20 Apa aku semenarik itu dimatamu?

Kedua kera meletakkan tumpukan kayu dengan sangat rapi. Bahkan salah satunya sibuk memunguti Ikan-ikan yang tergeletak diatas tanah.

"Kalian tidak memberiku batang kayu untuk membakar ikannya?" Abiseka menaikkan kedua alisnya sambil menatap datar kedua kera di hadapannya.

Dengan sigap salah satu berlari menghilang sebentar, dan muncul kembali dengan dua buah batang pohon.

"Kau lebih nyaman melihat wujud asli mereka, atau ingin mereka kembali ke wujud manusia?" Abiseka jelas menujukan pertanyaan itu pada Gisell. Meski ia menanyakan pertanyaan ini dengan sibuk menusuk daging ikannya.

"Tidak perlu. Aku takut Adi akan mengira mereka manusia sungguhan dan mulai menggoda mereka" sahut Gisell secepatnya.

Abiseka menoleh lalu tertawa mendengar ucapan Gisell.

"Jadi, kau tidak hanya cemburu pada kembaranmu? sekarang kau juga cemburu pada kecantikan Kera-kera itu?" goda Abiseka tak kuasa menahan tawa.

"Aku hanya kasihan padanya, hanya ka-si-han oke," Gisell menekankan kalimat kasihan berharap, Abiseka mau mempercayai ucapannya.

Lagi pula. Adi bukan lah Adi yang dulu lagi.

"Kenapa kalian masih disini? bukan kah kau sudah menemukan pasanganmu kembali?" sindir Abiseka sambil meniup perlahan kayu yang sudah tertata rapi.

Wussssh...

Api menyala dalam sekali tiupan!!

"Kamu benar-banar sulit ditebak..." gumam Gisell begitu melihat keajaiban apa yang mampu diciptakan seorang Abiseka.

"Kenapa? apa aku semenarik itu dimatamu?" Abiseka menatap lembut Gisell dalam sepersekian detik.

"Jangan bilang, kau masih disini karena aku" senyuman jahil Abiseka membuat Gisell kesal sekarang.

"Jelas ini karenamu tahu?! kalau kamu tidak membuatku berpikir keluar dari hutan sama dengan mendatangi maut, mungkin aku sudah keluar dari tadi!"

"Apa itu ucapan terima kasih? bagaimana pun, aku sudah menyelamatkan nyawamu. Kenapa sulit sekali bersikap manis denganku huh? kau malah selalu bermanis mulut dengannya" protes Abiseka sambil memanggang ikan bakar.

"Gelang ini lah yang menyelamatkanku Tuan Abiseka," suasana hati Gisell mendadak cerah begitu berhasil membuat wajah Pria tampan ini terlihat kesal.

"Apa kamu dari awal bersembunyi disuatu tempat? mengawasi kami hmm?" bisik Gisell disamping Abiseka.

"Omong kosong"

"O ya? lalu bagaimana kau tahu aku ingin makan ikan?" lirik Gisell curiga.

"Ini waktu makan siang. Aku harus mengisi perut. Aku sudah bosan berburu jadi pilihan terbaikku menangkap ikan" sanggah Abiseka penuh percaya diri.

Sejujurnya, setelah ia sempat mengamuk pada Satya, dia langsung kembali ke sungai untuk melihat keadaan Retno yang dirampas paksa oleh jiwa misterius yang mendiami tubuh keduanya.

Tepat dimana dengan bodohnya Adi gadungan itu meninggalkan Retno sendirian. Padahal Retno dengan jelas mengatakan ingin makan ikan. Seharusnya Adi gadungan sadar kode, bahwa Retno tidak mau ditinggal pergi.

Maka jangan salahkan Abiseka jika dia memutuskan untuk datang melindungi Retno meski saat dia datang nantinya akan segera diusir Retno sekali pun.

"Kau terlalu kurus gemukkan sedikit tubuhmu itu, kalau tidak Adi akan benar-banar jatuh kepelukan Reswani" tambah Abiseka sambil mengulurkan tangannya yang membawa ikan bakar yang siap di santap.

"Adi tidak akan seperti itu. Jangan samakan dia denganmu," sahut Gisell sambil mengambil ikan bakarnya hati-hati.

Abiseka tampak masa bodoh dengan anggapan Gisell terhadapnya. Terbukti dia kembali disibukkan dengan membuat ikan bakar yang kedua.

"Siapa yang menyuruh kalian duduk berduaan seperti itu?!" teriak seseorang dari jauh.

Abiseka dan Gisell menatap Angga yang berdiri sambil membawa seekor rusa di atas pundaknya.

Entah kenapa mendadak hatinya meradang melihat kedekatan Gisell dengan Abiseka. Jelas ini karena tubuh barunya.

