6 6.MENGGALI INFORMASI

Astha duduk di antara kerumunan orang di dalam club malam yang baru saja diinjaknya malam ini. Tujuannya hanya satu menemukan orang yang selama ini dia cari. Orang yang telah membuat seseorang yang dicintainya meregang nyawa di sela keputus asaannya.

"Dimana dia? informasimu bisa kupercaya atau tidak?" tanya Astha berbicara dengan informannya. Sambil menghisap rokok elektriknya. Duduk dengan menyilangkan sebelah kakinya. Mengamati dari kejauhan orang yang selama ini menjadi targetnya.

"Bos, dia sudah datang. Dia berada di sudut ruangan sebelah sana dengan seorang wanita." Seorang bartender yang disewanya menjadi informan itu menunjuk ke arah ruangan semi privat. Tempat dimana targetnya itu berada.

"Oke. Lanjutkan pekerjaanmu." Astha mematikan rokoknya. Dia menuju ke ruangan yang ditunjukkan oleh bartender tadi.

Ceklek..

Astha melepas kacamata hitamnya. Menatap orang yang ingin dia gali informasi.

"Siapa kamu? berani sekali mengganggu privasi saya." Bentak seorang pria berkaos hitam. Dan ada keloid di dekat pelipisnya. Badannya kekar dan berkulit sawo matang. Menatap dengan pandangan tak suka pada Astha. "Keluar dulu." Wanita yang bersamanya pun menjauh setelah mendapat perintah untuk keluar.

"Kamu tak perlu tahu siapa saya. Silakan duduk. Saya hanya ingin mencari tahu keberadaan seseorang. Dan saya yakin, kamu pasti tahu keberadaannya." Astha duduk dengan santainya. Menyalakan kembali rokoknya lalu menghembuskannya dengan kasar. Tatapannya tajam menunggu lawan bicaranya.

"Apa yang kamu inginkan dari saya?"

Astha mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Mencari gambar yang bisa menekan orang yang ada di hadapannya itu. "Kamu lihat ini?"

"Brengsek." Lelaki itu menggebram mejanya. "Siapa kamu sebenarnya? untuk apa kamu menyimpan foto itu, ha?" Lelaki itu tampak sangat emosi dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Tenang Om. Kita buat win win solution aja. Saling menguntungkan. Foto ini tidak akan sampai di rumahmu. Jika kamu mau.."

"Mau apa? cepat katakan."

"Naroleon Prasaja. Anda tahu kan? Tuan Mario yang terhormat." Astha bersandar dengan santainya. Sudut bibirnya tersenyum sinis.

"Darimana kamu tahu namaku? siapa kamu?"

"Tenang Tuan Mario, kan sudah saya bilang. Foto tadi tidak akan sampai di tangan istrimu yang kaya raya itu, asal kamu mau bekerjasama denganku. Sederhana bukan?"

"Apa maumu?" Laki-laki yang bernama Mario itu tampak ketakutan dilihat dari wajahnya yang mulai pucat.

"Beritahu dimana Naroleon Prasadja sekarang? dimana dia?"

"Ada masalah apa kamu dengan dia?"

"Kamu tidak perlu tahu lebih jauh lagi, Tuan Mario yang terhormat. Anda cukup beritahu saya, dimana laki-laki itu. Sudah beres."

"Saya tidak akan memberitahumu dimana Prasaja berada. Saya akan melindunginya."

"Oh begitu rupanya. Sahabat sejati. Bahkan kamu rela kehilangan istri dan anakmu jika kamu tidak mau memberitahu dimana orang itu berada?"

"Aku tidak peduli. Yang jelas aku akan melindungi sahabatku."

"Oh.. baik kalau itu mau anda. Siap-siap saja akan ditendang istrimu dari rumah. Laki-laki sepertimu dan Prasaja itu tidak tahu diuntung. Punya istri kaya, masih ingin menikmati wanita di luar. Dasar ga punya otak!" tatapan Astha semakin tajam.

"Terserah kamu anak muda. Kamu tidak tahu apa-apa tentang kami berdua. Dan apa yang ada difoto itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Jadi silahkan saja kalau kamu mau memberikan pada istriku. Aku tidak takut kalau harus ditendang dari rumah. Aku lebih berat hati ke Prasaja." Sekarang laki-laki yang bernama Mario itu justru berbalik menatap Astha.

