1 Prolog

Hidup penuh dengan rahasia. Jejak tapak tak pernah berkata ke mana ia akan bermuara. Dedaunan tak bicara, pada siapa mahkota menyerahkan serbuknya. Semua berjalan dalam praduga--sesekali tepat sasaran, sesekali melenceng dan tak sesuai sasaran.

"Lea!" Teriak seseorang dari balik pintu kamarnya.

"Iya Ayah. tunggu sebentar." balasnya dari dalam.

"Cepat! Mereka sudah ada di bawah."

"I-iya Ayah. Aku hampir selesai."

Dari pantulan cermin gadis bernama Allea Laurent tengah mengamati lekuk tubuhnya yang berbalut dress ketat berwarna hitam yang di beri oleh Ibu tirinya. Badannya miring dengan kepala sedikit melirik bagian tubuh belakang yang sepertinya terlalu menonjol. Rasanya tak nyaman. Baju ini terlalu vulgar. Tapi ini pemberian Ibu. Kalau tidak di pakai pasti akan kena marah.

Lea mendesah berat. Rasanya tak ikhlas melihat lekuk tubuhnya yang begitu terlihat menggoda. Bahkan Lea sendiri melihatnya ngeri. Setelah hampir 5 menit mempertimbangkan, akhirnya Lea melepas bajunya. Menarik satu dress yang ada di gantungan.

"Nah ini baru cocok." Ucap Lea. Ia tersenyum ketika melihat tampilannya sudah terlihat lebih sopan dan anggun. Matanya yang sedikit menyipit, hidungnya yang mungil di tambah alisnya yang lentik membuatnya terlihat manis.

"Aku siap!"

Sementara menunggu putrinya selesai berdandan, Pria dengan tubuh tinggi sekitar 180cm itu kembali turun ke lantai satu. setelah melempar senyum, Ia langsung duduk di samping istrinya.

Di ruangan seluas 3x3 m ini, atau lebih tepatnya di sebuah ruang tamu yang sangat sederhana, telah kedatangan tamu dari golongan orang elit. orang kaya raya dan sangat terpandang. mereka datang bersama anak lelaki mereka yang sangat tampan. sebut saja namanya TOMA EXELO. sebuah nama yang sepertinya sangat cocok di gambarkan dengan raut wajahnya yang terlihat cuek dan angkuh. Tubuh atasnya yang berbalut kemeja hitam, di padukan dengan celana jeans abu semakin membuat siapapun kagum. Di tambah wajahnya yang sangat menawan dengan sorot mata tajam di dampingi dengan alisnya yang tebal. Gadis manapun pasti akan meleleh dengan pesona di wajahnya.

Sementara di hadapan si tamu, Sepasang suami istri juga sedang duduk bersama satu putri cantik nya dengan senyuman penuh harapan. Rambutnya panjang sebahu dengan warna coklat. sangat cantik dan elegan dengan gaunnya yang berwarna pink muda. matanya mengeryip beberapa kali untuk menarik perhatian dari Toma.

Cih! Kau terlihat seperti wanita murahan. Toma berbaling. wanita cantik di hadapannya itu sama sekali tak menarik untuk di pandang.

"Perkenalkan ini anak kami, namanya Cristine Angela." Stela memperkenalkan putri cantiknya. Cristine langsung tersenyum dan menjabat tangan mereka bergantian. Ini adalah sebuah kebanggaan untuk nya karena kedatangan tamu yang berniat untuk melamar putrinya.

Cristine sudah sangat antusias. wajahnya begitu semringah dan terlihat yakin dan PD. "Pasti Aku yang akan di pilih." Batinnya penuh kesombongan.

"Putrimu sangat cantik." Puji Nyonya Mika. Yang di puji langsung mengulum senyum.

"Bagaimana Toma? Apa kau menyukainya?" tanya Tuan Mike. Ayah dari Toma. "Lihat Dia sangat cantik.

Tak ada respon dari Toma. Hanya terlihat ujung bibirnya yang sedikit tertarik ke atas. melirik Cristine lalu berpaling di ikuti decihan. Cristine sedikit di buat kaget ketika Toma sama sekali tak menunjukkan ketertarikan pada dirinya.

Apa tidak ada wanita lain selain Dia? Toma memicing. Cukup satu kali saja melihatnya bisa membuat dirinya tahu bahwa wanita ini tak jauh dari wanita penggoda. Kenapa Ayah dan Ibu memperkenalkan padanya? Pernikahan itu bukan untuk main-main. Toma ingin sekali cepat-cepat mengangkat pantatnya dan kakinya untuk melarikan diri dari tempat ini.

Sesaat Toma sudah mendesah beberapa kali, derap langkah kaki seseorang mendekat. semua orang sontak menoleh. tak jauh di hadapan mereka berdiri seorang gadis yang terlihat sangat lugu. senyumnya terlihat sangat manis. kedua tangannya saling berpegangan lalu menunduk sopan.

Toma yang mulai gelisah karena merasa sudah tak betah sontak menoleh. Bola matanya mulai menelusuri gadis yang sedang berdiri dengan memamerkan senyuman. Menarik! Toma menyeringai. Dua jemarinya mengusap dagunya sendiri dengan tatapan penuh arti.

"Kemarilah...," pinta Ayah nya. tangannya menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Gadis itu sudah duduk. dua orang wanita di sebelah Ayahnya langsung menunjukkan ketidak sukaan. untuk apa gadis ini ikut berkumpul disini? gumamnya dalam hati.

