webnovel

Pangeran Eric Yang Baru

Karena peristiwa penyerangan kemarin, sekolah diliburkan dua hari. Kelas 3 kemudian menghadapi Ujian Akhir Nasional, hingga kelas 1 dan 2 tetap tidak belajar selama empat hari berikutnya. Alhasil mereka baru bertemu kembali seminggu kemudian dan emosi hendak membalas dendam atas serangan itu sudah mereda.

Katerina senang sekali mengetahui kabar itu. ia mengerti bahwa pimpinan-pimpinan geng di sekolah adalah anak-anak kelas 2C dan usahanya meredakan amarah mereka telah menghasilkan perdamaian.

Suasana saat mereka belajar telah kembali tenang dan nyaman karena semua fasilitas yang dirusak telah diperbaiki. Sesudah ulangan umum nanti mereka punya waktu bebas lima hari untuk berlatih tetapi di saat itu sekolah mengadakan festival olahraga dan anak-anak akan capek sekali, jadi hari terakhir sekolah ini harus dimaksimalkan.

"Gawat, Miss...!" lapor Denny siang itu saat Katerina masuk ke dalam kelas. "Andy sakit... Dia nggak boleh keluar rumah..."

Sakit apa?" tanya Katerina kaget, memikirkan Pangeran Eric yang tiba-tiba menghilang. "Parah tidak?"

"Sakit cacar, Miss... Kemungkinan selama 2-3 minggu ini nggak bisa keluar rumah."

"Astaga..." Katerina menghela nafas, "Kira-kira dia bisa nggak main dua minggu lagi?"

"Entahlah..."

Pikiran Katerina bekerja cepat.

Ia tak bisa mengandalkan Andy yang kondisinya tak bisa diperkirakan. Satu-satunya jalan adalah mencari penggantinya secepat mungkin.

"Kalau begitu kita harus punya cadangannya, kalau-kalau Andy tidak sembuh tepat waktu."

Pandangannya melayang ke arah Michael yang kali ini tidak pura-pura sedang membaca buku pelajaran.

"Mike, I'm desperate. Now, I really need you. Maukah kamu bermain sebagai Pangeran Eric? Hanya cadangan, tentu saja, karena saya tetap memprioritaskan Andy yang sudah bekerja keras untuk peran ini..."

Michael tersenyum janggal, antara kemenangan dan rasa kasihan. Katerina tidak menduga ia akhirnya mengangguk.

"Okay."

Hampir saja Katerina bersorak gembira, tetapi ia berhasil menahannya. Sesuatu yang baik rupanya masih bisa terjadi.

Mereka berlatih pertama kalinya bersama Michael sepulang sekolah dan Katerina heran melihat betapa ternyata Michael hafal dialognya dengan baik, sampai ia curiga Michael memang menyiapkan diri untuk peran itu...

Latihannya terasa sempurna dan Katerina sangat puas dengan hasilnya. Kombinasi Laura dan Michael juga terasa pas sekali. Ia sedikit berharap Andy tak usah sembuh dulu, tetapi segera ditepisnya pikiran buruk itu dari kepalanya. Tidak boleh begitu...

Saat mereka bersiap-siap pulang, tiba-tiba Nita datang menghampiri Katerina dengan wajah yang penuh tekad.

"Miss, saya minta maaf atas kelalaian saya waktu itu..." katanya pelan. Katerina mengangkat sepasang alisnya keheranan.

"Saya tahu Miss marah pada saya karena hal itu... tapi saya benar-benar berharap Miss ingat kembali ke masa SMP Miss dan mengerti bahwa saya melakukannya karena saya sayang sama Michael..."

"Jadi?" tanya Katerina ramah.

"Tolong jadikan saya cadangan Aurora bila Laura nggak bisa bermain... maksud saya kalau dia sakit atau apa... Saya benar-benar suka peran itu dan sangat menyesal telah membiarkannya direbut..."

"Tak ada yang merebut sesuatu darimu, Nita... kamulah yang membiarkannya hilang. Saya menghargai bahwa kamu sudah menyesalinya, dan mengenai cadangan itu itu tidak ada keberatan sama sekali. Hanya saja kamu tidak boleh berharap banyak sebagai cadangan, Laura tetap diprioritaskan main."

"Tidak apa-apa. Yang penting saya tahu bahwa saya dimaafkan..." Ia mengangguk gembira, mengucap terima kasih lalu pergi dengan cepat. Katerina hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

Cintakah yang sedang dirasakan anak-anak SMP ini?

Ia telah melihat cinta yang tumbuh sejak SMP dan masih bertahan hingga saat ini. Tapi tidak semua cinta anak SMP seperti itu...

>>>>>>>>>>>>>>>

Katerina merasa sedikit bangga, sedikit terharu dan terutama lega mengetahui dirinya masuk SMA yang sama dengan Rio. Ia yakin walau tanpa satu pun anggota gengnya dari SMP ia akan mampu bertahan di SMA mana saja. Tetapi kenyataan bahwa ia akan bertemu Rio di sini memberi suatu perasaan nyaman pada dirinya, sungguh pun dulu ia tidak begitu dekat kepada Rio seperti pada yang lainnya.

