1 Pertama Kali Aku Tahu Kamu Ada

Saat itu sekolah sedang ramai. Bahkan sangat ramai jika dibandingkan dengan hari biasanya. Tidak hanya siswa dari sekolahku yang datang berkunjung, ada juga beberapa orang luar yang ikut berkunjung untuk sekadar ikut meramaikan acara hari ini. Beberapa tenda stan pun sudah berdiri tegap saat aku tiba di sekolah.

Hari ini adalah hari yang sudah dinanti-nanti oleh seluruh siswa di sekolahku. Apalagi kalau bukan pensi, pentas seni. Kabarnya band teman sekelasku pun ikut tampil dalam acara pensi tahun ini. Ingin ikut meramaikan katanya.

Sejak pagi tadi, bahkan saat sekolah masih sepi pun kabarnya para panitia sudah datang ke sekolah untuk menyiapkan segala macam teknis. Sangat rajin ya mereka. Kabarnya lagi, kemarin mereka melakukan gladi bersih sampai malam. Apa tidak lelah? Cukup membayangkannya saja pun aku sudah lelah. Sudahlah tidak perlu dipikirkan biar itu menjadi urusan mereka.

Musik mulai terdengar keseluruh antreo sekolah. Tanda kalau pensi akan segera dimulai. Teman-teman satu kelasku sudah berlarian menuju lapangan, tempat dimana manusia-manusia akan berkumpul hingga menjadi lautan manusia. Aku masih sibuk dengan laptopku, menonton series yang sudah entah berapa kali aku tonton berulang-ulang kali. Aku tidak peduli dengan acara pensi itu. Aku hanya ingin menikmati series kesukaanku. Hanya itu.

Di kelas, aku tidak sendiri. Ada Arum dan Rina teman dekatku yang sedari tadi membujukku untuk ke lapangan. Tentu saja aku menolaknya berulang kali. Aku tidak suka dengan keramaian itu. Aku lebih memilih sendiri di kelas daripada harus berdesak-desakkan di luar sana.

"Lin, ayo ke lapangan. Nggak bosan apa nonton itu terus?" Arum terus menerus memaksakku keluar. Tangannya berulang kali menarik-narik tanganku. Tarikannya yang sangat kencang membuat tubuhku bergoyang ke kanan ke kiri.

"Kalian saja. Aku mau disini."

Arum dan Rina tidak menerima jawabanku. Mereka menarik paksa tubuhku keluar kelas. Tubuhku pun mengikuti tarikan mereka. Aku tidak sanggup menahan tenaga keduanya. Bayangkan saja satu lawan dua, tentu saja aku kalah.

Aku bersama dua temanku itu, Arum dan Rina sudah berhasil masuk ke dalam lautan manusia yang aku jelaskan sebelumnya. Benar saja bayanganku sebelumnya, ini sangat menyesakkan. Heran aku dengan Arum dan Rina, bisa-bisanya mereka berlompat-lompat kegirangan di tengah keadaan berdesakkan. Aku di samping mereka hanya diam mengamati sekitar, seperti anak ayam yang sedang mencari induknya.

Di atas panggung, sudah ada band yang sedang bersiap untuk tampil. Mereka beranggotakan empat orang. Tiga orang seorang laki-laki dan satu orangnya seorang perempuan. Jika dilihat dari gelagatnya sudah pasti bisa ditebak bahwa perempuan itu berperan sebagai vokalisnya. Aku sendiri tidak tahu apa nama band itu dan tidak kukenal semua anggotanya. Semua wajahnya nampak asing. Rasanya baru hari ini aku melihat wajah mereka.

Baru beberapa menit aku di lapangan, tiba-tiba saja kepalaku sakit. Entah mengapa jika aku terlalu lama berada di keramaian kepalaku selalu terasa sakit. Aku mencoba menahan rasa sakit itu. Namun, semakin lama kutahan rasa sakitnya semakin menjadi. Tangan kananku memijit-mijit dahiku, menepis rasa sakit yang sangat mengganggu.

Alunan musik keras mulai memecah lapang. Suara sorakan penonton bersautan tak karuan. Diimbangi pula dengan jingkrakan-jingkrakan seolah ingin memecah tanah lapangan.

Seraya menikmati rasa sakit di kepala, aku melayangkan pandanganku ke setiap personil band itu. Pikiranku terus berusaha memahami musik yang dimainkan. Lagunya terdengar asing di telingaku. Baru kali ini aku mendengarnya. Sebuah lagu yang menceritakan tentang seseorang yang sedang jatuh cinta saat pertama kali melihat.

Pandanganku mendarat tepat pada seorang laki-laki yang sedang asik memainkan bassnya. Siapa dia? Senyumnya begitu manis. Membuatku teduh sesaat.

Laki-laki itu benar-benar berhasil membuatku lupa dengan rasa sakit di kepala. Aku dibuat terhanyut olehnya dalam permainan musiknya dengan kawan-kawannya.

avataravatar
Next chapter