webnovel

MASA MPLS, WAKTUNYA BERKENALAN!

Hari-hari yang paling membuatku muak adalah hari dimana kita harus berkenalan dengan orang baru. Ya, saat ini masanya. Aku melihat banyak orang di sekitarku sekarang. Semenjak wabah corona-19, aku sudah jarang berinteraksi dengan orang lain. Mungkin bukan hanya aku, namun orang lain juga. Rasanya canggung setiap bertemu orang lain. Tapi hari ini bagaikan neraka.

Radio sekolah Kamiyama berbunyi dan menginstruksikan para siswa & siswi baru agar segera berbaris di lapangan.

"Menyuruh berbaris tapi tidak dibariskan? Jadi berbaris bebas?" celetukku dalam hati.

Aku adalah Catherine Zenatha, murid baru SMA Kamiyama yang membosankan. Membosankan? Ya itulah yang aku pikirkan. Penampilanku tidak menarik dengan rambut panjang tanpa style dan kacamata minus. Kulitku kuning langsat yang membuatku menjadi semakin tidak menarik.

Sebuah keberuntungan bisa berada di SMA Kamiyama. Sekolah favorit di Sriwijaya. Pertama kali dalam hidupku, aku berhasil masuk sekolah favorit. Namun sebenarnya aku bukan menginginkan sekolah ini, aku menginginkan pilihan kedua pada sekolah yang ku daftarkan, tapi Tuhan memberikanku kesempatan untuk berada di sekolah ini pada pilihan pertama.

Setelah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, seluruh siswa & siswi diberikan kelompok. Hal ini adalah bagian yang membuatku muak. Kami harus berkenalan satu sama lain. Bukan tidak bisa bersosialisasi, aku hanya malas untuk melakukan hal itu. Tapi demi menjaga reputasiku di sekolah, hal yang terbaik dilakukan adalah membangun relasi bukan?

Para mentor mulai membuat grup chat yang berisi dengan 30 orang setiap kelompoknya. Ada 8 kelompok saat ini, dan kenapa aku yang mendapatkan kelompok pertama? Hari ini benar-benar sial.

Kami semua diberikan untuk melakukan persembahan entah menari atau apapun itu. Jujur aku tidak peduli, tapi ya terlalu pasif di sekolah akan membuat masa depanku hancur bukan?

Aku tertegun dari lamunanku saat seseorang di sampingku menegurku.

"Hai" sapanya.

"Oh, hai!" jawabku dengan senyum ramah.

"Sampai jam berapa kita di lapangan, ini sangat panas huh" keluhnya.

"Hahaha, sabar saja" jawabku dengan tawa palsu.

Dia pikir aku panitia yang mengetahui berapa lama kita berada di lapangan? Aku juga merasa panas tapi berhentilah mengeluh, batinku berbicara.

"Eh btw namamu siapa?" mengernyitkan satu alisnya.

"Catherine, kamu?" tanyaku balik.

"Salsa, salam kenal ya!" dia tersenyum padaku.

"Ya" ku tunjukkan bibirku yang lebar untuk membalas senyumannya dan fokus lagi pada mentor yang sedang berbicara.

"Tugas ini adalah tugas yang paling penting, kalian harus membuat lagu angkatan kalian dari salah satu lagu viral dengan gerakan dan lirik yang sama" ucap salah satu mentor perempuan dengan rambut pendek sebahu yang memakai bando putih.

Seseorang mengangkat tangan dan mengajukan pertanyaan.

"Jadi harus sama satu angkatan?" tanya siswi itu penuh penasaran.

"Ya, jadi berkoordinasilah" jawab mentor tersebut.

"Sungguh bodoh, sudah jelas-jelas harus sama, kenapa dia bertanya pertanyaan yang tidak penting?" celetukku dengan suara pelan.

"Hahaha, memang tidak jelas dia" seseorang dari sebelah kiriku menyambar omonganku.

"Eh apakah suaraku terlalu keras?" aku tersentak kaget.

"Tidak, tidak, telingaku hanya peka terhadap umpatan haha" ucap lelaki sebayaku.

"Humph, rahasiakan ya!" pintaku.

"Lagipula tidak ada untungnya memberitahu dia" jawabannya seakan tidak peduli.

Kami diajak tour keliling sekolah dan melihat dari lantai 1 hingga lantai 6.

Kring.. kring..

Bel istirahat berbunyi dan kami di bebaskan melakukan apapun selama 30 menit.

Namun kami tidak melakukan hal itu, namun kami berkumpul untuk menciptakan tugas penting, apalagi kalau bukan lagu angkatan?

Ya semuanya canggung saat berkumpul. Bayangkan saja 200 orang berkumpul di lapangan dan membahas tugas lagu dan belum berkenalan.

Aku menggigit bibirku yang tidak gatal untuk menahan nervous saat berada di kumpulan orang-orang. Mereka berkenalan dan sekarang lingkaran besar itu terpisah menjadi beberapa bagian.

"Semudah itukah berteman?" batinku menyeringai.

Meskipun lingkaran saat ini terpecah, namun tidak ada satupun yang memberikan idenya. Aku yang geram dan segera ingin makan di kantin memberanikan diri angkat bicara.

Aku menyuruh mereka berkumpul kembali menjadi satu lingkaran.

"Halo mohon perhatiannya, daripada kita tidak mendapatkan apapun selain mengobrol, aku ada ide, bagaimana dengan lagu ini dan ini lirik yang terpikir di telingaku" aku menyanyikan lirik yang ada di kepalaku dengan gerakan yang aku pikirkan.

"Bagaimana?" itu hanya ide, jadi kalian bisa tidak setuju.

Semuanya bertepuk tangan dan setuju untuk menyanyikan lirik itu serta gerakan itu. Mereka memintaku menulis liriknya ulang dan memvideokanku ulang untuk di pelajar.

"Keren banget Catherine bisa secepat itu, aku gak kepikiran loh" ucap perempuan yang aku tidak kenal itu siapa.

"Mereka ini semua aneh atau bagaimana? Padahal hanya begitu saja? Semua orang bisa bukan?" batinku menyeringai namun ekspresi wajahku terus tersenyum.

Aku hanya berkenalan dengan anggota kelompokku. Jujur aku tidak terlalu mengingat nama mereka, namun aku mengingat wajah mereka. Semenjak hari ini, mereka mengenalku sebagai Catherine sang penyair. Sebutan aneh, tapi gelora tersentak di hatiku yang membuat semangatku membara.