorang Abiseka.

"anak rimba memang tidak memiliki sopan santun. Aku tidak akan memperkarakannya sekarang. Asal, kau bisa membawaku keluar dari sini dan mengantarku pulang" Gisella sadar hidup dan matinya kini berada di tangan anak rimba di sampingnya.

Jadi, sebaiknya sekarang dia bertingkah layaknya gadis manis saja di depannya.

"Anda tidak mungkin keluar hari ini"

"Kenapa? Yang Mulia pasti mencariku tidak lama lagi"

"Bukan kah pelakunya belum tertangkap? Kalau Anda pulang sekarang, saya khawatir Anda akan terus merepotkan saya" Abiseka menyilangkan kedua tangannya ke atas perut sambil bersandar di dinding gua dengan santai.

"Aku tidak akan mau menemuimu lagi setelah ini. Jadi jangan khawatirkan akan ada pertemuan yang kedua, ketiga, dan seterusnya oke," Gisella menyilangkan kedua tangan di depan wajahnya.

"Kalau sekarang Anda pulang pasti akan ada yang kedua, ketiga, bahkan keseribu kalinya" jawab Abiseka malas. Kali ini dia memejamkan kedua matanya.

"Kenapa bisa begitu? kalau kita sepakat tidak akan saling bertemu maka itu pasti akan terjadi" Gisell mendekat lalu menusuk lengan Abiseka dengan satu jarinya berulang kali.

Merasa usahanya untuk berpura-pura tidak peduli hampir di gagalkan oleh Putri Retno, mau tidak mau dia harus merespon kalau tidak, sang Putri akan terus mengomel sampai malam.

"Satu. Penculiknya belum tertangkap. Kalau mereka sampai tahu dimana Anda berada, mereka akan selalu mencari segala cara untuk menangkap Anda lagi"

"Dua. Setiap Anda merasakan adanya bahaya secara otomatis gelangnya akan memindahkan Anda ketempat saya berada"

"Jadi, kalau penjahat itu terus mencoba menyakiti Anda, jelas saya akan sangat sibuk karena Anda. Untuk apa saya mengurus gadis yang mencintai Pria lain?" penjelasan Abiseka beruntun hingga membuat Gisell tak mampu berkata-kata.

"Siapa juga yang meminta kau selalu melindungiku. Kau sendiri, yang memasang gelang ini ke pergelangan tanganku. Kenapa pertemuan kita disini jadi seolah karena salahku" gumam Gisell bersungut-sungut.

"Jadi sekarang saya boleh istirahat?"

"Tu-tunggu! Aku belum mandi sekali pun. Kau bisa... membuat perangkap di sana menghilang? tunjukkan juga dimana sungainya berada" Gisell baru ingat poin terpentingnya.

"Perangkap hanya aktif jika bukan Anda atau saya yang akan memasuki gua. Keluarlah, biarkan saya istirahat"

"Tapi tunjukkan dimana lokasi sungainya berada" Gisell takut berjalan sendirian.

Kalau aku selalu membuntutinya setiap saat, dia hanya akan merasa aku ingin mengawasinya agar tidak mencoba untuk kabur. Prasangka buruk Retno terhadapku akhir-akhir ini semakin besar. Batin Abiseka sambil menatap sekilas gadis itu.

Abiseka merogoh sesuatu di saku celananya lalu mengambil sebuah peluit yang terbuat dari rumput. Ia mulai meniupnya beberapa kali tapi Gisella tidak mendengarkan suara apa pun dari peluit yang ditiup Abiseka.

Ada suara empat ekor kera berdiri, suara keempatnya sungguh berisik. Rupanya mereka datang karena suara peluit itu.

Melihat kedatangan empat ekor kera, Abiseka mengibaskan tangan kirinya ke udara. Kera-kera itu masuk, setelah pelindung bibir gua menghilang.

"Pejantan pergilah" tegas Abiseka memerintah. Maka dua kera keluar sementara dua kera lainnya menetap menunggu perintah.

"Kau... bisa bicara dengan mereka?!"

"Kenapa? Anda yang menyebut saya anak rimba. Apa ini sangat mengejutkan Anda?" sinis Abiseka.

Pria itu menjentikkan jari dan di dalam genggamannya kini ada dua buah pil yang disodorkan pada dua ekor kera tersebut.

Dengan patuh keduanya mengambil pil pemberian Abiseka lalu memakan obatnya tanpa ragu.

