2 Apa Ini Benar Milikmu?

Keringat dingin membasahi dahi Gisell. Ditambah jantung berdegup terlalu cepat. Bahkan entah kenapa kali ini Gisell merasa ia tidak sedang berjalan tapi melayang. Dari sekian banyak naskah film yang dikirimkan pada Produser Firsya, hanya naskah film ini yang membuatnya tergerak untuk memanggil Gisell.

"Kira-kira apa yang ingin dikatakan Produser kepadanya? Jangan-jangan ia akan bernasib sama dengan Pertiwi" bisik seorang karyawan agensi film kepada rekan disampingnya yang kebetulan satu lift dengan Gisell.

Pertiwi? bukankah dia juga seorang penulis naskah film? Pertiwi dan Gisell sama-sama penulis yang memiliki kesan dimata orang-orang di sana sebagai, pribadi tak kenal dengan ungkapan kata menyerah.

Pertiwi dan Gisell pernah bertemu saat audisi penulis scenario film yang dimulai tiga tahun lalu. Berkat kegigihan Pertiwi, akhirnya karya "Nyi Anyelir" saat itu menjadi pemenang kontest.

Tapi apa maksudnya dengan Gisell, akan bernasib sama dengan Pertiwi?

"Nona Gisell kan? Yang selalu ikut audisi penulis scenario film?" tanya orang itu setelah dilirik Gisell terang-terangan.

"Iya. Memang Pertiwi kenapa Kak?"

"Oh, jangan dihiraukan," kekeh tak enak hati rekan Wanita itu semakin mencurigakan bagi Gisell.

"Apa terjadi hal tidak baik?" terlihat Gisell cemas.

"Kau membuatnya tegang. Ini semua salahmu" bisik orang itu pada orang yang ditanya oleh Gisell.

"Ada ketidak cocokan antara Produser dengan Pertiwi selaku penulis scenario. Lalu karena seminggu Pertiwi tidak juga mengajukan revisi, akhirnya Produser...memutuskan kontrak" jawab orang itu sangat hati-hati.

TING!!

Lift terbuka perlahan. Seketika obrolan rahasia ini berakhir. Gisell berpamitan dengan kedua orang tersebut dengan menganggukkan kepala. Ia melangkah menuju ruang kerja sang Produser.

"Masuk" sahut orang di dalam ruangan, mempersilahkan masuk.

"Duduklah. Gisell" Produser Firsya menatap tajam gadis dihadapannya. Seolah sedang mencari celah tersembunyi yang bisa digunakannya untuk menjatuhkan Gisell.

"Terima kasih. Jadi, apa yang akan Anda sampaikan pada saya?"

"Tentang naskah ini. Kau yang membuat ini?" Produser Firsya meletakkan naskah skenario film sambil menyodorkan benda itu ke arah Gisell.

Jelas-jelas disana tertulis nama Gisella Oliver masih saja dipertanyakan. Memangnya Gisell orang jahat yang akan tega membubuhkan namanya pada karya orang lain?

Gisell meraih naskah di hadapannya. Kenapa ia merasa asing pada ciptaannya sendiri? Disana jelas tertulis nama panjang Gisell. Tapi judulnya sangat menyimpang dari judul yang seharusnya.

Ia membuka lembar demi lembar...ia sadar ini bukan karya orisinilnya. Wajah Gisell kebingungan. Siapa yang sengaja membubuhkan namanya?

"Ini sama sekali bukan gaya tulisanmu. Aku peringatkan padamu. Jangan melibatkan penulis hantu kalau kau ingin bekerja denganku" tegas Produser Firsya menyampaikan kecurigaannya pada Gisell.

Gadis malang ini terdiam sejenak. Sudah terlanjur. Lagi pula kebingungan Gisell semakin meningkat begitu melihat, di selembar kertas (Daftar Judul Scenario Film) yang berada tak jauh dari jangkauannya itu, tidak tercantum judul karya aslinya. Justru karya tak dikenal malah mencantumkan nama terang Gisell.

"Lelucon macam apa ini?" gerutu Gisell sambil tersenyum hambar.

Apa ada seseorang yang diam-diam membantunya? atau malah ingin mencuri idenya?! banyak kemungkinan menari-nari di dalam otaknya.

"Kau menganggap pembicaraan kita tadi lelucon? Ku rasa kau tidak akan menganggap hal ini lelucon lagi kalau pemilik naskah ini datang menemuimu, dan memenjarakanmu"

Deg!!

Jantung Gisell berdegup kencang. Sekarang saja seolah setiap sendi tulangnya akan segera terlucuti dari tempatnya.

"Aku tidak mencuri atau pun membayar ide orang lain. Tuan Firsya" ketegasan Gisell sedikit membuat Produser itu mengerutkan kening.

