1 Titah Sang Ayah

Hosea duduk di sofa yang berada di dalam ruang kerja sang Ayah. Matanya masih fokus menatap kepada sosok pria yang sangat ia sayangi. Sang Ayah masih belum bergeming dari beberapa lembar kertas yang ada di tangannya. Sesekali raut wajahnya mengernyit pertanda apapun yang sedang dibacanya itu adalah hal yang sungguh-sungguh sangat serius dan wajib dipikirkan masak-masak. Hosea sangat mengenali beragam ekspresi Ayahnya. Oleh sebab itu Ia tetap duduk dengan tenang, menunggu sampai sang Ayah selesai dengan apapun itu tadi. Tanpa terusik dengan pandangan mata Hosea yang tertuju kepadanya, Sang Ayah terus berkutat dengan berkas-berkas tersebut.

Tidak lama kemudian Beeri, ayah Hosea, berdiri dari duduknya dibalik meja kerjanya. Ia tersenyum memandang putra kesayangannya yang sampai detik ini tidak pernah melakukan hal yang mengecewakan dirinya. Dengan langkah ringan, Beeri berjalan menuju sofa yang diduduki oleh Hosea. Sambil duduk disebelah Hosea, Beeri menyodorkan berkas-berkas yang membuat Hosea menunggu. "Pelajari berkas ini, Sea," ujar Beeri.

Tangan Hosea bergerak menerima berkas yang disodorkan Beeri barusan. Matanya mulai menjelah kertas itu lembar demi lembar. Berkas yang diberikan oleh sang Ayah tadi adalah profil seorang wanita yang tidak pernah ia ketahui.

"Apa yang Ayah ingin aku perbuat dengan wanita ini, Ayah?" tanya Hosea sambil terus membaca isi kertas tersebut.

"Ayah tidak pernah merasakan kekecewaan darimu, Sea. Dibalik kebandelanmu sebagai seorang manusia, tidak pernah sekalipun kamu mengecewakan Ayah." Beeri terdiam sejenak untuk mengambil nafas. Agak berat baginya untuk meminta anaknya mengabulkan permintaannya kali ini. Perlahan Beeri melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti, "apakah kamu bersedia untuk menikah dengan wanita yang ada di profil tersebut?"

Mata Hosea terbelalak tak percaya dengan pertanyaan Ayahnya. Hosea menatap sang Ayah dan kertas-kertas ditangannya berkali-kali secara bergantian. Hosea sudah membaca profil dari wanita yang tertuang secara detail dan jelas di kertas-kertas yang diserahkan Ayahnya barusan. Sesungguhnya wanita itu sangat cantik dan menarik, namun yang membuat Hosea terkejut adalah Ayahnya tahu dengan jelas apa profesi wanita cantik itu, tetapi beliau tetap meminta Hosea untuk menikahi wanita tersebut.

"Ayah tahu ini berat, Sea. Seandainya kamu menolak pun, Ayah tidak akan merasakan kecewa," lanjut Beeri setelah melihat reaksi Hosea.

Hosea masih terkejut tetapi belum berespon apapun terhadap titah Sang Ayah.

"Bisa Ayah jelaskan lebih lanjut padaku, kenapa aku harus menikah dengan wanita ini?" tanya Hosea dengan nada suara yang tenang.

avataravatar
Next chapter