"Perkenalkan, Ini juga putriku. Namanya Allea Laurent ." Tuan Erik memperkenalkan pada si tamu.

Mereka saling berjabat tangan seperti yang tadi di lakukan dengan Cristine. Tuan Mike dan Nyonya Mika tersenyum ramah pada Lea.

Sekilas sepasang suami itu membandingkan tampilan Allea dan Cristine yang sangat jauh berbeda. lihatlah! Allea masih terlihat sangat lugu. tampilannya sederhana dan terlihat apa adanya. Jika soal wajah tentu bagi sebagian orang Cristine jauh lebih cantik. Tentu karena sepertinya Ia pandai dalam berdandan. Tapi Allea, Dia terlihat kalem. Bahkan di wajahnya terlihat manis walaupun tanpa polesan bedak. Memang Allea tak secantik Cristine. Tapi Allea jauh lebih baik dari Cristine dalam berperilaku.

"Aku Mau dia Ibu." Ucap Toma tiba-tiba. Mereka langsung mengarahkan pandangan pada seorang gadis yang di tunjuk Toma. gadis yang sedang duduk dengan kepala menunduk. terlihat poni rambutnya menutupi bagian jidatnya.

Allea meremas jemarinya sendiri. jantungnya sudah berdetak tak beraturan. Lea masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi disini. Ayahnya hanya menyuruhnya bergabung diruang tamu karena ada seseorang yang ingin melamar. Tentu yang Lea tahu adalah lamaran untuk Cristine. Tapi ini apa maksudnya?

Bagaimana bisa orang setampan Toma memilih gadis seperti Allea yang sama sekali jauh dari dirinya. Apa Dia buta? hei! disini Aku yang cantik! Cristine sudah terlihat geram.

"Toma?" Mika mengusap pundak Toma. bertanya apakah memang serius dengan pilihannya. "Kau yakin?"

Bagi Mika dan Mike tampilan tak masalah karena yang utama adalah watak dan tutur kata. dan lagi Allea itu terlihat sangat manis. pipinya yang lesung ketika tersenyum dan wajahnya yang mulus juga menjadi kesempurnaan untuk nya.

Belum di jawab oleh Toma, Cristine yang sudah mulai panik langsung menyerobot. "Apa Tuan yakin memilih Dia?" Matanya melirik Allea yang masih diam. Cristine sendiri sudah ingin sekali menjambak rambut si lugu itu. bagaimana Kau di pilih oleh Tuan Toma. Ritual apa yang Kau buat?

"Aku pilih Dia. dan Aku mau pernikahan Ku segera di langsungkan."

Degh! ini sudah keputusan Toma. mau tak mau Cristine harus mengakui kekalahan pertama kali dengan Allea. sebuah kekalahan yang telah menjatuhkan harga dirinya yang selama ini selalu paling sempurna dari Yuki.

Kedua wanita yang duduk di samping Erik hanya bisa memendam amarah. Stela merasa di permalukan karena putri cantiknya yang selalu di banggakan telah di tolak.

"Kau bisa berbangga Allea, tapi ingat! Aku akan memberi Mu pelajaran." Geram Stela dalam hati.

"Bagaimana Lea? Apa Kau menerima lamaran Tuan Toma?" tanya Erik.

Mona masih menunduk malu. Ia sebenarnya belum siap jika harus menikah. Dan yang Lea tahu ini adalah lamaran untuk Cristine. Tapi siapa sangka ternyata dirinyalah yang justru mendapat lamaran itu. Kalau sudah begini harus bagaimana?

"Tapi Ayah..." Allea memandang Ayahnya. Jemarinya mengusap lembut tangan Ayahnya. "Bukankan Tuan itu datang untuk melamar Cristine?" dengan lugunya Lea bertanya. Ia sendiri memang belum kepikiran untuk menikah.

Erik mengusap lembut rambut Allea. Erik memang belum sempat menjelaskan semuanya. Bukan karena tak mau, tapi keluarga Exelo yang datang secara mendadak. Jadi Erik hanya menyuruh Lea untuk berdandan karena akan ada kedatangan tamu.

"Sayang... Tuan Toma sudah memilih Mu. Kau harus bersedia."

"Tapi Ayah... A... aku belum siap untuk menikah."

Cristine terlihat mencubit lengan Ibunya. Ia seakan merengek meminta bantuan Ibunya untuk meluluhkan Toma.

"Maaf Tuan Toma. Apa sebaiknya Kau tidak memilih Cristine. Sepertinya Lea memang tidak mau menikah dengan Mu." Stela memohon. Bagi Toma itu justru terlihat sangat murahan. Menawarkan anak perempuannya pada seorang lelaki seperti sudah tak laku saja.

"Tidak! Aku mau Dia." Jelas Toma.

Allea mengeryip pada Ayahnya. Berharap lamaran ini memang tidak serius untuk nya. Tapi Ayahnya hanya tersenyum. Harusnya Allea bisa melihat ada senyum binar di wajah Ayahnya. Senyum yang selama ini tak pernah Allea lihat. Allea terlalu panik jadi tak menyadari hal itu.

Dan inilah kenyataan untuk Allea Laurent. Sebuah lamaran yang tak terduga.

***

avataravatar
Next chapter