2 1. Kehidupanku

Aku turun dari mobil mewah. Kini aku telah tiba di universitas terbesar di Jakarta. Semua mata tertuju padaku. Siapa sih yang tak mengenalku? Aku adalah Tantrini Aditya Putri, anak dari pasangan Aditya Putra dan Ariny Susanti. Papaku pemilik radio terbesar di Indonesia, bahkan memiliki cabang di luar negeri. Hal inilah yang membuatku selalu dikejar-kejar cowok.

Lebih dari 10 cowok cintanya aku tolak mentah-mentah. Sampai detik ini aku belum tertarik oleh cinta. Bukan karena aku nggak normal, tapi karena aku merasa tidak memerlukan cinta. Setiap saat aku menghabiskan waktu bersama 4 sahabatku, Helena, Iqbal, Revalina, dan Revando. Selain itu cowok-cowok yang pernah menyatakan cinta padaku, bukan termasuk type cowok idamanku. Aku mendambakan cowok seperti Robert Pattinson, itu lho pemeran Edward Cullen di film Twiligth.

4 sahabatku itu sebenernya masih ada ikatan saudara denganku. Helena adalah anaknya Om Tony dan Tante Hilda. Kata mamaku sih Om Tony itu kakaknya papa yang sudah meninggal. Karena Om Tony juga lah papaku sekarang jadi kaya. Ya, separuh harta Om Tony diwariskan pada papaku. Berarti aku dan Helena sepupuan. Iqbal anaknya Om Furqon, Om Furqon adalah adik papa, aku dan Iqbal sepupuan juga. Revalina dan Revando, mereka saudara kembar. Mereka anak Tante Rara, adik angkat mamaku.

Drtttttttt .... Drtttttttt handphone di tanganku bergetar. Aku langsung menekan tombol Answers, tanpa melihat siapa yang menelponku.

"Gue dah ada di kampus nih, kalian ada dimana? Oh, di kantin. Oke Gue segera kesana". ucapku. Sambungan teleponpun terputus. Ya, orang nelepon barusan adalah Helena. Aku segera menuju kantin.

Aku tiba di kantin. Suasana kantin sangat ramai. Secara makanan yang dikantin ini sangat enak. Tak heran jika banyak mahasiswa dan mahasiswi lebih memilih sarapan di kantin daripada sarapan di rumah.

Aku celingak-celinguk mencari 4 sahabatku. Biasanya aku dan mereka makan di meja nomor 2. Tapi kenapa sekarang meja tersebut ditempatin orang lain? Kemana mereka? Tiba-tiba handphone-ku bergetar lagi. Di layar tertulis 1 pesan diterima. Cepat-cepat aku membuka pesan tersebut.

From : Helena

Gue dan teman-teman ada di meja nomor 10. Meja paling pojok sebelah kiri.

Aku mengedarkan pandanganku ke meja nomor 10. Dan ternyata benar, 4 sahabatku sudah nangkring disana. Sebelum aku menghampiri mereka, aku memesan makanan terlebih dahulu.

" Bu, aku pesen nasi remes seperti biasa ya! Minumnya es jeruk, terus nanti makanannya diantar ke meja nomor 10 ya!"

Meskipun aku anak kaya tapi makanan kesukaanku tetep nasi remes. Nasi remes itu kalau disini dipanggil nasi campur. Makanan ini terdiri dari nasi putih yang dihidangkan dengan bermacam-macam lauk-pauk. Lauk yang digunakan adalah sambal goreng, abon, serundeng, tahu goreng, ikan goreng, telur, dan lain-lain. Aku sendiri juga bingung kenapa suka nasi remes, padahal mama dan papa nggak ada yang suka nasi remes. Ibu penjaga sudah hapal porsi pesananku.

"Baik Neng. Oh iya Neng tadi ada yang ngasih bunga ini katanya buat Neng Tantrini," ucap ibu penjaga kantin. Aku menerima bunga yang diberikan ibu penjaga kantin. Di tangkai bunga ada terikat sebuah kertas. Aku baca kertas tersebut.

Bunga mawar yang cantik, khusus aku berikan pada nona yang cantik pula by Pengagum rahasiamu

Aku mengernyitkan dahi. Ini kelima kalinya aku menerima bunga mawar dari pengagum rahasia. Aku penasaran siapa sih pengagum rahasiaku?

