409 Friendship is always with you

Ledakan itu mengguncangkan tempat itu.

"Oh, kalian aman, tapi sekarang semua nyawa di dalam gedung ini sudah tidak aman lagi." Kata Ocea.

"Mereka benar-benar dari dalam!" Keluh Fire Core.

"Apa?" Kejut gadis berambut hitam itu, ia hendak menerobos Alvina dan Fire Core, tetapi mereka berdua menahannya.

Lelaki gundul itu terkejut sekali, ia segera berlari dan berusaha untuk menerobos kedua tangan Alvina dan Fire Core yang kuat itu.

"Hentikan, di dalam bahaya!" Kata Fire Core.

"JIKA BEGITU! AKU TIDAK PEDULI! SAHABATKU DI DALAM! AKU HARUS MENYELAMATKANNYA MESKIPUN NYAWAKU TARUHANNYA! BIARKAN AKU MASUK! BIARKAN AKU MASUK JIKA KALIAN PARA PAHLAWAN TIDAK MAU MENYELAMATKANNYA! BIARKAN AKU MASUK! HOI! KALIAN MENDENGARKAN KAN?" Teriak lelaki gundul itu dengan panik dan histeris. Ia sangat berusaha untuk memasuki gedung itu.

"I Made Arnawa di dalam! Kalian harus mengeluarkannya atau bagaimana! Pokoknya amankan dia!" Kata gadis itu yang juga menjadi panik.

"AKU AKAN MASUK! BIARKAN AKU MASUK!" Teriak lelaki gundul itu sambil mencucurkan air mata, meskipun begitu, ia tetap berusaha keras untuk menerobos.

Melihat itu, Fire Core,

Fire Core memutar tubuhnya dan membelakangi lelaki gundul itu dan gadis berambut hitam itu dan juga Alvina dan Ocea. Fire Core berlari masuk ke dalam.

"Lhoo?" Kejut Alvina.

Lelaki gundul itu tetap berusaha untuk masuk. Alvina kebingungan.

"Aku harus apa agar dia tenang?" Pikir Alvina.

Alvina menutup kedua matanya sambil menahan lelaki gundul itu.

Ia mulai membayangkan sosok Sun Hero yang menenangkan seluruh rakyat saat ia tiba.

Alvina membuka kedua matanya lagi,

"Tenanglah... semuanya sudah aman. Fire Core adalah pahlawan yang kuat. Dia pasti akan mengatasi semua masalah ini." Kata Alvina.

"Tapi! Tapi!" Teriak lelaki gundul itu.

"Aku tahu perasaanmu.... kehilangan seorang sahabat pasti menyakitkan... karena itu, Fire Core tidak akan membiarkannya." Kata Alvina sambil tersenyum dan memberi harapan pada lelaki itu.

Lelaki itu menatap kedua mata Alvina dengan dalam, begitu juga dengan gadis itu.

Kedua mata Alvina memantulkan bayang lelaki gundul itu. Lelaki gundul itu menutup kedua matanya dan berusaha untuk menahan dirinya.

"Aku janji... atas nama sekolah kami, Kannoya Academy, kita akan mengembalikan I Made Arnawa pada kalian." Kata Alvina.

"Janji ya?" Tanya gadis itu.

".. ya.." jawab Alvina.

.

.

.

.

Fire Core berlari secepat mungkin untuk masuk ke dalam.

Scorpio dan Scorpion melihat Fire Core yang berlari keburu-buru. Scorpio segera bertanya,

"Ada apa?"

"Ada masalah besar, tidak tahukah kalian?" Tanya Fire Core.

"Kami tahu, tapi kita tidak boleh bertindak semena-mena." Kata Scorpio dengan lembut.

"Tapi... tetap saja... rencana kita diketahui dan mereka sudah meledakkan tenaga cadangan.. tempat ini bisa tenggelam! Semuanya harus diselamatkan!" Kata Fire Core.

"Tenang saja... Shivering Hatred dan Reflectia ada di sana kok." Kata Scorpio.

"Masalahnya! Ada pembelot di antara kita!" Kata Fire Core dengan yakin dan tegas.

"Pembelot?" Tanya Scorpio.

"Ya! Aku yakin sekali! Kenapa musuh tidak langsung menuju tenaga utama? Kenapa mereka menuju kepada yang cadangan? Dan juga, mereka tidak melalui jalur depan, pasti ada pembelot! Di luar aman semua, aku yakin itu!" Kata Fire Core.

"Begitu.." kata Scorpio dengan lembut.

"Aku harus menyelamatkan I Made Arnawa... dan juga, tolong beritahukan hal ini pada pak gubernur." Kata Fire Core.

"Baik.." jawab Scorpio.

Fire Core berlari masuk ke dalam.

