2 Kamu Terlihat Tampan. Kemarilah. Biarkan Aku Menciummu.

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Chi Huan menerkam pria itu seperti kucing. Diciumnya bibir, dagu, dan wajah pria itu. Dengan pandangan yang mengabur, ia bergumam, "Xigu, kamu telah kembali. Aku tahu kamu tidak akan meninggalkanku."

Mo Shiqian segera menarik Chi Huan menjauh dari tubuhnya. Ia bergeser ke samping gadis itu, lalu dengan suara jelas dan tegas berkata, "Nona! Saya bukan Tuan Mo!"

Chi Huan masih bisa mendengar perkataan Mo Shiqian. Namun, saat ini ia hanya bisa merasakan panas dan panas. Berada di dekat pria itu membuatnya merasa sedikit lega. Tanpa sadar, ia memeluk pria itu dari belakang dan sambil menangis ia memohon, "Jangan pergi… Jangan pergi... Xigu, aku tidak ingin kamu pergi..."

Mo Shiqian berusaha menghindari Chi Huan yang berkali-kali menciumnya nyaris tanpa henti. Mo Shiqian segera bertindak menahan Chi Huan dengan satu tangan dan tangan yang lain mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang. Setelah terhubung, ia lekas berkata, "Apa yang terjadi jika obat itu diminum tanpa harus berhubungan dengan seorang pria? Katakan! Dikirim ke rumah sakit?"

Ada sebuah seringai yang malang di ujung sana. "Tuan, apakah Anda tidak memiliki hati dan keberanian? Apapun yang terjadi pada obat itu, lakukanlah..."

Hening.

"Apakah gadis itu terlalu jelek hingga Anda tidak bisa mengatakan sesuatu?" lanjut orang yang berada di seberang sana.

Mo Shiqian menunduk, menatap gadis yang ada di lengannya. Chi Huan terus merajuk, menempelkan telapak tangan ke wajahnya. Dengan mata berair, ia terus berusaha mencium bibir Mo Shiqian. Mo Shiqian menelan ludah hingga alisnya bertaut. "Apa kamu mau berkata omong kosong padaku lagi?"

"Hei… Tidak ada gunanya kamu membawa dia ke rumah sakit. Jika kamu benar-benar tidak bisa mengatasinya, taruh dia di bak mandi berisi air dingin. Mungkin itu akan membuatnya tidak nyaman. Tapi setelah efek obatnya sudah pergi, dia akan baik-baik saja."

Setelah itu, Mo Shiqian langsung menutup panggilan dan melempar ponselnya ke karpet. Kemudian, ia menggendong Chi Huan dan membawanya ke kamar mandi.

Chi Huan membuka sepasang mata hitam dan putih bening. Dengan lengan melingkar di leher, ia mengamati telinga pria itu lalu menyentuh dan menciumnya. Tidak lupa, ia menghembuskan napas dan berkata, "Caramu menggendong wanita menunjukkan bahwa kamu memiliki kekuatan yang besar dan aku menyukainya. Seharusnya ini membuatmu semakin berani diranjang."

Mo Shiqian hanya terdiam mendengarnya. Menutup mata dan menelan ludah, ia terpaksa menahan tekanan panas yang muncul dari perut bagian bawahnya dan membakar hingga ke atas. Mo Shiqian hanya diam tanpa kata. Ia hanya ingin memasukkan Chi Huan ke bak mandi dan mengisinya dengan air dingin. Namun, ketika akan memasukkan gadis itu ke bak mandi, Chi Huan langsung memegang leher Mo Shiqian dan tidak mau lepas. Melihatnya, Mo Shiqian meminta Chi Huan untuk melepaskan pelukannya.

Chi Huan malah kembali merajuk dengan nada tidak senang. "Aku ingin dipeluk."

Mo Shiqian tidak punya pilihan lain selain memutar keran dan mengisi bak mandi itu dengan air. Sambil menunggu bak mandi itu penuh, ia sudah memiliki beberapa tanda bekas ciuman merah di tulang selangka yang berada dibawah kemeja. Ia masih menatap Chi Huan yang terus menciumi dadanya dan memberikan sapuan dengan ujung lidahnya hingga mengeluarkan serangkaian arus. Tiba-tiba, matanya menjadi gelap dan napasnya seperti terganggu. Tapi tetap saja, tanpa keraguan di wajah tampannya yang dingin, Mo Shiqian segera mengangkat tubuh gadis itu dan memasukkannya ke bak mandi yang sudah terisi air dingin.

"Aww!!!" Chi Huan tersentak dan menjerit karena direjam dinginnya air.

Meski belum memasuki musim salju, musim gugur sudah mulai berakhir. Terlebih lagi, hotel itu berada di bawah laut sehingga suhunya pun lebih rendah daripada di permukaan tanah. Untuk memperparah keadaan, saat itu adalah malam hari. Chi Huan merasa tulangnya rontok dan menggigil. Yang ia pikirkan saat itu hanyalah rasa dingin yang membuatnya ingin merangkak keluar.