Perasaan yang timbul pada Katerina setiap kali bersama Rio adalah canggung bercampur tegang, berbeda terhadap yang lain dimana ia bisa bersikap santai dan seenaknya.

Mungkin karena sejak dulu Rio memang memiliki tempat berbeda di hatinya.

"Hai, bagaimana rasanya jadi anak SMA?" tanya Rio saat menjemput Katerina dari kelas dan membawanya tur keliling sekolah.

"Lumayan, tidak jauh berbeda, kecuali bahwa ekskul-nya lebih lengkap dan menarik," jawab Katerina.

"Sudah memutuskan mau ikut ekskul apa?"

"Hmm... Chris dulu menyarankan teater, katanya dia sendiri pengen bergabung dengan kelompok drama... Jadi akan kucoba saja." Katerina merentangkan tangannya dan menarik nafas dalam-dalam.

"Kalo Rio masuk ekskul apa?"

Rio tidak menjawab. Untuk kesekian kalinya Katerina melihat Rio melamun saat ngobrol dengannya, dan Katerina tidak pernah mengganggu, biasanya Rio akan tergugah sendiri. Mereka berjalan dalam diam sampai di kantin dan teman-teman Rio mengangganggu mereka.

"Wah, Rio jagoan, nih... Sudah dapat gebetan baru, padahal baru masuk sekolah...!"

"Rio, kenalin nyonya, dong...!"

Rio menoleh pada mereka. "Hai, kenalin. Ini Katerina..."

"Hallo, Katerina...!!" seru mereka serempak.

Katerina mengangguk dan tersenyum manis.

Ia diperkenalkan bukan sebagai siapa-siapa, hanya sebagai Katerina. Rio tidak pernah memberikan tanggapan atas godaan mereka, tidak juga memperkenalkannya sebagai sahabat dari SMP. Tidak ada tanggapan apa pun hingga teman-temannya kecewa harus mengambil kesimpulan sendiri.

Katerina kemudian mengetahui bahwa Rio adalah salah satu kandidat calon ketua OSIS dan ia pun mendesak agar diperbolehkan menjadi juru kampanye bagi Rio.

"Kamu menanggapinya terlalu serius..." komentar Rio kalem. "Aku nggak berminat menjadi penguasa."

"Oh, tapi bagus sekali kalo kamu yang menang. Kita bisa mengubah beberapa peraturan sekolah yang nggak menyenangkan..." kata Katerina penuh semangat. "Aku juga kurang suka berpolitik, tetapi kalo kita pengen ada kemajuan kita harus turut berperan serta dalam pemerintahan. Ha..ha.. jadi kita bisa mengubah acara penelitian Biologi ke Ranca Upas yang membosankan itu jadi jalan-jalan ke Dufan!"

Rio geleng-geleng, "Sesukamulah..."

Katerina adalah ahli kampanye yang baik. Ia mengerahkan teman-temannya untuk membuat spanduk dan menempelkan selebaran-selebaran dengan foto tampan Rio tersenyum manis dibubuhi tulisan PILIHLAH RIO! Atau Rio SAHABAT ANDA!

Rio kaget sekali waktu datang ke sekolah dan melihat poster dirinya ditempel di mana-mana.

"Kamu antusias sekali, ya..." katanya pada Katerina. "Nempel fotoku di mana-mana, jadi kayak calon kepala desa, deh..."

"Ini bagus, kan? Minimal orang-orang tahu siapa kandidat yang harus mereka pilih itu. dengan begini mereka lebih familiar sama kamu," kata Katerina ceria. "Kudengar lawan-lawanmu juga akan meniru cara ini..ha..ha..ha..! oh, ya Raja sudah bikinin kamu pidato yang bagus, penuh dengan janji-janji palsu... Sebagai playboy dia kan jago banget ngegombalnya.. hehe."

"Kamu dapat fotoku dari mana?"

"Foto kita waktu di Lembang dulu aku gunting dan di-scan... Habis cuma di situ kamu ketawa... dan jadinya keliatan lebih muda, kan? Aku cetak pake printernya Denny, ini semua hasil kerja keras kita seharian kemarin, lho..."

"Pantesan kemarin kamu pulang cepat."

"Habis, aku kan pengen bantu kamu menang!"

Dan memang Rio menang.

Sejak saat itu pemilihan ketua OSIS di SMA I jadi meriah karena setiap kandidatnya benar-benar berkampanye sekuat tenaga, dengan spanduk, poster, dan janji-janji palsu dalam pidato mereka.

Rio dan Katerina kemudian menjadi dekat karena Katerina berhasil menempatkan dirinya menjadi sekretaris OSIS. Apalagi setelah ulang tahunnya yang ke-16 Rio diberi motor oleh orangtuanya dan sering dimanfaatkan Katerina untuk mengantarnya ke mana-mana.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Next chapter