Benak Gisell mulai berbicara pada dirinya. Kalau aku bilang sekarang juga, bahwa naskah itu bukan milikku, pasti dia akan mengejekku setelah ini.

Bagaimana seseorang bisa berkata tidak mencuri bahkan membayar ide orang? Sementara di depan matanya orang tersebut menyatakan karya "Aku Ingin Bertemu" bukanlah karya orisinilnya. Padahal ada namaku jelas tertera dalam karya "Aku Ingin Bertemu".

"Serius ini karyamu? Tulisan di dalam sana terlihat jelas bukan gaya tulisanmu. Atau kau diam-diam belajar dan mendapatkan kemampuan menulis yang mengagumkan ini?"

Wah, orang ini sedang memujiku atau berusaha mempermalukanku? geram hati Gisell.

"Kalau Anda ingin menanyakan apakah ini karya orisinil saya atau bukan, saya tegaskan ya," Gisell masa bodoh dengan kemungkinan terburuk saat ia mulai mengakui karya "Aku Ingin Bertemu" sebagai karyanya. Yang penting sekarang harga dirinya harus diselamatkan!

Produser Firsya menatap Gisell lebih tajam dari sebelumnya. Reaksi Gisell yang sering berubah membuatnya semakin curiga.

"Baca baik-baik ini" kata si Produser memberikan sebuah dokumen kearah Gisell. Gadis cantik berambut lurus yang tebal itu membaca isi dokumen dengan seksama.

Surat kontrak? jadi ini alasan sebenarnya kenapa Produser Firsya memanggilku tiba-tiba?! Ini kesempatan yang kutunggu-tunggu sayang kalau aku menolak.

Tapi...bagaimana jika seseorang sedang mengerjaiku? Lalu setelah aku membubuhkan tanda tangan di surat kontrak ini tiba-tiba ada orang yang membeberkan kebenarannya?!

"Ragu?" Sutradara Firsya tersenyum sinis.

Dalam benak Firsya, Gisell adalah Gadis yang mudah ditebak. Berbohong sedikit saja, maka dia akan dengan mudah mengetahuinya.

"Biar ku tebak Gisell. Kau memiliki penulis hantu. Apa penulismu sekarang sedang keluar kota? kau pasti kahwatir dia tidak kembali? padahal episode berikutnya harus ada ditanganmu nantinya?"

"Ini yang membuat saya ragu Tuan" Gisell meletakkan pena di tangan kanannya tepat di atas surat kontrak. Ia berdiri dengan angkuh menatap marah pada Produser Firsya.

"Bagaimana kita bisa bekerja sama kalau Anda, tidak mempercayai penulis Anda sendiri? Saya yakin, sewaktu-waktu Anda bisa saja menendang saya karena faktor ketidak percayaan ini."

"Jika ada rumor buruk ditujukan kepada saya, Anda pasti langsung memecat saya dengan tidak hormat, tanpa mencari kebenarannya sedikit pun" jawab Gisell tegas.

"Kau sedang menyamakan nasibmu dengan orang itu?" kekeh Produser Firsya berdecak kasihan pada Gisell.

"Orang itu?" Gisell mengernyitkan dahi.

"Aku tidak sedang menuduh siapa pun. Aku hanya sedang berhati-hati. Pertiwi waktu itu menemuiku dan menyerahkan script film ke padaku. Sayangnya dia mengecewakanku. Setelah episode satu tayang di televisi, seseorang datang padaku dan menuntut Pertiwi karena telah menjiplak karyanya"

"Dan Anda? langsung mempercayai kata-kata orang itu?"

"Tentu. Karena dia hafal dengan naskah "Nyi Anyelir". Bahkan dia menyebutkan dengan terperinci episode dua dan tiga, yang belum tayang" geram Produser Firsya menggebrak meja kerjanya sendiri.

Bagaimana ini? haruskah aku mengatakan ada yang mencuri karyaku dan mengganti dengan karya "Aku Ingin Bertemu?".

Tidak... sudah terlanjur aku mengakui itu adalah karyaku. Tapi...bagaimana kalau apa yang terjadi dengan Pertiwi terjadi juga padaku? Aduh, aku harus bagaimana?! batin Gisell meremas tangannya sendiri hingga memerah.

"Kalau kau mengakui kecuranganmu sekarang, aku tidak akan memperkarakannya. Sebagai gantinya jangan pernah menginjakkan kakimu ke tempat ini lagi" Produser Firsya mengetuk-ngetuk meja kerja dengan pulpen sambil mengucapkannya.

Nyali Gisell mendadak ciut. Tapi sebuah kekuatan besar memaksanya duduk kembali. Membuat Produser Firsya tercengang. Karena kini tangan Gisell mengambil pulpen dari tangannya, lalu menandatangani surat kontraknya.

avataravatar
Next chapter