webnovel

Kamu di Luar Duniaku

Ratna_Andia · Teen
Not enough ratings
12 Chs

BAB 5

"Nih buktinya. Sekarang kamu percaya kalau Langit bukan mafia kan?" Rania menyerahkan beberapa kartu milik Langit yang malam itu dia dapatkan dari Langit, kepada Inez di saat jam istirahat di kantin kampus. Di situ terlihat jelas kalau Langit adalah pemilik dari beberapa perusahaan besar. Bahkan di antaranya ada di luar negeri. Rania sudah memastikan kalau kartu itu asli. Jadi dia benar-benar yakin kalau kekayaan Langit bukan berasal dari kejahatan.

"Asli enggak nih?" Inez mengerutkan kening.

"Aku udah cek Nez. Asli. Kalau kamu mau ngecek lagi ya enggak apa-apa kok." kata Rania yakin.

"Enggak usah. Aku percaya kok sama kamu. Aku lega sekarang Ran. Maaf deh kalau kemarin sempat curiga sama cowok kamu itu. Aku khawatir sama kamu. Kamu baru pertama kali pacaran. Kamu juga enggak paham bagaimana itu lelaki. Yang kamu tahu semua lelaki itu egois karena kamu hanya melihat Kakak dan Ayah kamu yang enggak peduli sama kamu. Jadi aku enggak mau kamu salah pilih dan sakit hati lagi." jelas Inez.

"Iya Nez. Enggak apa-apa. Aku juga enggak tahu kenapa bisa menerima dia gitu aja. Aku tertarik sama dia semenjak kita bertemu pertama kali. Jadi aku enggak berpikir untuk mencari tahu tentang dia karena saking bahagianya saat kami semakin dekat." Rania tersenyum kepada Inez. Dia tahu kalau Inez memang selalu mengkhawatirkannya yang hidup seorang diri. Jadi menurutnya wajar saja kalau Inez menjadi khawatir saat Rania dekat dengan seorang lelaki yang baru saja di kenalnya.

"Jadi kapan nih kamu mau ngenalin aku sama Langit? Enggak sabar aku pengen ketemu sama cowok yang bikin sahabat aku jadi gila. Hehe." goda Inez.

"Enak aja gila." Rania cemberut. Dia tak terima mendengar Inez menyebutnya gila.

"Hehe. Iya lah. Gila. Tergila-gila karena cinta." kata Inez lagi.

"Hehehe. Jadi kangen nih sama pacar. Padahal baru tadi pagi ketemunya." Rania tersenyum manis membayangkan wajah kekasihnya yang tampan itu.

"Ah. Lebay." Inez mencibir Rania.

"Ih. Biarin. Sama pacar aku sendiri, bukan sama pacar kamu. Wleee." kini gantian Rania yang mencibir Inez.

"Eh. Kalau berani macam-macam sama pacarku awas ya. Hahaha." Inez memgancam Rania.

"Nggak akan. Pacar aku kan ganteng banget." kata Rania.

"Idih sombong, mentang-mentang cowok kamu cakep." kata Inez manyun.

"Hahaha. Iya lah." Rania menyeruput lemon tea yang telah di pesannya.

"Pasti lagi ngomongin Langit ya? Sombong banget sih Ran sekarang. Punya pacar baru enggak kamu kenalin ke aku. Kalau aku enggak lihat sendiri kamu di antar sama Langit tadi, aku enggak akan tahu kalau kamu pacaran sama Langit." tiba-tiba seorang lelaki muda ikut duduk bersama dengan mereka dan memotong pembicaraan mereka.

"Eh kamu Vin." Rania terkejut melihat lelaki itu. Lelaki tampan bernama Kevin itu adalah teman Rania dan Inez.

"Memangnya kamu kenal sama Langit Vin?" tanya Inez yang tak menyangka kalau Kevin tahu bahwa pacar Rania itu bernama Langit.

"Nggak kenal sih. Cuman tahu aja. Dia itu atlet karate terkenal Ran, Nez. Dia pernah ikut kejuaraan karate dulu." kata Kevin menjelaskan.

"Ah, masak sih Vin? Kapan? Kok aku enggak pernah tahu ya?" tanya Rania terkejut. Atlet? Langit atlet karate?