Mata Gisella membulat terkejut karena sekarang yang dilihatnya bukan dua ekor kera lagi tapi dua orang wanita yang menggunakan pakaian Pelayan Istana.

"Kalian, temani gadis ini mandi disungai. Jika setelah mandi dia ingin keluar dari tempat ini dan mati di rumahnya sendiri, carikan jalan untuknya pulang. Tapi kalau dia masih sayang pada nyawanya, antar dia kembali ketempat ini" perintah Abiseka sudah ditetapkan.

"Baik, Tuan" sambut mereka memberi hormat.

"Abiseka" panggil Gisell saat kakinya telah mencapai bibir gua.

Pria bersurai perak, dengan paras menawan itu menatap si pemilik suara.

"Terima kasih" Gisella tulus mengucapkan terima kasih.

Gisella melangkah keluar dari gua bersama dua pelayan pemberian Abiseka menuju ke arah sungai.

Kupikir dia akan dengan keras kepalanya menahanku ditempat seram ini. Tapi, ternyata dia hanya memikirkan tentang keselamatan ku saja. batin Gisell menyusuri jalanan terjal tak lama kemudian telinganya mendengar aliran air sungai tak jauh dari tempatnya berdiri.

Gadis itu merendam tubuhnya di air sungai sambil memikirkan keadaan Istana saat ini. Bagaimana reaksi Adi ketika mendapatkan berita tentangnya yang telah menghilang?

Lalu, pasti Putri Selaras dan Ibu tirinya pasti sangat bahagia ketika mendengarkan berita ini! wajah Gisella mendadak jadi suram memikirkan dua wanita jahat itu.

Jelas yang diuntungkan ketika Retno menghilang adalah dua manusia jahat itu. Mungkinkah otak penculikannya adalah salah satu dari kedua orang ini?!

Gisell langsung keluar dari dalam sungai membiarkan dua Pelayan membantunya berganti busana. Kali ini, Giell menyadari satu hal. Nyawanya akan selalu dalam bahaya jika dia tidak memiliki kekuatan. Sekarang, ia mulai membangkitkan tekad untuk memiliki kekuatan tersebut.

Aula Kerajaan Wijaya

Kekacauan di Istana tercipta begitu ayam mulai berkokok. Dayang Putri Retno berteriak menyadari Putrinya menghilang tanpa jejak.

Raja memanggil Dayang Candrani. Ia ingin menyelidiki sendiri siapa yang ada di balik penculikan Putrinya Retno. Mendadak ia merasa bersalah pada Retno. Seandainya dia jujur kepada seluruh rakyatnya bahwa Putrinya kembar, maka sekarang pencarian Retno akan jauh lebih mudah.

Diam-diam dia mencurigai Ratu Galuh. Sebab pihak yang selalu ingin menyingkirkan Retno hanyalah Galuh dan Reswani.

"Mulai sekarang, Ratu Galuh, Putri Selaras, dan Putri Reswani tidak diijinkan keluar dari kediamannya" titah Raja.

"Apa Romo berniat mengurung kami semua?" protes Putri Reswani.

Baru hari ini Putri Reswani berani berkeliaran di Istana secara terang-terangan. Berhubung orang yang menggantikannya menghilang tanpa kabar.

Jadi, ada kesempatan bagus seperti ini kenapa dia tetap harus bersembunyi?

"Apa kau tidak khawatir barang sedikit pun tentang nasip saudari kandungmu?!" bentak Raja muram.

"Lalu? apa hamba harus tetap bersembunyi seperti seekor tikus selamanya? Romo, Reswani memang sedih tapi bukankah ini tidak adil untuk hamba jika terus bersembunyi?"

"hamba ingin hidup bebas Romo, jika tidak ada rencana pernikahan antara Romo dengan penguasa hutan terlarang, hamba tidak perlu sembunyi! Retno tidak akan pernah ada di sini dan menciptakan banyak masalah" kali ini Putri Reswani meluapkan emosinya.

sungai hutan terlarang.

Abiseka tersenyum sinis melihat peristiwa di Aula Kerajaan Wijaya melalui aliran air jernih, sungai.

"Sudah terlambat untuk menyesal bagi Anda Upasama Wacika. Tapi tidak terlambat bagiku untuk selalu melindunginya" gumam Abiseka sambil memandang pemandangan kacau Kerajaan Wijaya di dalam sungai.

avataravatar
Next chapter