Ketika tangan Chi Huan memegang tepi bak mandi, Mo Shiqian cepat-cepat memasukkannya lagi. Begitu terus, hingga berulang-ulang kali. Setiap Chi Huan berusaha keluar dari bak mandi, Mo Shiqian akan langsung memasukkannya lagi ke bak mandi hingga akhirnya hanya terlihat kepala di atas permukaan air.

Chi Huan sekarang merasakan dingin dan panas, dua hal yang bertabrakan, secara bersamaan. Di satu sisi, ia merasa ada aliran panas yang mengalir dalam kekosongan dirinya. Di sisi lain, ia merasa seperti air dingin karena terjebak pada keputusasaan. Chi Huan juga merasa seperti ada yang selalu menekannya untuk kembali setiap ia ingin pergi. Kenyataan bahwa Chi Huan menyukai Mo Xigu turut membuat gadis itu merasa seperti disiksa, marah, dan tidak berdaya. Ia belum pernah merasa semenderita ini selama hidupnya.

Chi Huan adalah wanita yang bagai terlahir dari surga. Ayahnya adalah seorang walikota. Ibunya adalah seorang wanita yang terkenal hingga keluar negeri. Chi Huan memulai debutnya di usia empat belas tahun dan menjadi terkenal di usia tujuh belas tahun. Di usia sembilan belas tahun, ia memenangkan penghargaan sebagai pendatang baru terbaik dalam dunia hiburan dan menjadi pemain opera paling populer di industri hiburan. Chi Huan bahkan lebih cantik saat berakting dan tidak ada yang lebih indah dari aktingnya. Ia begitu cantik, punya kemampuan akting yang baik, dan tidak ada yang mempunyai latar belakang sepertinya.

———

Hingga pukul dua malam, barulah Chi Huan sadar bahwa pria yang berada di sampingnya ialah bodyguard-nya. Ia berbaring di tepi bak mandi, dan menggumam lemah, "Mo Shiqian..."

Mo Shiqian berlutut di lantai kamar mandi dengan satu lutut hingga celananya setengah basah. Dengan hormat, ia menyahut , "Nona..."

"Di sini dingin sekali. Cepat angkat aku."

Mo Shiqian menatap wajah Chi Huan dan berkata dengan lembut, "Apakah Nona baik-baik saja?"

Chi Huan tetap mendesaknya, "Cepat angkat aku keluar..."

"Baik."

Tanpa memperdulikan pakaiannya yang basah, Mo Shiqian bangkit lalu menggendong Chi Huan keluar dari bak mandi dan bersiap-siap keluar. Chi Huan menepuk-nepuk wajah Mo Shiqian sebelum matanya melebar, menyadari siapa yang dilihatnya. "Mo Shiqian..."

"Nanti aku akan mengirim seseorang untuk membawakanmu pakaian kering," kata Chi Huan. Tetesan air menempel di bulu matanya yang lentik. Sesungguhnya, Chi Huan memiliki pesona yang luar biasa. Sayang, ia gadis yang malang.

"Sudah berapa lama kamu ikut bersama keluarga kami?"

Mo Shiqian hanya menjawab, "Tiga tahun."

Chi Huan memiringkan kepalanya. "Apakah menurutmu aku cantik?"

Mo Shiqian menatap wajahnya beberapa saat lalu menjawab, "Cantik."

Tangan Chi Huan perlahan-lahan naik hingga mencapai sudut wajah Mo Shiqian yang tampan. Ia lalu mengerjap dan berkata, "Sudah tiga tahun, tapi aku belum pernah merasa bahwa ternyata kamu begitu tampan. Dibanding orang-orang yang di dunia hiburan pun, kamu lebih tampan. Bahkan, tidak lebih buruk dari Xigu."

Ketampanan pria yang berada di hadapannya saat ini begitu berbeda. Tidak seperti Mo Xigu yang tampan dan hangat. Mo Shiqian ialah pria yang tampan namun keras. Napas Chi Huan tiba-tiba tercekat, membuat Mo Shiqian menatapnya dalam-dalam. Chi Huan mengerucutkan bibir merahnya, bergumam, "Kamu terlihat tampan. Kemarilah. Biarkan aku menciummu."

Byurr!!!

Chi Huan kembali terlempar ke dalam air dingin.

———

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Setelah berendam dalam bak mandi selama delapan jam penuh, efek obat yang diminum Chi Huan akhirnya berlalu. Ia telah pulih dan sadar. Chi Huan duduk di tempat tidur dengan handuk membungkus tubuhnya. Ia membiarkan pria pendiam dan acuh tak acuh menyeka rambutnya yang panjang tanpa sepatah kata pun.

Chi Huan menggigit bibirnya. "Mo Shiqian, berani sekali kamu. Siapa yang menyuruhmu merendamku dalam air dingin?" lontarnya getir.

Ekspresi pria itu tidak berubah dan dia tetap menyeka rambut Chi Huan. Dengan tenang, ia menjawab, "Saya kira, Nona lebih bersedia direndam air dingin daripada kehilangan seorang bodyguard."

Chi Huan hanya menggertakkan gigi. Sejenak, ia hanya bisa terdiam karena tidak dapat menemukan kalimat untuk membantah.

avataravatar
Next chapter