1 Bab 1

Malam sudah larut ketika Rose tiba di rumah kontrakannya.Waktu pun hampir menunjukkan pukul setengah tiga pagi.Rose bergeming.Diam dalam satu kekhawatiran.Menyesal ia menolak ajakan Rival tadi menginap di apartemennya.Pria cinta satu malamnya.

Rose menelan ludah.Berusaha menekan ketakutan yang mulai tidak bisa disembunyikannya.Tubuhnya bergetar.Tapi bukan karena disebabkan hawa dingin yang dihembuskan oleh angin.

Rose menutup kedua matanya.Menenangkan diri dalam doa.Sia-sia.Ia ternyata masih tidak bisa mengenyahkan ketakutannya.Segera diambilnya sebatang rokok lalu diselipkannya di mulut.Mungkin memang hanya ini yang mampu meredam gejolak gelisahnya.Memang tidak banyak,tapi cukuplah untuknya sekarang.

Rose memegang gagang pintu dengan ragu, menekannya perlahan.

"krekkk,,,"

Suara pintu terbuka.

Disana,dipojok ruangan rumah kontrakannya, Ryan duduk tepekur.Matanya yang dari setadi tertuju pada rokok yang dimainkan tiga jemari tangannya kini teralih pada Rose yang berada di balik pintu.

Tajam.Rose menghindari tatapan itu.Tatapan kemarahan.Ia melangkah gontai masuk ke dalam.Menaruh tasnya di gantungan dengan gamang.

"Dari mana lu????"

Ryan beranjak dari posisi duduknya.Dihampirinya Rose yang masih diam seribu bahasa.

"Kenapa lu gak nemuin si Oom???"

Tanya pria bertubuh tegap itu sambil merenggut rokok yang terselip dibibir Rose.Nadanya masih terdengar biasa saja seperti tadi.

Dihisapnya rokok putih itu.Dan puh,,,,,

Asap rokok menampar wajah Rose sebagian.Itu karena posisinya yang membelakangi pria itu.

Rose diam.Berusaha tidak meladeni.Ryan kembali beraksi.Dijilatinya bahu Rose yang terbuka dengan lidahnya.Sengaja melecehkan.

Refleks,Rose mengepalkan tangannya perlahan bersamaan dengan tertutupnya kedua matanya.Reaksi yang menunjukkan rasa tidak menyukai.Jijik.

Ya Tuhan,betapa aku benci pria ini.

"Hah,,,,"

",,,,jawab gua!!!"

Suara Ryan mulai meninggi.

Rose memberanikan diri menatap mata Ryan yang mulai memerah dengan sisa-sisa kekuatan dirinya.Ingin rasanya dihujaninya pria itu dengan sejuta sumpah serapah.

"gua capek,gua mau mandi,,,"

Dan hanya jawaban itu yang keluar dari mulutnya.Rose melangkah pergi.

Tapi belum juga telapak kakinya menyetuh lantai,Ryan sudah mengambil tindakan.Tangan kiri kekarnya menjambak rambut panjang Rose dengan kasar.Memaksa tubuh kecil itu bertubrukan dengan tembok.

"Brukkk"

"SAKIT ANJING,,,,,!!!"

Air mata Rose berlelehan.

Sakit,marah,kesal,benci,takut jadi satu.

Ya,,,,,inilah Ryan.Pria berengsek yang tak henti-hentinya menyiksa Rose.Pacar, bodyguard,sekaligus manajer penjaja tubuhnya.Yang berjanji untuk selalu setia dan takkan meninggalkannya.Dan benar,ia tak jua pergi dari hidup Rose.

"Bukan itu jawaban yang gua mau,,,,!!!!

Mata Ryan menatap lekat pada air yang meleleh diwajah Rose.Tak ada sedikitpun rasa iba dalam dirinya melihat air mata itu.Pada wajah penuh tekanan dihadapannya.

Mata Ryan hanya teralih pada tanda merah yang berada dibawah bahu Rose.Tanda bekas kecupan.Dan itu membuat Ryan menggila.