"Kalian berdua memang brengsek. Ingat saja jika aku bisa menemukan si tua bangka itu, akan aku seret dia." Astha keluar dari ruangan. Dia tidak ingin memaksa dengan kekerasan. Dia tidak mau berurusan dengan pihak berwajib gara-gara menganiaya orang. Dia lebih memilih bermain cantik.

"Siapa dia? kenapa mencari Prasaja?" Mario bermonolog, matanya awas melihat kepergian Astha dari jendela ruangannya.

Astha berjalan dengan langkah panjang-panjang. Kacamata dan topi hitam tetap dia pakai. Karena dia tidak mau siapapun tahu tentangnya. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada gadis muda yang dipaksa seorang lelaki masuk ke dalam mobil di depan club malam itu.

"Rez, itu orang kita bukan?" tanya Astha pada Reza yang berdiri dari tadi di depan club itu.

"Iya bos. Namanya Kasandra."

"Kamu melihat seperti itu, tapi kamu diam saja?"

"Dia orang berpengaruh, Bos. Saya tidak berani."

"Dasar bego. Orang kira itu dibayar hanya untuk menemani minum saja. Tidak ada yang boleh dibawa kemanapun. Apalagi sampai diajak tidur. Kamu tahu kan itu pantangan buat saya. Saya mempekerjakan mereka hanya untuk mencari informasi mengenai Prasaja." Astha berlari menahan mobil di depannya agar tidak pergi.

Reza tidak berani mendekat. Dia pikir Astha bisa mengatasi sendiri hal itu."

Tok tok tok!!

"Siapa kamu?" Tanya laki-laki berbadan tambun.

"Siapa yang mengizinkan anda membawa anak buah saya?"

"Saya sudah bayar mahal gadis ini Pada pemilik club. Lalu apa lagi?"

"Siapa maksudmu yang menjual?" Astha bertambah geram.

"Endrew. Kamu tanya saja sama dia. Kalau tidak percaya. Sudah berkali-kali saya dapat barang bagus dari dia."

"Lepasin cewek itu!!" Gertak Astha.

"Punya urusan apa kamu? tidak usah sok jagoan."

"Berapa kamu beli cewek ini?"

"Sepuluh juta."

Astha mengeluarkan cek dari dalam sakunya. Dia menuliskan nominal yang di sebutkan lelaki itu. Sebelah tangannya memberi tanda pada Reza untuk menyelinap ke sisi mobil sebelahnya dengan berjongkok. Beruntung lelaki itu tanpa sopir.

"Ini sepuluh juta. Tapi lepasin cewek itu." titah Astha.

"Enak aja. Tidak semudah itu. Bayar tiga kali lipat baru aku mau melepaskan. Aku bisa cari yang lain."

"Oke, tiga kali lipat. Tidak masalah buat saya." Astaga menuliskan nominal tiga puluh juta sesuai keinginan lelaki itu. Reza mengacungkan jempolnya pada Astha. Astha hanya mengangguk.

"Oke. Saya suka bekerja sama dengan anak muda." Laki-laki itu memperhatikan ceknya.

Astha berlari meninggalkan lelaki tambun tadi. 'Dasar tua bego. Mau aja dikerjain pake cek kosong.' batin Astha. Dia mencari keberadaan Reza dan anak buahnya yang dititipkan pada Endrew. Rupanya teman yang selama ini dia percaya sudah berani bermain api di belakangnya. 'Habis kamu nanti, Ndrew. Pengkhianat.' Astha meremas kedua tangannya. Rasa kesalnya membuncah. Ingin segera menanyakan kejadian sebenarnya pada Endrew. Dan infirmasi itu akan dia dapatkan dari wanita yang sedang diselamatkan oleh Reza.

"Rez,"

"Bos."

"Tuan Astha terimakasih sudah menyelamatkam saya." ucap seorang gadis yang baru saja diselamatkan oleh Astha.

"Apa ada yang lain selain kamu?" tanya Astha.

"Banyak Tuan," gadis itu menangis sesenggukan.

"Rez, kamu bawa dia ke rumah. Aku mau urus Endrew dulu."

"Baik Tuan." Astha dengan wajah dinginnya, melangkah masuk ke dalam club malam itu lagi.

***

Maaf ya baru bisa up sekarang. Yang lupa, bisa baca ulang. hehee.

avataravatar
Next chapter