Aih, kenapa kau masih menyukai gadis lain padahal sudah bertunangan dengan Reswani! omel Angga berharap arwah pemilik tubuh asli mendengar.

"Tidak ada salahnya dia disini. Kamu lupa, meninggalkan seorang gadis sendirian di hutan?! harusnya kamu bersyukur aku masih hidup waktu kamu kembali kemari" ketus Gisell sambil menikmati daging ikan bakar yang lezat.

Adi segera berlari ke arah Abiseka dan Retno sambil menahan air liurnya yang mengalir. Ini kali pertama Angga berburu dihutan jelas sangat melelahkan baginya untung saja, tubuh pinjamannya ini punya fisik yang kuat. Hingga memudahkannya untuk berburu.

Rusa yang mati di bahunya kini di letakkan begitu saja di atas tanah.

"Itu boleh untukku?" Senopati Mahasura Adiwilaga tiba-tiba bersikap manis pada Abiseka.

"Apa urat malumu sudah putus? belum lama ini kau melukai lehernya. Dan baru saja, kau membentaknya dengan sangat tidak sopan! minta maaf sekarang!" bentak Putri Retno sambil memukul punggung tangan Pria itu yang sempat akan merebut ikan bakar dari tangan Abiseka.

"Retno yang ku tahu sangat lembut dan penyayang siapa kamu?" geram Adi sambil mengelus-elus punggung tangannya yang kesakitan.

"Adi yang aku kenal sangat santun dan punya tata krama yang setinggi langit. Siapa kamu?" balas Gisell terpancing emosi.

"Mungkin dia terlalu lapar. Biarkan saja" potong Abiseka sambil menawarkan ikan bakarnya pada Adi.

Adi dengan senang hati menerima ikan bakar dan makan dengan tenang. Sementara Abiseka diam-diam menjentikkan jarinya, agar Retno tidak mendengarkan pembicaraan antara Adi palsu dengannya.

"Siapa kamu?"

"Apa? Kau tidak mengenalku? Senopati Mahasura Adiwilaga. Simpan di dalam kepalamu baik-baik"

"Kau bisa menipu orang lain tapi tidak denganku. Siapa kamu?" gertak Abiseka menatap tajam Adi, dengan tatapan membunuh.

Angga gemetar ketakutan hingga ia mulai tersedak. ia menatap Gisell dengan cemas tapi gadis itu malah diam ditempat seolah tidak mendengar apa pun!! sibuk memakan ikan bakar dengan rakus!!

"Katakan apa tujuanmu mendekati Putri Retno!!" hardik Abiseka dengan suara lumayan keras.

Mustahil Gisell tidak mendengar teriakan Abiseka. Gadis sialan ini!! apa dia sengaja ingin menyelamatkan diri sendiri? pikir Adi.

Tanpa di sadari oleh keduanya, Gisell melihat papan teks lagi di depan matanya.

Ada tiga serigala menuju kemari karena mencium bau daging segar... sementara kau terjebak di hutan bersama dua orang Pria. Kau ingin menyelamatkan hidup siapa?

Deg...

deg...

Tidak ada opsi jawaban pilihan ganda kali ini. Gisell mencoba menetralisir detak jantungnya sebelum memikirkan tindakan apa yang harus segera dia pilih.

Gisell menoleh ke arah Adi dan Abiseka. Keduanya terlihat seperti dua orang yang sedang bertengkar. Anehnya, ia tak bisa menguping sedikit pun pembicaraan mereka.

Grrrrrrrrr

Geraman serigala mulai terdengar dari kejauhan. Tapi dua orang ini masih belum menyadari datangnya bahaya.

Kalau aku berteriak, itu akan mengejutkan kawanan serigala. Dan justru membuat mereka semakin agresif untuk langsung menyerang. Apa yang harus kulakukan? batin Gisell.

Pada akhirnya, Gisell menggapai telapak tangan Abiseka. sambil melihat ke arah seberang sungai dengan tatapan takut sekaligus gugup.

Abiseka menoleh ke arah Gisell. Ia mulai menyadari ada masalah sedang terjadi sehingga reaksi gadis itu cenderung tegang. Di ikutinya arah pandangan mata Gisell dan ia melihat tiga ekor serigala. Celakanya, dua diantaranya sedang memanggil kawanan serigala yang lainnya!

Aku tidak mungkin bisa menunjukkan kekuatan asliku di depan Adi palsu. Kalau aku pura-pura lemah Retno dalam bahaya batin Abiseka sambil mencari jalan keluar.

Sial!! aku baru saja datang sudah harus bertarung?! aku belum kenyang tangis Adi merengek dalam hati.

"Retno mundur" tegas Abiseka sambil berdiri di depan Retno.

"Kau mau bertarung dengan serigala? mana bisa tanpa senjata?" bisik Gisell cemas.

avataravatar
Next chapter