Pria itu menghisap rokoknya sekali lagi.Dalam tarikan yang dalam.Membumbungkan asapnya ke atas dan mematikan rokok itu diatas tanda merah di tubuh Rose.Penyisaan pun dimulai.

Pertama bibir,lalu leher,beralih ke dada dan seterusnya.Pria itu melakukannya.Dengan kasar.Seperti biasa.Pelampiasan nafsu yang selalu berujung derita pada Rose.Gigitan,cekikan,pukulan pasti tak pernah dilewatkan Ryan.Karena semakin Rose menjerit kesakitan akibat perlakuannya maka Ryan semakin bergairah.Semakin tak terkendali.Dan semakin menggila.

"Bagaimana kalo sekali lagi?"

Rose menoleh,bola matanya membulat.Ryan, sosok yang dikenalnya perlahan-lahan berubah.Membesar dan menyeramkan.Rose bergidik ketakutan.Kini sosok itu berubah jadi iblis dengan dua tanduk di kepalanya.Bersiap-siap menelan Rose hidup-hidup.

"AAAAAAAAA,,,,,!!!!!"

Rose bangun dari mimpi buruknya.Tubuh telanjangnya berpeluh keringat.Napasnya terengah-engah.Perlahan dikumpulkannya sisa-sisa kesadaran diri yang hampir menguap di udara.Lega rasanya itu hanya mimpi.

Rose beringsut turun dari tempat tidur.Lalu berusaha mengambil selimut yang tergeletak di kasur.Ditariknya dengan kuat kala ujungnya tertindih tubuh besar Ryan yang berada dalam posisi tengkurap.

Terdengar pelan suara gumaman Ryan kala tubuhnya bergesekan dengan kain itu.

"Eeehmmm,,,"

Hanya begitu saja.Pria itu tak merasa terganggu.Tidak berusaha membuka mata.Mungkin lebih karena rasa lelah yang teramat sangat akibat pergumulan penuh gairah pagi buta tadi.Tentu saja hanya bagi Ryan.Sedang bagi Rose adalah penderitaan.

Rose mengambil bungkusan rokok yang tergeletak di meja samping tempat tidur.

Kecewa,ternyata bungkusan itu kosong.Padahal ia ingat betul isinya masih lebih dari setengah saat terakhir kali Rose menaruhnya.

Pasti kebo itu yang ngabisin.Liriknya pada Ryan.

Rasa masam pada mulutnya memaksa Rose memungut sisa rokok yang tergeletak tak jauh dari situ.Api dinyalakan.Rokok pun terbakar.

Rose meringis saat sisa puntung rokok itu menyentuh bibirnya.Segera pandangannya tertuju pada cermin.Melihat apa gerangan yang membuatnya begitu perih.

Rose menyentuh luka itu.Mengelusnya perlahan.Mencoba meredakan rasa perihnya.Kini matanya tertuju pada bayangannya di cermin.Sosok sendu dengan tubuh penuh bekas luka akibat penganiayaan.

Tak adakah laki-laki yang benar-benar tulus sayang padanya???

Mencintainya???

Rose membuang puntung rokok itu dengan kasar.Marah.Kemudian menyeka wajahnya.Ia kesal pada dirinya sendiri.Ia juga marah pada keadaan.

Kapan semua ini akan berakhir???

Rose keluar dari rumah kontrakannya dengan pakaian seadanya.Daster berbahan kaus selutut ditambah sweater hitam untuk menutupi tubuhnya yang tanpa bra.

""Abis,,,,"

Sesal Uda si pemilik warung.

Stok rokok putih yang biasa dibeli Rose kosong.Dan itu membuat hatinya tambah mangkel.

Waktu menunjukan tengah hari,hawa panas dan gersang akibat sinar matahari menyelimuti tempatnya berdiri.Rose melangkah pergi.Meninggalkan sepasang mata yang bersorot iba padanya.

"Kasian si Rose,pasti si Ryan abis ngamuk,,,"

Begitu pikir si Uda.