.

.

.

.

.

.

"Ada apa itu?" Tanya seorang gadis dengan kerudung berwarna kuning lembut.

"Apakah pertengkaran? Padahal di sini jarang terjadi.." kata seorang gadis dengan pakaian hitam.

"Benar-benar aneh. Di sini seharusnya damai. Ayo kita lihat." Kata seorang lelaki bertubuh besar dan berkulit hitam.

"Jangan-jangan, ini tentang I Made Arnawa." Kata seorang lelaki.

"Aneh... ayo kita periksa." Kata seorang lelaki lainnya.

.

.

Mereka pergi keluar, perang sihir abal-abalan terjadi.

"Apa ini?" Kejut gadis berpakaian hitam itu.

"A?" Kejut gadis berkerudung kuning lembut itu.

"Kakak? Kakak? Ada apa?" Teriak gadis berkerudung itu dari jauh.

Kakak gadis itu tidak menjawab.

"Semuanya.... hentikan... jangan menyakiti satu dengan yang lainnya!" Kata lelaki berkulit hitam itu.

Tetapi tidak ada yang mendengarkan.

Gadis berkerudung itu segera berlari ke dalam kerumunan.

"Endhang?" Kejut gadis berpakaian hitam itu.

"Abhy! Aku akan berusaha untuk menghentikan mereka!" Kata Endhang, gadis berkerudung itu. Endhang berlari masuk ke dalam kerumunan dan berusaha untuk menghentikan semua orang yang saling bertarung entah mengapa.

"Endhang! Berbahaya!" Teriak lelaki berkulit hitam itu.

"Endhang bisa saja dalam bahaya, kita harus menolongnya.." kata lelaki lainnya sambil berkeringat, ia sedikit takut.

Tanpa menunggu, gadis berpakaian hitam, Abhy, segera berlari menyusul Endhang.

"Abhy?" Kejut lelaki itu.

"Jika tidak ada yang berani, aku akan menerobos. Tenang saja, Divi, aku pasti akan melindungi Endhang!" Kata Abhy, gadis berpakaian hitam itu, sambil berlari menyusul Endhang.

"Aah... Abhy... berbahaya tahu..." keluh Divi, lelaki itu.

"Ayo!" Kata lelaki berkulit hitam itu sambil menyeret Divi dan temannya satu lagi.

"EEEEEEH!" Kejut Divi.

.

Abhy terus berlari mengejar Endhang, dan Endhang terus berlari mencari jarak diantara kedua kubu yang sedang bertarung.

.

Akhirnya jarak ditemukan, Endhang berdiri di jarak antara kedua kubu itu.

"SEMUANYA, HENTIKAN!" Teriak Endhang, tetapi tidak ada yang mendengarkan.

Seseorang meluncurkan serangan sihir yang meleset dan mengenai Endhang. Sihir itu menghantam tubuh Endhang dengan kuat. Endhang mulai terjatuh tak sadar diri. Kerudung Endhang terlepas dari pada kepalanya.

"ENDHANG!" Teriak Abhy, sahabatnya itu.

Abhy segera menangkap tubuh Endhang. Abhy melihat kerudung Endhang yang terbawa angin ke sana kemari. Abhy meletakkan tubuh Endhang sementara di atas jalan, lalu Abhy menangkap kerudung itu dan mengerudungi kepala Endhang lagi.

"Aah... Abhy?" Kejut Endhang secara perlahan.

"Endhang... maaf ya... aku tidak tahu cara mengenakan kerudung ini padamu, jadi bentuknya jadi berantakan deh.." kata Abhy.

"Abhy... tidak apa-apa... kerudung ini bisa beli lagi, kamu tidak usah susah-susah menangkapnya atau mencarinya saat hilang terbawa angin.." kata Endhang.

"Tidak... aku melihat di internet bahwa kerudung ini sangat penting. Aku tidak akan membiarkan kepentingan untuk kehidupan beragamamu terbang begitu saja." Kata Abhy sambil tersenyum.

"Abhy... kamu memang baik.... maaf sudah mengkhawatirkanmu... aku akan berdiri.." kata Endhang yang hendak berdiri.

Abhy membantu Endhang untuk berdiri. Tak lama, Divi dan teman-teman Abhy yang lainnya datang.

"Teman-teman, kalian baik-baik saja?" Tanya lelaki berkulit hitam itu.

"Dhaffa, aku baik-baik saja." Kata Endhang.

.

"Baiklah, bagaimana agar mereka berhenti?" Tanya Divi.

Abhy melihat sekeliling, tak sengaja ia melihat seseorang di dalam gang sempit yang mengintip ke arah jalan raya, lalu orang itu masuk ke dalam jalan raya seolah-olah telah disadari.

