27 PUNISHMENT

"Siapa kau?!" Aku memekik, ia mundur sesaat setelah mencoba mendudukan aku di tanah berumput. Aku merasa sangat kesal karena sama sekali tidak memiliki tenaga bahkan untuk bangun. Aku yakin ini sebagian dari kemampuannya.

"Wah wah! Gagak yang tidak ramah ya~" wajah menggodanya membuatku semakin geram.

Pemuda itu menjentikkan jarinya dan seketika kekuatanku kembali padaku. Aku masih terduduk melihatnya, menunggu jawaban atas pertanyaanku tadi.

"Aku tanya siapa kau?!" akhirnya aku harus bertanya untuk kedua kalinya.

"Baiklah, karena kau cantik maka aku akan memberitahumu. Perkenalkan Aku Taka, pengawasmu."

***

"Dimana aku?" Naoki mengusak matanya dengan pelan. Kepalanya terasa sangat pusing.

"Di rumah sakit, kau tiba-tiba pingsan di jalan. Setidaknya itulah yang orang-orang ceritakan padaku." Makoto mematikan ponselnya setelah bicara, ia mendekat dan menyentuh dahi Naoki. Mencoba menerka suhu tubuhnya. "Dengan siapa kau terakhir pergi, Naoki?" Wajah Makoto serius. Naoki bisa merasakan kemarahan dari nada bicara Makoto.

Naoki tidak begitu yakin, ia bahkan tidak ingat apa yang terjadi hari ini, "Dengan seorang teman-"

"Lalu kemana temanmu itu? Kenapa kau tidak menceritakan hal ini? Akhir-akhir ini kau sering keluar rumah tanpa memberitahuku."

"Ayolah sensei, jika hal kecil harus aku ceritakan padamu. Apa artinya sebuah batas pribadi?"

"Aku harus tahu setidaknya hal yang menyangkut dirimu Naoki. Temanmu, tempat biasa kau pergi, makanan yang mungkin saja kau alergi terhadapnya. Aku tidak mau salah bertindak."

"Oke oke! Papaaaa~ apakah kau ingin tahu juga majalah idol favorit yang biasa aku beli? Atau tempat dimana aku menyimpan DVD porno milikku?"

"Sialan kau!" Satu jitakan telak mengenai pucuk kepala Naoki. "Kau kelewatan! Satu peringatan. Jika kau mengatakan hal tidak layak seperti itu lagi, aku akan menguburmu!" Makoto mendengus.

"Maaf sensei maaf." Naoki meringis dan merasa bersalah, tentu saja. Walau bagaimanapun Makoto adalah gurunya.

Pintu ruangan Naoki diketuk, lalu seorang perawat masuk diikuti dokter yang biasa menangani perawatan Naoki.

"Bagaimana kabarmu Naoki-kun?" Sapanya riang, ada kabar baik yang ia bawa dari balik buku catatan kesehatan Naoki yang ditentengnya.

"Aku tidak begitu baik dokter, kurasa tempurung kepalaku mengalami trauma. Seseorang memukulnya terlalu keras." Ia melirik dramatis ke arah Makoto yang hanya di sambut dengan dengusan keras.

Dokter dan perawat tertawa pelan, "Makoto sensei, bisa kita bicara berdua di ruanganku?"

Makoto mengikuti langkah sang dokter, sedangkan Naoki mereka tinggalkan berdua dengan perawat yang sibuk mengecek keadaan Naoki.

"Aku punya berita bahagia. Mungkin ini berlebihan untuk dikatakan bahagia, tapi aku yakin ini cukup membahagiakan bagi Naoki-kun dan juga bagimu Makoto-sensei."

"Baiklah aku yakin cukup dari bahagianya. Jadi apa kabar baiknya dok?" Makoto menyela tidak sabar.

"Aku menganalisis perkembangan kesehatan Naoki yang aneh akhir-akhir ini. keadaan sebelumnya menurutku cukup biasa. Jika kau mengerti maksud dari biasa yang aku maksud," Makoto hanya menerka maksud dari ucapan dokter, ia yakin biasa dalam artian bahwa Naoki tentu saja sakit dan keadaannya masih di dalam garis bisa kambuh kapan saja.

"Lalu?"

"Hari ini... garfik kesehatan Naoki melonjak naik."

"Maksudnya?"

"Keadaan Naoki sudah cukup dikatakan pulih dengan ajaib, jika kau mengerti maksudku."

***

"Tapi itu tidak gratis, ada harga yang harus kau bayar." Makhluk yang menyebut dirinya Taka itu dari tadi bicara panjang lebar menjelaskan hal yang tidak aku mengerti. "Apa kau paham?"

