49 Permohonan Pertama

Malam itu Elin dan Aga berteleponan seperti biasa. Tidak ada salah satu pun dari mereka yang membahas terkait Rizal.

Kak, rencana kakak ke depan apa? Apakah kakak akan terus ikut kerja dengan Arles?

Kenapa?

Kakak tidak ada minat untuk kuliah?

Aga menghela nafasnya, jika dia kuliah maka dia akan jadi beban Ibunya lagi. Belum lagi dia masih ada adik-adik yang harus sekolah. Ibunya sudah memaksanya untuk kuliah sebenarnya tapi nurani Aga menolak.

Kak, aku tidak bermaksud memaksamu kuliah. Tapi kamu tau kan mama. Setidaknya jika kita ingin serius dengan hubungan ini, kita sudah harus memprediksi hal-hal yang akan membuatnya menolak hubungan ini. Tidak masalah itu Diploma/Sarjana tapi setidaknya kuliahan saja sudah cukup.

Maaf ya Kak Elin mengutarakan hal ini, karena Elin benar-benar serius sama hubungan kita. Elin mohon agar kakak bisa mempertimbangkan hal ini. Demi yang terbaik untuk kita berdua, Elin akan berusaha mempertahankan posisi kakak apa pun caranya. Elin hanya minta satu hal itu saja.

Akan kakak pikirkan dulu ya Lin ucap Aga!!

Di teras atas rumahnya Aga masih duduk sambil menghisap dalam rokoknya.

Ga, teriak Arles dari arah depan rumahnya.

Ngapain kamu?

Aku numpang tidur ya, aku habis ribut sama Steve.

Aga melempar kunci kepada Arles, masuk dan kunci lagi ya. Aga memang mempunyai kunci cadangan karena jika dia pulang malam, dia tidak perlu membangunkan adik-adiknya.

Lamunanmu panjang sekali Ga, ada apa?

Sebenarnya tidak ada yang berat, tapi ya aku sedikit merasa tidak nyaman dengan kondisi akhir-akhir ini.

Kenapa? Kamu terlihat banyak pikiran setelah pacaran dengan Elin. Kalau tidak nyaman mending tinggalkan dari pada sudah lama malah akhirnya putus juga. Status sosial kalian yang membuat masalah terbesar nantinya.

Aku akui itu, tapi aku sepertinya tidak bisa berpisah dengan Elin.

Ga, mumpung masih baru kata Arles. Belum terlalu dalam dan jika terluka tidak akan begitu sakit.

Les, dia berjuang mempertahankan sampai sekarang. Dan aku dari hari ke hari makin mencintainya ucap Aga. Aku benar-benar kagum pada sikapnya.

Coba kamu pikir jika ujungnya perjuanganmu tidak mencapai akhirnya ujung-ujungnya kau akan terluka juga.

Do'akan saja Les, dari awal aku sudah berkomitmen serius dengannya jadi aku akan bertahan dan aku sudah janji padanya akan mundur jika dia yang memintaku.

Arles merangkul Aga, aku akan mendukung apa pun pilihanmu. Elin memang wanita yang sangat baik tapi dalam hidup orang tidak ada yang sempurna dan kamu pasti tau apa yang tidak sempurna di Elin.

Aku akan berusaha yang terbaik, agar bisa berdiri di sampingnya walaupun tidak bisa sama dengannya setidaknya tidak membuatnya malu.

Pagi itu Aga sudah bersiap untuk mengantar Elin test.

Mau kemana kamu pagi-pagi sekali?

Mau nganter temen test kuliah bu.

Kamu sendiri gimana? Ibu dengar kamu sedang dekat sama anak orang di komplek belakang.

Aga belum ada dananya bu, nanti kalau uang Aga cukup. Aga pasti kuliah.

Umurmu makin bertambah toh nak, kuliahlah. Adikmu yang nomor 2 juga sudah kerja, dan ke - 3 juga nga mau kuliah katanya mending kak Aga saja. Toh lelaki kan yang nantinya akan mencari nafkah.

Tapi Aga tidak ingin menyusahkan ibu!!

Sebenarnya kamu itu masih tanggung jawab ibu dan bapak. Kuliahlah nak, setidaknya biar ada yang sarjana di keluarga kita.

Baiklah bu, Aga akan mencari informasi universitas setelah mengantar teman. Kalau untuk negeri sepertinya sudah sulit bu, sudah mulai test. Paling swasta...

Nga' apa-apa. Carilah infonya, nanti kita bahas lagi ya.

Aga pamit dulu ya bu.