"Woy, Tantri cepat sini!" teriak Helena. Teriakan itu membuyarkan lamunanku. Aku pun bergegas menghampiri Helena dan 3 temanku yang lain.

Sekarang aku telah berada di meja nomor 10.

"Ciyeeeeeeeee, yang dapet bunga mawar lagi dari pengagum rahasia?" ujar Revalina membuka percakapan.

"Ya gitu deh." jawabku singkat.

"Tan, lo nggak penasaran ma pengagum rahasia lo? Kenapa lo nggak ajakin dia ketemuan aja? Siapa tahu pengagum rahasia lo mirip Robert Pattinson," celetuk Helena.

Aku terdiam sesat. Kata-kata Helena ada benarnya juga. Aku melirik ke arah Iqbal, ingin minta pendapatnya. Tapi ternyata wajah Iqbal terlihat murung, seperti orang nggak makan sebulan.

"Bal lo kenapa? Lo sakit?" tanyaku.

"Nggak apa-apa kok," jawabnya singkat.

Aku tahu betul sikap Iqbal. Meskipun mulutnya berkata tidak tapi aku tahu hati Iqbal ada apa-apa. Aku harus cari tahu apa yang dialami Iqbal. Tiba-tiba nasi remes pesananku datang. Langsung saja aku melahap nasi remes tersebut.

"Oh ya hari ini kita mau kemana?" tanya Iqbal mengalihkan pembicaraan.

"Ke mal," jawabku.

Ya, begitulah aku dan teman-teman kami jadi malas kuliah. Aku ke kampus hanya untuk makan nasi remes. Setelah itu bolos kuliah. Aku masuk kuliah hanya pada saat mata pelajaran Pak Lucas, dia dosen tercakep di universitas ini. Pak Lucas berusia 35 tahun, beliau masih single. Penampilan Pak Lucas mirip dengan penampilan Robert Pattinson. Hal itulah yang membuatku kesemsem dengan beliau. Tapi saying, Pak Lucas jarang masuk kelas soalnya jadwal beliau super duper padat. Konon kata orang-orang selain jadi dosen, beliau juga pemilik perusahaan terbesar di luar negeri.

"Sory, Tan. Gue dan Revalina nggak bisa ikut ke mal, kami dimarahin mama karena keseringan bolos kuliah," ucap Revando.

" Kok bisa ketahuan sih?"

"Ya kami kan anak yang baik dan jujur jadi nggak bisa bohong ma Mama," sahut Revalina.

"Kalau lo gimana Hel? Bisa ikut?" tanyaku pada Helena.

"Gue juga nggak bisa ikut. Kata Mama gue kalau ketahuan bolos lagi maka uang jajan gue dipotong," ujar Helena. Aku hanya bisa mayun.

"Tenang, masih ada gue yang selalu setia menemani lo, Tan." sahut Iqbal tiba-tiba. Aku langsung memeluk Iqbal.

"Thanks Iqbal, lo emang sahabat sekaligus sepupu gue yang paling baik."

****

Kini gue telah berada di sebuah taman yang sangat indah. Taman ini penuh dengan bunga-bunga. Dan di ujung taman ada air terjun. Apakah taman ini dalah taman surga? Siapa yang membawa gue kesini? Tiba-tiba ada yang menyentuh pundak gue. Gue membalikkan badan. Ternyata di belakang gue telah berdiri seorang wanita sangat cantik mirip Bella Swan, dia memakai gaun putih yang sangat anggun. Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Reisha, kekasih gue yang meninggal 20 tahun silam.

"Edward, maafkan aku," ucap Reisha.

"Maaf kenapa? kamu nggak pernah punya salah ma aku. "

"Maaf karena aku selalu menemuimu, kamu sampai saat ini belum menikah juga. Edward kehadiranku kali ini sebagai kehadiran terakhir kalinya. Aku takkan muncul lagi. Aku mohon lupakan aku, menikahlah dengan wanita lain. " ucapnya dengan wajah sedih.

"Reisha, jangan bicara seperti itu. Mana mungkin aku bisa menikah dengan wanita lain, dalam hatiku hanya ada kamu. Aku ingin kamu yang menikah denganku. "

"Edward kita beda alam. Sampai pun kita takkan pernah bisa bersatu! Maaf waktuku telah habis. Aku harus pergi. Kamu tenang saja akan wanita untuk menemani hari-harimu. Selamat tinggal Edward!" perlahan-lahan Reisha menghilang dari penglihatan gue.