Abhy langsung pergi ke arah gang sempit itu

"Abhy, tunggu! Mau ke mana?" Tanya Endhang.

"Entahlah, sepertinya ada seseorang di dalam gang itu." Kata Abhy.

"Aku temani!" Kata Dhaffa, teman Abhy.

Mereka berdua memasuki gang sempit itu, lalu mereka berdua tidak melihat siapapun selain mereka.

Tak lama, Dhaffa merasakan ancaman. Dhaffa segera membalikkan tubuhnya. Muncullah dua orang gadis hendak memukul kepala mereka berdua. Dhaffa menahan pukulan mereka berdua.

"Apa?" Kejut gadis yang satu.

"Kuat sekali..." kata gadis lainnya.

Dhaffa melemparkan mereka berdua menjauh. Abhy segera membalik dan melihat kedua gadis itu.

"Siapa kalian? Apakah kalian tahu apa yang terjadi?" Tanya Abhy.

"Kami? Kami tidak tahu apapun." Kata gadis yang satu.

Abhy mengeluarkan harpa kecilnya, lalu mulai bernyanyi.

"Anak baik tak boleh bohong... anak baik tak boleh bohong... anak baik tak boleh bohong.. kalau bohong digigit nyamuk.."

"Lagu anak macam apa itu?" Tanya gadis itu.

"Benar... kamilah yang membuat kerusuhan ini.... eh--" kejut gadis itu.

"Dasar Mino bodoh.... kamu dan akulah yang membuat kerusuhan ini... eh?" Kejut gadis lainnya.

"Jadi begitu..." kata Abhy kesal.

Tetapi Abhy memainkan harpanya lagi,

"Sabar.... sabar.... anak sabar disayang Tuhan..."

"Kenapa kalian melakukan hal ini?" Tanya Dhaffa.

"Karena tuan kami menyuruhnya." Jawab Mino.

"Dia melakukan ini agar seluruh rakyat terpisahkan dan tidak bersatu, dengan begitu, jika beruntung, mereka akan menguras sihir mereka dan pemulihan sihir di pulau ini akan aktif." Kata Mocha.

"Dan juga, jika hal ini terus berlangsung secara lama, pemulih sihir di sini akan melemah dan dengan begitu tuan dapat menguasai sihir yang ada di pulau ini dengan mudah." Jawab Mino.

"Karena sihir pemulihan sebenarnya tidak bekerja hanya sebagai pemulihan, tapi sebagai pelindung sumber sihir juga yang digunakan pada negeri ini, sebenarnya tidak hanya di sini, tapi jika sudah menguasai satu, kekuatannya tidak akan terkalahkan untuk menguasai negara-negara lainnya." Jawab Mocha.

"Dan setelah negara-negara lain, ia juga akan mengurung banyak tubuh dengan sihirnya dan menyerap kekuatan orang-orang itu. Dan dengan begitu kekuatannya akan semakin tidak tertandingi." Kata Mino.

"Setelah itu, ia akan kembali ke sini dan menguasai negara ini, lalu negara lainnya lagi." Jawab Mocha.

"Apa.." kejut Abhy.

"Jahat sekali.." kata Dhaffa.

"Belum selesai, sebenarnya penyebab ketidakdapatnya pengendalian sihir I Made Arnawa adalah karena kami memasukkan suatu sihir pada makanannya pada saat ia berusia 13 tahun. Saat sebelum ulang tahunnya, Ni Wayan Galuh sedang study tour bersama dengan teman-temannya ke luar negeri, aku lupa di mana. Aku menawarkan oleh-oleh itu dan tak kusangka akan menjadi salah satu bagian rencana terbesar. Dahulu kami tidak mengincarnya, kami hanya mengincar siapapun yang bisa diincar. Dengan begitu I Made Arnawa tidak dapat mengendalikan sihirnya dengan benar. Sihirnya tergantung sekali pada perasaannya." Kata Mino.

"Apa? Jadi penyebabnya adalah kalian?" Kejut Dhaffa.

"Sabar... sabar.... sabar... anak sabar disayang Tuhan...." kata Abhy sambil bernyanyi.

"Benar... ini adalah ulah kami, dan tuan kami adalah dalangnya." Kata Mocha.

"Siapa tuanmu?" Tanya Abhy.

"Dia adalah.... Jade. Tuan Jade." Kata Mino.

"Tuan Jade..." pikir Abhy.

"Baiklah..." jawab Dhaffa.

Dhaffa menapakkan kedua tangannya pada tanah, lalu mengurung tubuh mereka berdua dengan tanah keras.

"Baiklah, ayo kita kembali!" Kata Dhaffa.

"Baik." Jawab Abhy.

Mereka berdua kembali pada teman-temannya.

avataravatar
Next chapter