Kalau bukan karena rasa dongkol yang hanya bisa hilang lewat sebatang rokok favoritnya,malas Rose harus berjalan kaki seperti ini.

Mana panas,jauh lagi,,,

Dengan terpaksa ia lakukan,sebab hanya agen Hasibuan yang letaknya paling dekat.Yang pasti memiliki stok rokok yang tidak sedikit.

Merasa tak punya pilihan,terpaksa ia harus keluar kandang.

------------------------------

Kampung Karya adalah salah satu pemukiman padat penduduk yang terletak di perbatasan kota.Perkampungan biasa.Seperti di tempat lainnya di Indonesia.Dan disana ada sebuah jalan yang cukup terkenal.Terisolasi.Tak sembarangan orang bisa masuk ke sana.Gang Pecun, begitulah namanya.Dihuni lebih kurang lima puluh orang.Yang lebih dari setengahnya bekerja sebagai pekerja seks komersial.Sisanya adalah para preman.Para penjaga sang penjaja cinta.

Ada sebuah perjanjian tak tertulis yang disepakati antara warga kampung dan penghuni gang tersebut.Para preman tidak akan mengganggu warga kampung, dan warga pun tak boleh mengusik kehidupan mereka.Asalkan para psk itu tidak menjajakan diri pada warga disana.Jadi mereka hanya numpang tidur saja, begitu lebih kurangnya.Tapi tetap saja ada warga yang kucing-kucingan dari perjanjian itu.

--------------------------

"Eh neng eRose,,,, mau kemane???"

Sapa Udin,salah satu warga yang rumahnya didepan jalan.Mendapati sesosok perempuan bertubuh padat berisi lewat depan rumahnya membuat mulut comelnya tak kuasa bisa bertahan.

"Heh,,,ntar ketauan si Ryan di gaplok lu,,,"

Ujar Ucup memperingatkan,

"Mau gak Abang anterin?"

Teriak Udin lagi,agak keras karena melihat posisi Rose yang semakin menjauh.

"Ckckck,,,,Rose,,,, Rose,,,,"

",,,,sayang lu gak mau ma gua".

"Ngimpi aja lu,,,,,"

Seloroh Ucup sambil menggeplak kepala Udin pakai gagang kipas kayu yang dari tadi ia pegang.

"Tuh liat,,,,"

Sambung Ucup sambil menyuruh Udin mengikuti titik jatuh pandangan bola matanya.

",,,,mampus kan lu,,,,"

Udin seketika melongo.Kaget melihat rajanya yang diapit sebom,kuncung,dan kuda putih milik Ucup.

"Checkmate,,,,,,haha"

Sombong Ucup ke Inggris-inggrisan.Puas.Satu karena menang dua karena berhasil menggeplak kepala Udin temannya.

Berpasang-pasang mata mengiringi perjalanan singkat Rose.Umpatan juga samar terdengar ditelinganya.Rose acuh tak acuh.Tak peduli.Sebodo amat.Begitu juga saat Udin coba menggodanya,Rose memilih diam,padahal ia sangat ingin meninju hidung betetnya.Cowok ngeyel.Dan Rose sangat benci sifat itu.

Alunan merdu Adzan menyentak pikiran Rose .Ia tersadar.Langkahnya tiba-tiba terhenti.Diperhatikannya bangunan indah nan megah dihadapannya.Jauh dalam hati kecilnya,ia menangis.Betapa ia sudah terlalu jauh.Dan tak bisa kembali.

Rose melanjutkan langkahnya ketika menyadari kehadiran orang-orang berpakaian koko berbalut sarung mulai mengerubungi bangunan tempat ibadah itu.

Lalu tiba-tiba, pandangannya beradu pada sepasang bola mata yang bersorot tajam yang begitu tak asing untuknya.Seperti tak berselera,Rose memilih mengacuhkannya.Pura-pura tak melihat.Seperti tak ada.Pada kehadiran laki-laki bernama Radit itu.

------------------------------------------

avataravatar