"Reisha, jangan tinggalkan aku! Aku tak bisa hidup tanpamu! " teriak gue sekeras-kerasnya. Seketika gue terbangun dari tidur.

Kesekian kalinya gue mimpi Reisha. Tapi kenapa kali ini Reisha meminta gue menikah dengan wanita lain? Sanggupkah gue memenuhi permintaan Reisha?

Gue Edward, usia gue 37 tahun. Sejak kepergian Reisha, hati gue tertutup oleh wanita manapun. Hanya Reishalah satu-satunya wanita mirip Bella Swan. Selain cantik Reisha juga baik hati dan setia kawan. Reisha meninggal karena dibunuh Lidya, sahabatnya sendiri.

Gue melirik pukul beker. Jarum pukul telah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Gue langsung ngcir ke kamar mandi. Gue nggak mau telat masuk kantor. Gue saat ini kerja di Ariny radio. Radio milik Om Adit. Om Adut adalah sahabat papa angkat gue. Orang tua kandung gue sudah meninggal. Walaupun mereka hanya orang tua angkat gue tapi mereka sangat menyayangi gue. Semua keinginan gue pasti dituruti.

30 Menit kemudian gue tela selesai mandi dan berpakaian rapi. Gue mematung saat melihat bayangan gue di cermin. Gue terkejut melihat ada perubahan pada wajah gue. Wajah gue sih tetep ganteng, bermata biru, berkulit putih pucat sama seperti Edward Cullen. Tapi ada keriput pada wajah gue. Usia gue semakin menua. Mungkin benar kata Reisha, gue harus menikah biar ada penerus keluarga. Tapi gue nikah sama siapa? Mana mungkin ada cewek yang bisa menggantikan posisi Reisha di hati gue.

Reisha, bantu aku menemukan jodohku.

****

Dalam mobil Iqbal.

"Tan, lo yakin hari ini mau ke mal? Kan baru kemarin ke mal, kita nonton bioskop yuk! Sekarang kan lagi hits film Habibi dan Ainun. Nonton film itu aja yuk! " ajak Iqbal.

"Bener juga ya kata lo. Oke hari ini kita nonton, tapi nonton Twiligth Breaking Dawn. Udah lama gue nggak nonton ayang Edward cullen. "

"Whats, nonton Edward Cullen lagi? Lo nggak bosen apa? Lo kan udah punya DVD film Twiligth, lengkap malah.

"Gue nggak akan pernah bosen nonton ayang Edward Cullen karena dia pria idamanku. "

"Terserah lo deh, " jawab Iqbal dengan nada kesal. Iqbal terlihat manyun. Lagi-lagi Iqbal mengalah demi aku. Aku tahu betul,Iqbal tak pernah suka nonton Twiligth. Tapi dia tak pernah bisa menolak keinginanku. Sumpah, wajah Iqbal makin manis kalau lagi manyun. Hihihihihihi.

Drrrrtttttttttttttttttttttt...... Drrrrrrrrrrrtttttttttt lagi-lagi HP-ku bergetar. Aku langsung meraih HP yang ada di dalam tas. Di layar tertulis Papa calling....

Aku tekan tombol answer dan loudspeaker.

"Halo, Tantrini kamu lagi dimana? " ujar Papaku di seberang telepon.

"Lagi kuliah Pa. "

"Tantri, kamu gak usah bohong! Papa tau kamu sekarang bolos kuliah lagi."

Hufh.....papa kok bisa tahu sih aku bolos lagi? Jangan-jangan ada mata-mata disekitarku? Batinku.

"Tan, kamu masih dengerin Papa kan? "

"Iya Pa."

"Daripada kamu keluyuran nggak jelas mending sekarang juga kamu ke kantor Papa. Kamu lupa, kamu kan tadi malam dah janji mau bantuin Papa bisnis. " Telepon pun terputus.

Aku menepuk jidat. Aku baru ingat tadi malam aku emang janji bersedia membantu papa mengurus perusahaan. Mungkin hari ini papa ingin mengenalkanku pada seluruh karyawannya. Mau tak mau aku harus menuruti keinginan papa. Soalnya kalau nggak dituruti, bisa bisa dipotong uang jajanku.

avataravatar
Next chapter