Aku menggeleng.

Dia menepuk dahinya dengan pelan. Frustasi dengan dirinya sendiri, aku rasa.

"Aku harus menjelaskan bagaimana lagi padamu wahai Karasu?!" Dia duduk di sisiku dan terlihat berpikir.

"Jelaskan saja dengan bahasa yang ringan, yang orang bodoh bisa mengerti!" aku tidak tahu, sepertinya aku yang terlewat bodoh atau mungkin caranya menjelaskan terlalu berbelit-belit.

"Memang benar ternyata. Wanita itu terbagi menjadi dua. Yang cantik dan yang pintar." Dia bergumam. Aku mendengarnya, aku tidak harus marah dengan hal itu. Karena mungkin saja aku bukan dari kedua jenis itu.

Karena jika aku manusia, aku adalah wanita yang hebat.

"Jadi begini, kau melakukan banyak pelanggaran jadi sebagai hukumannya-"

"Tunggu! Pelanggaran apa?! Pertama-tama jelaskan dulu apa pelanggaran yang telah aku perbuat!"

"Apa kau lupa dengan berbagai peraturan tidak tertulis para Karasu?!"

"Memangnya ada?"

"Ya ampun! kau membuatku gemas! Boleh aku menggigitmu?" Wajah menggodanya kembali ia tampilkan. Sangat menakutkan. "Haha bercanda. Karena aku malas menyebutkan peraturannya aku hanya akan menyebutkan beberapa yang kau langgar saja.

1.Karasu tidak boleh menunda kematian Jokernya

2. Karasu tidak di perbolehkan terlalu banyak berinteraksi dengan manusia termasuk Jokernya.

3. Alasan kematian para Joker tidak boleh sampai berubah.

4. Karasu tidak boleh menganggu Shinigami bekerja.

Sampai sini apa kau mengerti kenapa aku menyebutkan semua peraturan itu? Apa kau merasa telah melanggarnya?"

Yah.. Sebenarnya. Bukan pernah tapi terlalu sering. Aku tidak bisa menyangkalnya.

"Lalu apa hubungan semua itu dengan Naoki?"

"Naoki adalah subjek yang menjadi alasanmu membangkang dari berbagai peraturan yang aku sebutkan tadi. Aku bisa menebak seberapa tertarik kau dengan kelinci pirangmu itu."

"Tung-"

"Itu sebabnya aku memberikan kau kelonggaran. Naokimu akan hidup lebih lama dari yang seharusnya. Daftar nama Naoki pada the Book of Jokermu sudah ku ubah dan sekarang berada di halaman paling akhir, tentu saja ini berdasarkan persetujuan dari Shinigami. Tapi sebagai ganti dari itu dan juga sebagai tambahan dari hukumanmu kau harus menurut apapun perintahku."

"Aku tidak yakin dengan hal ini! Orang mesum sepertimu pasti merencanakan sesuatu?!"

"Ini perintah Shinigami secara langsung. Mereka geram dengan kelakuanmu. Aku sebenarnya malas berhubungan denga Karasu. Tapi Shinigami menyebutmu istimewa, aku jadi penasaran apa yang membuatmu begitu istimewa."

Aku juga penasaran.. tentu saja aku ingin tahu kenapa hanya aku yang tidak tahu peraturan tidak tertulis itu?! dan lagi apakah karasu lain juga pernah mengalami hukuman seperti ini?

"Aku masih kurang percaya. Tapi, sebutkan secara spesifik hukuman apa yang akan aku terima?"

"Pertama, the Book of Joker milikmu aku sita."

ha?! apa yang dia katakan?! jika the Book of Joker di sita bagaimana aku menyelesaikan tugasku?

"Tunggu! Ba-"

"Kedua, akan ada penambahan jumlah Joker di dalam the Book of Jokermu. Ketiga, selama masa hukumanmu yang masih belum ditentukan kau akan berburu para Owl denganku."

"Ha?! Owl?! Maksudmu aku harus bertarung untuk melawan mereka?"

"Tenang saja, aku tahu kau lemah. Karena itu aku ada disampingmu." Taka tersenyum bangga.

Dasar lancang! Seenaknya saja menyebutku lemah. Aku bukannya lemah hanya tidak suka bertarung.

Dan lagi jika saja ia tahu, berhubungan dengan para Owl itu sangat merepotkan terutama mereka yang telah terlalu lupa diri dan berbaur terlalu dalam di kehidupan para manusia.

***

avataravatar
Next chapter