Elin hari ini pergi sama siapa tanya Mamanya...

Di antar kak Aga ma...

hem... jawab mama nya...

Bukannya Rizal juga ingin mengantarmu?

Please Ma, jangan bahas Rizal pagi-pagi ini. Elin tidak ingin berubah jadi badmood karena dia. Lebih baik dari pada bahas Rizal. Ada baiknya Mama dan Papa do'akan Elin agar Elin bisa menjawab semua pertanyaan dengan baik.

Ya, do'a mama dan papa selalu bersama mu nak. Jangan lupa membaca do'a dan baca dulu sebelum menjawab ujar Papa Elin.

Siap Pa... Setelah mencium tangan Papa dan Mama nya Elin pergi dengan Aga.

Kak Aga kenapa diam saja?

Tidak apa-apa, nanti kakak akan jemput kamu lagi. Jangan lupa nanti berdo'a.

Iya Kak, kakak tadi mendengar mama ngomong soal Rizal.

Aga hanya tersenyum sambil mengenggam tangan Elin yang diletakkan di pinggangnya.

Kakak akan selalu percaya padamu, selama bukan kamu yang membelanya kakak tidak masalah.

Elin menarik nafas panjang, hari ini Aga hanya mendengar mama nya membela Rizal terkait berangkat tes tapi besok-besok Aga mungkin akan mendapatkan penolakan yang lebih keras lagi.

Buat Elin selama kakak tidak melakukan 3 hal yang paling tidak termaafkan bagi Elin, maka semua akan baik-baik saja.

Kakak berjanji tidak akan melakukan hal yang tidak kamu sukai. Jangan pikirkan hal-hal tidak penting lainnya.

Kak bisa menepi sebentar, Mama nelepon.

Aga segera meminggirkan motornya.

"Kenapa Ma?"

Kamu pulang jam berapa?

"Sampai juga belum Ma"

Kan ada jadwalnya.

"Ada apa Ma? Ada hal yang urgent!!"

Rizal akan menjemputmu.

"Ngapain? Elin sama kak Aga"

Biar adil, tadikan sudah sama Aga. Pulangnya nanti Rizal saja yang menjemput.

"Nga bisa Ma, Elin nga ada urusan sama Rizal lagi"

Nga' boleh kayak gitu loh Lin, kita tidak boleh menolak niat baik orang.

"Baik buat siapa? Mama? Rizal? atau Elin"

Elin kok gitu ngomongnya.

"Elin nga paham sama Mama, jelas-jelas Rizal yang tidak baik malah mengatakan Elin tidak mau menerima niat baik Rizal."

Mama ingin kamu juga mengerti posisi Mama, Mama juga tidak enak dengan keluarga Rizal.

"Tapi Mama malah melakukan ini sama anaknya sendiri, Elin juga tidak enak dengan Kak Aga."

Lin, setiap orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya. Begitu pun Mama

"Ma, baik di pandangan Mama belum tentu baik untuk Elin"

Aga memberikan kode untuk Elin menghentikan perdebatan mereka.

Elin jalan dulu ya ma, nanti kita ngobrol lagi setelah Elin pulang. Sampaikan maaf pada Rizal, Elin tida bisa menerima niat baiknya.

Elin menutup telepon dengan kesal.

Aga yang melihat Elin hanya bisa menertawakannya. Kita jalan lagi dulu ya, kalau nga kamu bisa terlambat nanti.

Iya, saut Elin.

Kamu mendenger semuanya kan Kak?

Iya, aku mendengar semuanya.

Apakah kamu tidak apa-apa?

Memangnya kakak harus bagaimana?

Entahlah saut Elin. Aga benar-benar lelaki yang sabar pikir Elin. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal ini.

Peserta tes sudah sangat ramai ketika mereka tiba.

Selesai Jam 11 kan? Nanti kakak jemput lagi? Aga memastikan kalau dia menyampaikan kata tanya.

Iya, Elin nunggu kakak ya. Lagian juga Mama nga' tau dimana Elin tes dan jam berapa selesai. Masalah Rizal, Elin minta maaf ya Kak.

Kenapa kamu minta maaf, ini bukan salahmu Lin...

Kakak juga berusaha memahami kondisi saat ini, kamu juga dalam kondisi yang serba salah sekarang. Kakak hanya tidak ingin kamu sampai ribut sama Mama mu masalah Kakak. Kakak tidak apa-apa, kamu tenang saja ya.

Terima kasih ya kak, Kakak mau berjuang bersama Elin.

avataravatar
Next chapter