"Dulu Ran waktu kita masih berusia 10 tahun kayaknya kalau aku enggak salah. Pokoknya masih SD lah. Nah waktu itu kan aku memang udah suka banget sama karate. Jadi aku selalu ikutin setiap pertandingannya. Dari situ aku tahu siapa dia. Dia terkenal dan jago banget Ran. Tapi sayangnya kariernya enggak berumur panjang. Ketika dia ikut kejuaraan di tahun ketiganya, dia cedera, dan kayaknya ada masalah di bagian tulang belakangnya. Jadi dia harus pensiun dini dari karate." jelas Kevin panjang lebar.

"Yang bener Vin? Tragis banget." kata Inez merasa kasihan.

"Ya Tuhan. Kamu enggak bohong Vin?" Rania terkejut.

"Ngapain aku bohong sih Ran. Tanya aja sama pacar kamu itu kalau kamu nggak percaya." kata Kevin sedikit ketus.

"Enggak usah cemburu gitu dong Vin." Inez meledek Kevin.

"Enak aja. Udah enggak kali Nez." kata Kevin yang memang pernah menyukai Rania. Namun Rania menolaknya. Meskipun begitu, Kevin tak pernah sakit hati dan kini mereka berteman akrab. Mereka bertiga selalu terlihat menghabiskan waktu bersama saat pulang sekolah atau saat istirahat di kantin kampus. Kevin juga sering menginap di rumah Rania bersama Inez jika mereka sedang libur kuliah. Dan Kevin pun kini sudah punya tambatan hati yang baru. Jadi tak ada alasan untuk Kevin mengiyakan pernyataan Inez yang mencibirnya tadi.

"Serius aku kaget banget dengar cerita kamu tadi Vin. Kalau sepuluh tahun yang lalu berarti waktu Ibu aku meninggal ya. Pantes aja aku enggak tahu. Soalnya aku baru belajar karate setelah Ibu aku meninggal." Rania mengingat-ingat.

"Iya. Mungkin aja Ran. Eh, tapi aku juga baru tahu lho Ran kalau Langit sekaya itu. Kirain dia orang biasa. Enggak nyangka aku kalau dia ternyata seorang konglomerat." kata Kevin setelah melihat kartu milik Langit yang tadi di bawa oleh Rania untuk di tunjukkan kepada Inez. Kartu yang menunjukkan kalau Langit adalah pemilik beberapa perusahaan besar.

"Iya nih. Gila ya Rania. Sombong dia sekarang. Punya pacar kaya banget. Bakalan jadi boss dong dia. Malah aku pikir si Langit itu bos mafia lho Vin. Habisnya kaya banget. Dan kayaknya kerjaanya cuman keluyuran antar jemput Rania. Kayak bos penjahat yang suka cari korban di jalanan. Hahaha." ledek Inez lagi.

"Hahaha. Gila kamu. Untung enggak di karate sama Rania. Babak belur kamu kalau sampai Rania marah. Tapi iya juga sih, bener juga kata kamu Nez. Dia jadi sombong. Nggak ada waktu lagi buat kita." kata Kevin melirik Rania.

"Tahu nih si Inez. Enak aja bilang si Langit bos mafia. Makanya Langit kasih kartu ini ke aku Vin buat meyakinkan aku kalau dia bukan bos mafia. So sweet kan? Lagian maaf deh kalau aku jadi enggak ada waktu buat kalian. Maklumin yah, namanya juga lagi kasmaran. Jadi ya..." kata Rania dengan nada centil.

"Lebay!" jawab Inez dan Kevin bersamaan memotong kalimat Rania yang belum selesai.

"Iiihhh." Rania tersenyum manis ke arah kedua temannya tersebut.

Dia memang agak berlebihan di mata orang yang mengenalnya. Karena dia bukan tipe wanita bucin seperti itu. Namun di mata seseorang yang mengerti cinta, Rania sangat wajar bersikap seperti itu untuk menunjukkan betapa besar ketertarikannya kepada Langit.

Rania tampaknya memang sudah berubah. Dia sudah menjadi semakin manis sekarang. Dia juga semakin jarang punya waktu untuk kedua temannya itu. Bukan hanya sekarang. Tapi mungkin akan terjadi selama dia bersama Langit. Sampai pada waktu yang tidak di tentukan.

***