4 Chapter 3

"Reyhan."

Salah seorang teman Reyhan mendatanginya yang sedang asik duduk di bangku tempat meja guru. Merasakan hembusan angin dari benda elektronik yang menggantung beberapa meter di atas kepala.

"Apa?"

Reyhan menegakkan kepalanya yang semula menempel pada permukaan meja yang dingin karena dilapisi kaca. Matanya menatap malas. Dia hampir saja tertidur tadi. Sekarang jam istirahat pertama tapi matanya sangat ngantuk. Padahal baru pukul 10 pagi.

"Ada apa antara kamu dengan anak cewek dari kelas sebelah kemarin?" Teman Reyhan menyeret bangku lain dan duduk disamping meja guru.

"Tidak ada apa-apa." Reyhan kembali menempelkan kepalanya diatas meja guru.

"Bohong. Aku lihat dia langsung pergi saat kamu bicara sebentar dengannya."

Reyhan memejamkan matanya, kembali menikmati angin buatan dari kipas angin yang ada di langit-langit kelas. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan temannya.

"Kepo." Gumam Reyhan dan itu membuat temannya kesal.

"Siapa yang kepo, sih?!" Tanya temannya hampir setengah berteriak.

"Aku cuma heran saja kenapa kamu mau bicara sama cewek itu."

"Memangnya kenapa kalau aku bicara sama dia? Tidak boleh? Kamu cemburu, Bal?" Goda Reyhan. Matanya masih terpejam.

"Kamu mau ditendang dibagian mana, Han? Perut? Kaki? Tangan? Atau kepala? Silahkan dipilih."

"Hahahaha."

Reyhan langsung tertawa mendengar ucapan temannya itu. Sedangkan temannya hanya menatap datar.

"Aku serius, Han." Ucap temannya masih dengan tatapan datar.

Reyhan menyeka sudut matanya. "Maaf, maaf, maaf." Reyhan menegakkan tubuhnya lagi dan sedikit berdehem.

"Aku-" Katanya terputus.

"Aku cuma mau berteman dengannya. Itu saja."

'Atau mungkin lebih.' Sambung Reyhan dalam hati.

"Ooh." Teman Reyhan ber -oh- ria.

"Cewek itu orangnya jarang bicara, Han. Kamu yakin mau berteman dengan dia?" Teman Reyhan bertanya dengan nada ketidakyakinan.

"Yakinlah." Jawab Reyhan mantap. Dia meletakkan kedua tangan dipinggang.

"Cewek itu namanya Putri Amelia, kan? Dia teman sebangkunya Septia."

"Iya."

"Dia-"

"IKBAAAL. KAMU DIPANGGIL KE RUANGAN GURU!!"

Belum sempat temannya Reyhan yang bernama Ikbal melanjutkan kalimatnya. Seorang teman cewek mereka berteriak di ambang pintu. Ikbal pun langsung segera pergi begitu saja ke ruang guru.

Reyhan yang merasa lapar, memutuskan untuk membeli roti di kantin. Dia berjalan melewati koridor kelasnya dan berhenti saat melihat perempuan yang kemarin sempat diajaknya berbicara.

Perempuan itu berjalan menunduk dan tidak sengaja menabrak punggung seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu menghalangi jalannya. Tubuhnya sedikit terdorong ke belakang. Dia mengusap dahinya pelan.

"Amel. Kamu tidak apa-apa, kan?" Seseorang yang merupakan anak laki-laki memegang kedua pundak perempuan bernama Amel tersebut. Perempuan yang dibicarakan oleh Ikbal tadi.

"Tidak apa-apa, kok." Jawab Amel.

"Maaf, ya. Aku menghalangi jalan kamu."

Laki-laki itu tersenyum sambil menggaruk-garuk tengkuknya. Amel menatap laki-laki didepannya. Ada sedikit semburat merah muncul diwajah. Segera dia menunduk lagi.

"Aku juga minta maaf." Bisik Amel yang tidak dapat Reyhan dengar.

"Aku jalannya menunduk, jadi tidak lihat kalau Raffi berdiri di sini." Suara ini sampai ketelinga Reyhan.

"Jangan minta maaf, aku yang salah."

Melihat itu, Reyhan mengurungkan niatnya untuk membeli roti di kantin. Dia berbalik memutar arah dan pergi ke toilet yang letaknya tepat berada di samping kelasnya sendiri.

Reyhan meletakkan tangannya diwastafel dan menyangga tubuhnya. Dia menahan gejolak aneh didalam hatinya. Ditatapnya pantulan wajahnya dicermin. Kemudian dia putar kran air dan mencuci wajahnya dengan kasar.

Reyhan tidak tahu mengapa dirinya sedih saat melihat Amel tersipu malu didepan laki-laki bernama Raffi. Reyhan tahu, Raffi itu jauh lebih ganteng dan keren darinya. Banyak perempuan yang suka pada Raffi, termasuk salah satu teman sekelasnya Reyhan sendiri.

Jadi, wajar saja dia begitu, kan?

Harusnya wajar saja.

'Tapi, kenapa rasanya sakit?' Batin Reyhan meremas seragam sekolah yang menutupi dadanya.

Putri Amelia adalah perempuan yang selalu Reyhan perhatikan selama tiga tahun ini. Bisa dibilang Reyhan menyukai perempuan tersebut. Walau mereka tidak pernah berbicara. Reyhan menyukainya karena Amel terlihat kalem dan tenang. Tipe Reyhan.

Reyhan tidak pernah berani untuk sekedar mendekati Amel. Karena dari pandangan Reyhan, Amel sepertinya sangat suka sendirian. Ditambah lagi mereka tidak pernah satu kelas. Tidak ada kesempatan untuk berdekatan dengan cewek yang jarang keluar kelas seperti Amel.

Amel yang belajar di kelasnya meski hanya dua jam pelajaran untuk mengikuti les tambahan, serta Amel yang duduk di belakangnya, membuat Reyhan senang dan bersyukur. Dia merasa mempunyai kesempatan untuk bisa dekat dengan cewek pendiam itu. Walau tidak mudah dengan hanya sekali pendekatan.

Tapi, melihat tatapan mata Amel saat memandang Raffi, seharusnya Reyhan tahu--

Reyhan tersenyum pahit saat dia kembali membayangkan hal tadi.

"Sadar diri, bodoh." Umpat Reyhan kesal.

"Kurang ajar sekali aku cemburu pada cewek yang bahkan tidak mengenalku." Gumamnya.

--kalau Amel pasti menyukai Raffi.

Dan itu Raffi, bukan Reyhan.

avataravatar