webnovel

Perpisahan Empat Bulan

Katerina sedang menerjemahkan sebuah cerpen yang tadi didapatnya dari perpustakaan ketika Rio tiba-tiba datang ke rumahnya. Mama yang menyambutnya di ruang tamu menegur karena sudah lama sekali pemuda itu tidak datang ke sana.

"Maaf, Tante…kerjaan di kantor banyak sekali. Ketemu Katerina juga cuma waktu makan siang…" kata Rio menyesal. Saat itu Katerina muncul di ambang pintu membawa setoples kue. "Hai, Rin…"

"Hai, Rio…tumben datang," sapa Katerina sambil tersenyum lebar. "Mama sudah rindu banget, tuh…"

Mama melotot, "Enak saja bicara.. Rina kan bicara untuk dirinya sendiri. Saban hari mengeluh karena Rionya sibuk terus…"

"Maaf…maaf…" Rio tertawa kecil. "Aku senang dirindukan orang, karena itu aku sengaja menyibukkan diri…"

"Maumu..!" sergah Katerina sambil mengayunkan bantal kursi yang tidak dielakkan oleh Rio. "Makan malam di sini, Yo?"

"Niatku mau mengajak kamu makan di luar."

"Di sini saja, deh… Mama mau pergi arisan, Susan juga menginap di rumah temannya…"

Rio mengangguk. "Baik, tapi kamu masaknya harus enak, kalau nggak aku pulang…"

Katerina yang muncul membawa centong nyengir sambil memberi tanda gebukan dengan centongnya. "Enak saja… kamu harus bantu aku masak..!"

Setelah Mama pergi, keduanya segera sibuk di dapur menyiapkan makan malam. Rio sudah tak asing lagi dengan situasi rumah itu karena ia sudah biasa bertandang ke sana sedari remaja.

Ia dan Katerina dulu satu SMP dan tergabung dalam kelompok anak-anak yang dicap paling nakal di sekolah, segala keributan di sekolah dulu pasti merekalah pelakunya. Persahabatan mereka masih berlangsung sampai sekarang walaupun sesudah bekerja mereka terpaksa berpisah karena terpencar keluar kota.

Sebagai seorang mantan murid nakal, Katerina sendiri tak mengira kalau sesudah dewasa ia akan tertarik menjadi seorang guru.

"Bagaimana kemajuan murid-murid nakalmu?" tanya Rio setelah selesai makan.

"Bagus. Kami sedang menyiapkan pertunjukan drama untuk perpisahan sekolah…"

"Maksudmu…kamu masih betah mengajar?"

"Rio…! Kamu coba, dong, mendukung aku sekali-sekali…" omel Katerina. "Aku juga bisa, kok, melakukan sesuatu dengan benar."

"Katerina sayang…" Rio menggeleng-geleng. "Aku cuma menjagai jangan sampai kamu menyesal. Maksudku… aku sangat mengenal kamu. Kamu orangnya pembosan, cepat sekali berganti minat. Mungkin dua bulan pertama kamu sudah merasa berhasil mengajar… tapi masih ada empat bulan lagi sebelum semester ini berlalu. Jangan sampai kamu menyesal dan sedih…"

Katerina diam. Rio jadi merasa tidak enak ketika gadis itu tetap diam sambil membereskan peralatan makan mereka dan mencucinya.

"Rin, kamu ngambek, nih..?'

"Maaf, ya, kalau menurutmu kamu sangat mengenal aku… kalau menurutmu aku ini pembosan…" Katerina membuang muka. "Tapi kita sudah berteman sejak kecil dan aku nggak pernah bosan sama kamu…"

"Itu lain, hubungan kita justru semakin dekat karena pendewasaan diri. Kita lebih kenal satu sama lain…"

"Begitu juga dengan semua hal… Aku bisa belajar untuk bertahan mengajar… Aku bisa melakukan sesuatu dengan baik…" Katerina membela diri. "Raja sama Denny juga mendukung aku…"

Rio terdiam.

"Maafkan aku…" katanya kemudian. "Aku mendukungmu apa pun yang akan terjadi…"

"Mungkin lebih baik kita nggak usah ketemu dulu, Yo…" kata Katerina pelan, membuat Rio tersentak.

"Aku mau introspeksi diri… Aku nggak mau marah-marah terus sama kamu…"

"Rin…? Kamu jangan seperti anak kecil, dong…"

"Maaf…mungkin aku memang kekanakan…mungkin aku buruk sekali di hadapanmu… Tapi aku perlu waktu untuk mengenal diriku sendiri, Yo... Aku nggak mau kamu lebih mengenal diriku daripada aku sendiri. Mungkin memang kamu yang benar…aku nggak tahu…"

Rio mengerutkan keningnya, berpikir sejenak. Ia tahu Katerina bersungguh-sungguh dengan ucapannya sekarang walau pun mungkin beberapa hari lagi gadis itu akan menyesalinya.

"Baik." katanya kemudian. "Berapa lama?"

"Sampai semester ini selesai.."

"Kalau begitu, sampai jumpa empat bulan lagi…" Rio tersenyum lembut sekali membuat Katerina sudah setengah menyesali keputusannya. Rio sangat jarang tersenyum. "Tapi jangan ragu-ragu menghubungiku kalau kamu memerlukan sesuatu…"

"Terima kasih…"

Malam itu Katerina membuat suatu keputusan penting dalam hidupnya. Ia tahu ia gadis yang kuat, tetapi selama ini ia terlalu sering bersembunyi di balik punggung Rio. Ia sangat mempercayai Rio dan semua pertimbangannya, tetapi ia sendiri harus berusaha mandiri, tidak selalu bergantung pada kekuatan orang lain.

Sekarang, empat bulan tanpa Rio di dekatnya adalah suatu kehidupan yang berat.

Next chapter